Kabinet ini jatuh karena ada mosi tidak percaya bahwa M. Natsir tidak mampu menyelesaikan
masalah Irian Barat dan sering terjadi pemberontakan sehingga muncul gerakan DI/TII, Andi
Azis, APRA, RMS dsb.
Kesepakatan antara RIS dan RI (sebagai Negara bagian) untuk membentuk Negara kesatuan
tercapai pada tanggal 19 Mei 1950. Setelah selama kurang lebih 2 bulan bekerja, Panitia
Gabungan RIS-RI yang bertugas merancang UUD Negara Kesatuan menyelesaikan tugasnya
pada tanggal 20 Juli 1950. Kemudian setelah diadakan pembahasan di masing-masing DPR,
rancangan UUD negara kesatuan diterima, baik oleh Senat dan Parlemen RIS maupun oleh
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam menyelesaikan
masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th
1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen
sehingga Kabinet Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
Demonstrasi rakyat di Jakarta dan dikeluarkannya Pernyataan Pimpinan Angkatan Darat kepada
Presiden Soekarno di Istana oleh 16 perwira menengah Angkatan Darat. Petisi yang disampaikan
kepada Presiden di depan Istana tersebut meminta agar Parlemen dibubarkan karena bukan hasil
pilihan rakyat, dan menuntut agar segera diadakan Pemilu. Peristiwa yang berlangsung pagi hari
ini terjadi akibat kemelut yang terjadi di kalangan TNI Angkatan Darat sehubungan dengan
diberlakukannya rasionalisasi tentara dan keterlibatan militer dalam lapangan politik.
Peristiwa Tanjung Morawa adalah salah satu peristiwa berdarah yang cukup terkenal di
Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Maret 1953.
Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak
sawah percontohan di bekas areal perkebunan tembakau di desa Perdamaian, Tanjung Morawa.
Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar. Di antara mereka terdapat
beberapa imigran gelap Cina. Usaha pemerintah untuk memindahkan para penggarap dengan
memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian, dihalang-halangi oleh Barisan Tani
Indonesia (BTI), organisasi massa PKI. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal
16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan
polisi. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan massa yang sudah mereka
pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa. Mereka bertindak brutal. Polisi
melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha
merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka-luka.
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada
tanggal 2 Juni 1953.
d. Kabinet Ali I ( 31 Juli 1953 12 Agustus 1955 )
Masalah yang dihadapinya yaitu pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh dan Sulawesi serta
pergantian KSAD dari Bambang Sugeng pada Bambang Oetoyo
Kabinet boleh jatuh bangun, tetapi rakyat Indonesia tetap kokoh berdiri di belakang Bung Karno.
Kabinet Wilopo hanya bertahan setahun (1952-1953), disusul Kabinet Ali Sastroamidjojo I
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka
tanggal 2 Maret 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan
mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum.
Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak
percaya dari parlemen. Tetapi secara Etika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan
sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk anggota
DPR maupun konstituante.
f. Kabinet Ali II ( 24 Maret 1956 14 Maret 1957 )
Masalah yang dihadapinya yaitu timbulnya gerakan anti China dan pemberontakan
PRRI/PERMESTA.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi (Januari 1957), membuat kabinet hasil Pemilu I ini
jatuh dan menyerahkan mandatnya pada Presiden pada tanggal 14 Maret 1957.
g. Kabinet Djuanda
Kabinet ini jatuh karena Badan Konstituante tidak bisa membuat UUD yang baru pengganti
UUDS sehingga presiden mengeluarkan Dekritnya tanggal 5 Juli 1959 dan mengumumkan
berlakunya Demokrasi Terpimpin.
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin
MIA AGNIANI
MERI MERLINA
SITI IMAS N
KELAS : IX B (9B)