Anda di halaman 1dari 86

INDONESIA

PADA MASA DEMOKRASI


LIBERAL
( 1950-1959 )

Arham
‘’ Sistem Pemerintahan
pada masa Demokrasi
Parlementer 1950-1959
BANYAKNYA PARTAI POLITIK
DARI TAHUN 1950-1959 PEMERINTAHAN SILIH BERGANTI
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos
berart rakyat, dan kratos berart pemerintahan atau
kekuasaan.

Jadi demokrasi ialah rakyat yang berkuasa

Demokrasi Liberal adalah Demokrasi


yang memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya
CIRI MASA DEMOKRASI LIBERAL
1
UUD yang digunakan adalah
Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950
Sistem pemerintahan bersifat
parlementer, dengan kepala

2
pemerintahannya perdana menteri
Menteri-menteri

3
bertanggung jawab
kepada parlemen
Kabinet
Natsir (7
September
1950-21
Maret
Kabinet Kabinet
1951)
Djuanda ( 9 Soekiman (27
April 1957-10 April 1951-23
Juli 1959 ) Februari
1952)

Masa
Demokrasi
Kabinet
Kabinet Ali II
(Maret 1956 –
Liberal Wilopo (3
April 1952-3
Maret 1957)
Juni 1953)

Kabinet Kabinet
Burhanudin Ali-
Harahap
(Agustus 1955 –
Wongso ( 1
Maret 1956) Agustus
MEMENTINGKAN
PARTAI DAN
GOLONGAN
MASING-MASING

FAKTOR
PENYEBAB
KETIDAKSTABILAN

PEMERINTAH GANGGUA
SENTRALISTIK N
KEAMANAN
 Merupakan kabinet koalisi
yang dipimpin oleh
partai Masyumi.
 Dipimpin Oleh :
Muhammad Natsir
Program :
1. Menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan
susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi
rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian
Barat.
Hasil :

Berlangsung perundingan antara


Indonesia-Belanda untuk pertama
kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Upaya memperjuangkan masalah Irian


Barat dengan Belanda mengalami jalan
buntu (kegagalan).
 Timbul masalah keamanan dalam negeri
yaitu terjadi pemberontakan hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti
Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut


pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD
dan DPRDS. PNI menganggap peraturan
pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui
parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan
mandatnya kepada Presiden.
2. Kabinet Sukiman ( 26 April 1951 – 3 April 1952
 Merupakan kabinet koalisi
antara Masyumi dan
PNI.
 Dipimpin Oleh:
Sukiman Wiryosanjoyo
Program :
1. Menjamin keamanan dan ketentraman
2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan
memperbaharui hukum agraria agar
sesuai dengan kepentingan petani.
3. Mempercepat persiapan pemilihan
umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara
bebas aktif serta memasukkan Irian Barat
ke dalam wilayah RI secepatnya.
Hasil :
 Tidak terlalu berart sebab programnya
melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi
perubahan skala prioritas dalam
pelaksanaan programnya, sepert awalnya
program Menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman selanjutnya diprioritaskan
untuk menjamin keamanan dan
ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri


Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle
Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan
Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat
pembatasan kebebasan politk luar negeri RI karena RI
diwajibkan memperhatakan kepentngan Amerika.
 Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi
yang terjadi pada setap lembaga pemerintahan dan kegemaran
akan barang-barang mewah.
 Masalah Irian barat belum juga teratasi.
 Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan
kurang tegasnya tndakan pemerintah menghadapi
pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Muncul pertentangan dari Masyumi dan


PNI atas tndakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada
kabinet tersebut. DPR akhirnya
menggugat Sukiman dan terpaksa
Sukiman harus mengembalikan
mandatnya kepada presiden.
3. Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953 )
Koalisi antara
PNI dan Masyumi
Dipimpin Oleh :
Mr. Wilopo
Program :
 Program dalam negeri : Menyelenggarakan
pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD),
meningkatkan kemakmuran rakyat,
meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan
keamanan.
 Program luar negeri : Penyelesaian masalah
hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian
Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktf.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena


jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia
sementara kebutuhan impor terus meningkat.
 Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang
berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunana
hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk
mengimport beras.
 Munculnya gerakan sparatsme dan sikap provinsialisme
yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan
karena rasa ketdakpuasan akibat alokasi dana dari pusat
ke daerah yang tdak seimbang.
 Terjadi peristwa 17 Oktober 1952. Merupakan
upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai
alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang
dikalangan partai politik sebab dipandang akan
membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini
diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam
TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan
KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel
Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi
mengenai penggantian KSAD kepada menteri
pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan
parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam
parlemen. Konflik semakin diperparah dengan
adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel
Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di
Sulawesi Selatan.
 Keadaan ini menyebabkan muncul
demonstrasi di berbagai daerah menuntut
dibubarkannya parlemen. Sementara itu
TNI- AD yang dipimpin Nasution menghadap
presiden dan menyarankan agar parlemen
dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.
 Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut
diadakan reformasi dan reorganisasi
angkatan perang dan mengecam kebijakan
KSAD.
 Int peristiwa ini adalah gerakan
sejumlah perwira angkatan darat guna
menekan Sukarno agar membubarkan
kabinet.
 Munculnya peristwa Tanjung Morawa mengenai
persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur
(Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah
mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke
Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan.
Tanah perkebunan di Deli yang telah ditnggalkan
pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh
para petani di Sumatera Utara dan dianggap
miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953
muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para
petani liar Indonesia yang dianggap telah
mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani
tdak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI.
Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa
petani terbunuh.
 Intnya peristwa Tanjung Morawa merupakan
peristwa bentrokan antara aparat kepolisian
dengan para petani liar mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
 Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah
mosi tdak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo.
Sehingga Wilopo harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
4. Kabinet Ali I ( 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 )
Kabinet ini merupakan
koalisi
antara PNI dan NU.

Dipimpin Oleh :
Mr. Ali
Sastroamijoyo
Program :
 Meningkatkan keamanan dan
kemakmuran serta segera
menyelenggarakan Pemilu.
 Pembebasan Irian Barat secepatnya.
 Pelaksanaan politik bebas-aktif dan
peninjauan kembali persetujuan
KMB.
 Penyelesaian Pertkaian politik
Hasil :
 Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih
anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955.
 Menyelenggarakan Konferensi Asia-
Afrika tahun 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
 Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga
dapat terselesaikan, sepert DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi
Selatan, dan Aceh.
 Terjadi peristwa 27 Juni 1955 suatu peristwa yang menunjukkan
adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang
merupakan kelanjutan dari Peristwa 17 Oktober 1952. Bambang
Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhent
dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantnya mentri pertahanan
menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak
pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap
tdak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-
AD. Bahkan ketka terjadi upacara pelantkan pada 27 Juni 1955
tdak seorangpun panglima tnggi yang hadir meskipun mereka
berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah
 Keadaan ekonomi yang semakin
memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi
yang menunjukkan gejala membahayakan.
 Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah.
 Munculnya konflik antara PNI dan NU
yang menyebabkkan, NU memutuskan
untuk menarik kembali menteri-mentrinya
pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh
partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
 Nu menarik dukungan dan menterinya dari
kabinet sehingga keretakan dalam
kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
5.
Kabinet Burhanudin Harahap ( 12 Agustus 1955 – 3 maret
 Dari partai Masyumi
 Dipimpin Oleh :
Burhanuddin Harahap
Program :
 Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu
mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat
dan masyarakat kepada pemerintah.
 Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana
yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
 Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
 Perjuangan pengembalian Irian Barat
 Politk Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politk
luar negeri bebas aktf
Hasil :
 Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokrats pada 29
September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955
(memilih konsttuante). Terdapat 70 partai politk yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.
Menghasilkan 4 partai politk besar yang memperoleh suara
terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
 Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat
dengan
pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
 Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tnggi
yang
dilakukan oleh polisi militer.
 Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet
Burhanuddin.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Banyaknya mutasi dalam lingkungan


pemerintahan dianggap
menimbulkan ketidaktenangan.
 Berakhirnya kekuasaan kabinet :
 Dengan berakhirnya pemilu maka tugas
kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu
tidak menghasilkan dukungan yang cukup
terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh.
Akan dibentuk kabinet baru yang harus
bertanggungjawab pada parlemen yang baru
pula.
6. Kabinet Ali II ( 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 )
Kabinet ini merupakan
hasil koalisi 3 partai yaitu
PNI, Masyumi, dan NU.
 Dipimpin Oleh :
Ali Sastroamijoyo
Program :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan
Lima Tahun yang memuat program jangka panjang,
sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. 2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan
mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh
dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial
menjadi
program pokoknya adalah
• Pembatalan KMB,
• Pemulihan keamanan dan ketertiban,
pembangunan lima tahun, menjalankan politk
luar negeri bebas aktif,
• Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil :
• Mendapat dukungan penuh dari presiden
dan dianggap sebagai ttik tolak dari periode
planning and investment, hasilnya adalah
Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
 Berkobarnya semangat ant Cina di masyarakat.
 Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang
semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatsme dengan pembentukan dewan militer
sepert Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan
Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra
Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan
Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
 Memuncaknya krisis di berbagai daerah
karena pemerintah pusat dianggap
mengabaikan pembangunan di daerahnya.
 Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan
masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak
pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang
merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah
peraturan yang dapat melindungi pengusaha
nasional.
 Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI.
Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo
menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan
daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa
mengembalikan mandat berarti meninggalkan
asas demokrasi dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
• Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi
membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh
dan menyerahkan mandatnya pada
presiden
• Kabinet ini jatuh karena Badan Konstituante
tidak bisa membuat UUD yang baru
penggant UUDS sehingga presiden
mengeluarkan Dekritnya tanggal 5 Juli 1959
dan mengumumkan berlakunya Demokrasi
Terpimpin.
7. Kabinet Djuanda (14 Maret 1957- 5 juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet
yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk
karena Kegagalan konstituante dalam
menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya
perebutan kekuasaan antara partai politik.

Dipimpin Oleh : Ir. Juanda


Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga
disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu:
 Membentuk Dewan Nasional
 Normalisasi keadaan Republik Indonesia
 Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
 Perjuangan pengembalian Irian Jaya
 Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
 Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang
terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat,
menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang
sangat buruk.
Hasil :
 Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui
Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan
laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya
Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan
merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
 Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan
menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada
dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai
ttik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
 Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas
masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
 Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi
masalah krisis dalam negeri tetapi tdak berhasil dengan baik.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di


daerah semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat
dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan
sepert PRRI/Permesta.
 Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk
sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis
demokrasi liberal mencapai puncaknya.
 Terjadi peristwa Cikini, yaitu peristwa percobaan pembunuhan
terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat
sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya
bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristwa ini
menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena
mengancam kesatuan negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
• Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah
babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi
Terpimpin.
PEMILU TAHUN
TUJUAN PEMILU 1955
RENCANA
PELAKSANAAN PEMILU

Pemilihan Umum baru


dilaksanakan pada masa
kabinet Burhanuddin Harahap

Pemilihan umum dirancang sejak


kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-
12 Agustus 1955) dengan membentuk
Panitia Pemilihan Umum Pusat dan
Daerah pada 31 Mei 1954.
TAHAPAN PEMILU
Tahap pertama untuk
memilih anggota parlemen
(29 September 1955)

Tahap kedua untuk memilih


anggota Dewan
Konsttuante (badan
pembuat UUD)
(15 Desember 1955)
PESERTA PEMILU
• 100 partai besar dan kecil yang
mengajukan calon-calonnya
untuk anggota Dewan Perwakilan
Rakyat
• 82 partai besar dan kecil untuk
Dewan
Konsttuante.
• 86 organisasi dan perseorangan
akan
ikut dalam pemilihan umum.
• Dalam pendaftaran pemilihan tidak
kurang dari 60% penduduk Indonesia
PEMILIHAN ANGGOTA DPR
Pemilihan umum untuk anggota DPR
dilaksanakan pada tanggal 29 September
1955
HASIL PEMILU ANGGOTA DPR TAHUN 1955

1 PNI 57
kursi
2 Masyumi 57
kursi
3 Nahdatul Ulama 45
kursi
4 PKI 39
kursi
*Pemilihan Umum 1955 menghasilkan susunan anggota DPR dengan jumlah anggota
sebanyak
250 orang dan dilantik pada tanggal 24 Maret 1956 oleh Presiden Soekarno
PEMILIHAN ANGGOTA
•KONSTITUANTE
Pemilihan Umum anggota Dewan Konstituante
dilaksanakan pada 15 Desember 1955.
• Dewan Konstituante bertugas untuk membuat
Undang- undang Dasar yang tetap, untuk
menggantikan UUD Sementara 1950. Hal ini sesuai
dengan ketetapan yang tercantum dalam pasal 134
UUD Sementara 1950 yang berbunyi, “Konstituante
(Sidang Pembuat Undang- undang Dasar) bersama-
sama pemerintah selekas- lekasnya menetapkan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang akan
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara ini”.
HASIL PEMILU DEWAN KONSTITUANTE TAHUN
1955

1 PNI 119
kursi
2 Masyumi 112
kursi
3 Nahdatul Ulama 91
kursi
4 PKI 80
kursi
*Berdasarkan hasil pemilihan tanggal 15 Desember
1955
SIDANG Dasar negara
KONSTITUANTE Pancasila
(PNI, PKRI, Permai,
Parkindo,
dan Baperki)

Perbedaan
Tentang
Dasar
Negara
Dasar
Dasar
negara
negara Islam
Sosial (Masyumi, NU
Ekonomi dan PSII)
(Murba dan
Partai Buruh)
DEKRIT PRESIDEN

5 Juli 1959 Presiden Soekarno


menetapkan Dekrit Presiden di
Istana Merdeka.

Isi pokok dari Dekrit Presiden tersebut


adalah membubarkan Dewan
Konstituante, menyatakan berlakunya
kembali UUD 1945 dan menyatakan
tidak berlakunya UUD Sementara
1950.

Dekrit juga menyebutkan akan


dibentuknya Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertmbangan Agung Sementara
(DPAS)
PERKEMBANGAN EKONOMI
PADA MASA DEMOKRASI
LIBERAL ARHAM
1. Pemikiran Ekonomi
Nasional
LATAR BELAKANG

Pemikiran ekonomi pada 1950an pada umumnya merupakan upaya


mengembangkan struktur perekonomian kolonial menjadi perekonomian
nasional. Hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut
adalah sudah berakarnya sistem perekonomian kolonial yang cukup lama.
Warisan ekonomi kolonial membawa dampak perekonomian Indonesia
banyak didominasi oleh perusahaan asing dan ditopang oleh kelompok
etnis Cina sebagai penggerak perekonomian Indonesia.
PLAN SOEMITRO
waktu Penggagas Isi
Pada masa Menteri kebijakan
kabinet Natsir, Perdagangan Dr.
September 1950– Soemitro Suatu cara
perbaikan dan
April 1951 Djojohadikusumo perubahan struktur
ekonomi
peninggalan Belanda
ke arah ekonomi
nasional dan
bertujuan untuk
melindungi para
pengusaha pribumi
dari persaingan
dengan pengusaha
asing.
“Upaya yang dilakukan pemerintah adalah memberi peluang usaha sebesar-
besarnya bagi pengusaha pribumi dengan bantuan kredit. Dengan upaya tersebut
diharapkan akan tercipta kelas pengusaha pribumi yang mampu meningkatkan
produktivitas barang dan modal domestik”
PENYIMPANGAN PROGRAM BENTENG

• Mereka yang menerima lisensi • Mendaftarkan perusahaan yang


bukanlah orang-orang yang sesungguhnya merupakan milik
memiliki potensi kewiraswastaan keturunan Cina dengan
yang tnggi, namun orang-orang menggunakan nama orang
yang mempunyai hubungan khusus Indonesia pribumi. Orang Indonesia
dengan kalangan birokrat yang hanya digunakan untuk
berwenang mendistribusikan lisensi memperoleh lisensi, pada
dan kredit kenyataannya yang menjalankan
lisensi tersebut adalah perusahaan
keturunan Cina.

1 2
GERAKAN
“Gerakan AsaatASAAT
memberikan perlindungan khusus bagi warga
negara Indonesia Asli dalam segala aktvitas usaha di bidang
perekonomian dari persaingan dengan pengusaha asing pada
umumnya dan warga keturuan Cina pada khususnya”

Dukungan dari pemerintah terhadap gerakan ini terlihat


dari pernyataan yang dikeluarkan pemerintah pada Oktober
1956 bahwa pemerintah akan memberikan lisensi khusus
pada pengusaha pribumi. Ternyata kebijakan pemerintah
ini memunculkan reaksi negatif yaitu muncul golongan
yang membenci kalangan Cina. Bahkan reaksi ini sampai
menimbulkan permusuhan dan pengrusakan terhadap toko-
toko dan harta benda milik masyarakat Cina serta
munculnya perkelahian antara masyarakat Cina dan
masyarakat pribumi.
GUNTING SYAFRUDIN

Waktu Penggaga Isi kebijakan


Tanggal 20 s Memotong uang
Maret dengan
Menteri
1950 memberlakukan
Keuangan
nilai
Syafrudin
setengahnya
Prawiranegar
untuk mata uang
a
yang mempunyai
nominal Rp2,50
ke atas.

“Kebijakan ini dikenal dengan istlah Gunting Syafrudin dan


bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
dan mengatasi defisit anggaran”
Biro Perancang Nasional
(BPN)
• Menyusun program pembangunan rencana lima tahun (1956-
1960)
BPN • Program ini pertama kali dijalankan pada masa Kabinet
Ali Sastroamidjojo II.

• Program Pembangunan Rencana Lima Tahun berbeda dengan RUP


yang lebih umum sifatnya.
• Program Rencana Lima Tahun lebih bersifat teknis dan terinci
PERBEDAAN serta
mencakup prioritas-prioritas proyek yang paling rendah.

• Mendorong munculnya industri besar


• Munculnya perusahaan-perusahaan yang melayani kepentngan
umum dan jasa pada sektor publik yang hasilnya diharapkan mampu
TUJUAN
mendorong penanaman modal dalam sektor swasta.
NASIONALISASI PERUSAHAAN ASING
DEFINISI
• Usaha pembangunan ekonomi nasional lainnya dijalankan dengan
kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing.
• Nasionalisasi ini berupa tndakan pencabutan hak milik Belanda
atau asing yang kemudian diambil alih atau ditetapkan statusnya
sebagai milik pemerintah Republik Indonesia.
AWAL
• Pengalihan hak milik modal asing sudah dilakukan sejak pengakuan kedaulatan pada
tahun 1949. Hal ini terkait dengan hasil KMB yang belum terselesaikan, yaitu kasus Irian
Barat yang janjinya satu tahun setelah berakhirnya KMB akan dibicarakan kembali,
namun tidak dilaksanakan sehingga pemerintah Indonesia pada masa itu mengambil
kebijakan untuk melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda.

TAHAPAN
• Sejak tahun 1957 nasionalisasi yang dilakukan pemerintah terbagi dalam dua tahap;
pertama, tahap pengambilalihan, penyitaan dan penguasaan atau sering disebut “di
bawah pengawasan”. Kedua, pemerintah mulai mengambil kebijakan yang pasti,
yakni perusahaan-perusahaan yang diambil alih itu kemudian dinasionalisasikan.
Tahap ini dimulai pada Desember 1958 dengan dikeluarkannya UU tentang
nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia.
2. Sistem Ekonomi
Liberal
PERMASALAHAN EKONOMI
(1)
Dampak Struktur
KMB Ekonom
i

Ekspor
Meningkatny
masih
a nilai utang
tergantung
Indonesia
dari
perkebunan
PERMASALAHAN EKONOMI
(2)

• Tingginya jumlah • Perta mbahan


mata uang yang jumlah penduduk
beredar dengan tingkat
• Meningkatnya hidup yang rendah
biaya hidup. • Pemerintah

panjang
Pendek

mengalami defisit
Jangka

jangka
sebesar Rp 5,1
miliar.
PERMASALAHAN EKONOMI
(3)
Pengeluaran
pemerintah
semakin meningkat
Penerimaan • Akibat tdak stabilnya situasi
pemerintah mulai politk sehingga angka
berkurang defisit semakin meningkat.
• Disebabkan menurunnya
volume perdagangan
internasional. Indonesia
sebagai negara yang
berkembang tdak memiliki
komoditas ekspor lain
kecuali dari hasil
RENCANA
SOEMITRO
Rencana Soemitro Sasaran

• Kebijakan yang • Pembangunan


ditempuh industri dasar,
pemerintah untuk seperti pendirian
menanggulangi pabrik-pabrik
permasalahan semen, pemintalan,
ekonomi dengan karung dan
melaksanakan percetakan.
industrialisasi Kebijakan ini diikut
dengan
peningkatan
produksi, pangan,
perbaikan sarana
dan prasarana,
dan penanaman
modal asing.
FINANSIAL EKONOMI (FINEK)

Proses
• Pada masa • Pembatalan Persetujuan
Finek hasil KMB
pemerintahan • Hubungan Finek
Kabinet • Indonesia mengirim Indonesia- Belanda
Burhanuddin delegasi ke Belanda didasarkan atas hubungan
bilateral
Harahap dengan misi • Hubungan finek didasarkan atas
• 7 Januari 1956 merundingkan undang-undang Nasional, tidak
masalah Finansial boleh diikat oleh perjanjian
lain.
Ekonomi (Finek). Rancangan
Wakt
persetujuan
u
Finek

“Namun usul Indonesia ini tidak diterima oleh Pemerintah Belanda, sehingga pemerintah
Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan fineknya dengan membubarkan Uni
Indonesia-Belanda pada tanggal 13 Febuari 1956 dengan tujuan melepaskan diri dari
ikatan ekonomi dengan Belanda”
BIRO PERANCANG NEGARA

Ir. Merancang Rencana Perekonomian Indonesia


Djuanda Program semakin terpuruk ketika
Pembanguan Lima ketegangan politk yang tmbul
Tahun (RPLT) tdak dapat diselesaikan
Pimpinan

dengan diplomasi, akhirnya


Tuga

memunculkan pemberontakan
yang dalam penumpasannya
s

memerlukan biaya yang cukup

Kegagalan
tnggi. Kondisi ini mendorong
meningkatnya prosentasi

Faktor
defisit anggaran pemerintah,
dari angka 20% di tahun 1950
dan
100% di tahun 1960.

Anda mungkin juga menyukai