Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rafi Ryan Fauzi (29)

Kelas : XII IPS 1


1. Buatlah artikel  tentang peristiwa 17 Oktober 1952, dan siapa tokoh-tokohnya dan
apa saja tuntutannya.
Pada 17 Oktober 1952, akibat dari apa yang dianggap sebagai intervensi partai
politik kepada Angkatan Darat, terjadi demonstari di Istana Negara. Demonstrasi
ini mengajukan tuntutan pembubaran parlemen dan menggantinya dengan
parlemen baru serta tuntutan segera dilaksanakan pemilihan umum.
Demonstrasi ini direncanakan dan dipimpin oleh para perwira Angkatan Darat
seperti Letkol Sutoko, Kolonel dr Mustopo, Letkol Kemal Idris dan Letkol S
Parman. Pada saat yang sama, anggota parlemen Manai Sophian mengajukan
mosi agar pemerintah menyelidiki campurtangan di Angkatan Darat.
Presiden Sukarno menolak tuntutan Angkatan Darat untuk pembubaran
Parlemen dengan alasan ia tidak mau menjadi diktator. Akibat gagalnya upaya
demonstrasi ini, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal AH Nasution harus
mengundurkan diri.
Peristiwa 17 Oktober 1952 ini, bersama dengan kerusuhan yang terjadi di
Tanjung Morawa di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada 16 Maret
1953 akhirnya memaksa PM Wilopo mengembalikan mandat kabinetnya kepada
Presiden RI pertama, Soekarno, pada 2 Juni 1953.

Tokoh peristiwa 17 Oktober 1952:


1) Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul Haris Nasution
2) Mayor Jenderal T.B. Simatupang 
3) Kolonel dr. Mustopo (Kepala Kedokteran Gigi Angkatan Darat dan Perwira
Penghubung Presiden)
4) Letnan Kolonel S. Parman
5) Letnan Kolonel Sutoko 
6) Letnan Kolonel Kemal Idris (Komandan Garnisun Jakarta)
7) Manai Sophian 
Pada tanggal 17 Oktober 1952 terjadi demonstrasi di Jakarta. Semula massa
mendatangi gedung parlemen, kemudian mereka menuju Istana Presiden untuk
mengajukan tuntutan pembubaran parlemen dan menggantinya dengan
parlemen baru serta tuntutan segera dilaksanakan pemilihan umum.
2. Carilah informasi tentang zaken cabinet
kabinet zaken merupakan kabinet yang diisi oleh orang-orang profesional dalam
tiap bidang ahlinya. Kabinet ini muncul antara medio tahun 1957 hingga 1959,
setelah negara mengalami beberapa ketidakstabilan. Pada tahun 1956, Soekarno
menunjuk tokoh politik Partai Nasionalis (PNI) Ali Sastroamijoyo sebagai perdana
menteri. Dia ditugaskan oleh Soekarno untuk menjadi formatur kabinet.

Namun, alih-alih membuat kabinet yang kuat, Ali justru gagal. Selama satu tahun
masa kabinet ini, terjadi sejumlah ketidakstabilan dalam negara. Beberapa di
antaranya adalah, parlemen pemilihan umum telah berputar, Konstituante baru
saja melangkah, rencana pembangunan lima tahun sudah disetujui tetapi
berjalan seret, pimpinan pusat TNI berhasil distabilkan (angkatan darat), gerakan
daerah mengancam kesatuan dan persatuan bangsa dan negara, Hatta
mengundurkan diri dari pemerintahan hingga munculnya Konsepsi Presiden dan
Pemberontakan daerah berlangsung terus.

Lantas, pada tanggal 14 Maret 1957, Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo


menyerahkan mandat kepada Presiden Soekarno. Kabinet ini bubar bukan
karena mosi tidak percaya, melainkan karena timbul perpecahan dalam tubuh
kabinet yang membuat sejumlah partai koalisi menarik menterinya.

Kemudian setelah itu, pada tanggal 15 Maret 1957 Presiden Soekarno menunjuk
Ketua Umum PNI, Soewiryo sebagai formatur untuk membentuk dan menyusun
kabinet baru. Usaha pertama ini gagal, tanggal 25 Maret 1957 Presiden memberi
tugas baru kepada Soerwiryo, tugas tersebut ialah membentuk sebuah zaken
Kabinet. Namun, lagi-lagi gagal. Hingga akhirnya, Soekarno menjadi formatur
kabinet sendirian.

Namun, keberhasilan pembentukan kabinet zaken ini baru bisa dimulai saat
Djuanda Kartawijaya dilantik menjadi menteri pada 9 April 1957. Langkah yang
diambil oleh Perdana Menteri Djuanda adalah menentukan program kerja.
Kabinet Karya atau zaken kabinet ini mempunyai Program kerja yang sederhana
saja tapi efektif dalam menjaga kestabilan negara. Kabinet ini punya lima
Program dalam kerjanya, lima program kerja tersebut di sebut dengan
pancakarya. Adapun kelima program kerja tersebut ialah membentuk Dewan
Nasional, normalisasi Keadaan Republik Indonesia, melanjutkan Pembatalan
KMB, perjuangan Irian Barat dan mempergiat Pembangunan.
Beberapa menteri ahli dalam kabinet zaken bentukan Djuanda, misalnya seperti
menteri perdagangan Soenarjo yang ahli dalam bidang ekonomi perdagangan,
menteri sosial Johannes Leimena yang ahli dalam bidang gerakan sosial, menteri
pendidikan Prijono yang ahli dalam pendidikan atau menteri negara A.M Hanafi
yang lihai dalam lobi-lobi internasional.

Lantas, ketika Soekarno mengeluarkan dekrit Presiden, kabinet zaken bentukan


Djuanda bubar. Hal ini Karena kabinet Djuanda dibentuk dengan UUD Sementara
1950. Dengan berlakunya Sistem Pemerintahan dan Demokrasi yang baru di
Indonesia yakni demokrasi terpimpinnya Soekarno, maka bubarlah pula kabinet
Djuanda atau Kabinet Karya yang juga menandai berakhirnya sistem demokrasi
parlementer di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai