1. PENGERTIAN DEMOKRASI
Kata Demokrasi berasal dari Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat, dan
kratos, yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi demokrasi ialah rakyat yang
berkuasa.
Setelah Perang Dunia ke-II, secara formal demokrasi merupakan dasar dari
kebanyakan negara di dunia. Di antara semakin banyak aliran pemikiran yang
menamakan dirinya sebagai demokrasi, ada dua aliran penting, yaitu demokrasi
konstitusional dan kelompok yang mengatasnamakan dirinya “demokrasi” namun
pada dasarnya menyandarkan dirinya pada komunisme.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh
anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan
kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya,
diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh anggota
konstituante. Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang
timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat direalisasikan.
Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak
mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit yang
disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Hasil pemilihan umum memunculkan NU dan PKI sebagai partai besar di samping PNI
dan Masyumi. Setelah pemilihan umum itu dibentuk Kabinet Ali Sastroamidjojo II pada
tanggal 24 Maret 1956 berdasarkan perimbangan partai-partai di dalam pariemen. Kabinet
ini juga tidak lama bertahan, karena adanya oposisi dari daerah-daerah di luar Jawa dengan
alasan bahwa pemerintah mengabaikan pembangunan di daerah.
Pada bulan Februari 1957, Presiden Soekamo memanggil semua pejabat sipil dan
militer beserta semua pimpinan partai politik ke Istana Merdeka. Dalam pertemuan itu
untuk pertama kalinya Presiden Soekarno mengaju-kan konsepsi yang berisi antara lain
sebagai berikut.
Keadaan yang semakin bertambah kacau ini bisa membahayakan dan mengancam
keutuhan negara dan bangsa Indonesia. Suasana semakin bertambah panas karena adanya
ketegangan yang diikuti dengan keganjilan-keganjilan sikap dari setiap partai politik yang
berada di Konstituante. Rakyat sudah tidak sabar lagi dan menginginkan agar pemerintah.
mengambil tindakan yang bijaksana untuk mengatasi kemacetan sidang Konstituante.
Namun, Konstituante ternyata tidak dapat diharapkan lagi.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa tokoh partai politik mengajukan usul kepada
Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran
Konstituante. Pemberlakuan kembali Undang-undang Dasar 1945 merupakan langkah
terbaik untuk mewujud-kan persatuan dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut: (1)
Pembubaran Konstituante. (2) berlakunya kembali UUD 1945 dan idak berlakunya UUDS
1950, (3) Pembentukkan MPRS dan DPAS.
Dekrit Presiden mendapat dukungan penuh dari masyarakat Indonesia. KSAD
langsung mengeluarkan perintah harian kepada seluruh anggota TNI untuk mengamankan
Dekrit Presiden. Mahkamah Agung juga membenarkan keberadaan Dekrit itu. DPR hasil
pemilihan umum tahun 1955 juga menyatakan kesediaannya untuk terus bekerja
berdasarkan UUD 1945.
c. Pengaruh Dekrit Presiden
Pembubaran DPR hasil pemilu dan pembentukkan DPR-GR Anggota DPR hasil pemilu
tahun 1955 mencoba menjalankan fungsinya dengan menolak RAPBN yang diajukan oleh
Presiden. Sebagai akibat dari penolakan itu, DPR hasil pemilu dibubarkan dan diganti
dengan pembentukkan DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong). Padahal
langkah ini bertentangan dengan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Presiden tidak dapat
membubarkan DPR.
Keanggotaan dalam DPR-GR diduduki oleh tokoh-tokoh beberapa partai besar, seperti
PNI, NU, dan PKI. Ketiga partai ini dianggap telah mewakili seluruh golongan seperti
golongan nasionalis, agama, dan komunis yang sesuai dengan konsep Nasakom. Dalam
pidato Presiden Soekarno pada upacara pelantikan DPR-GR pada tanggal 25 Juni 1960
disebutkan tugas DPR-GR adalah melaksanakan Manifesto Politik, me-realisasikan Amanat
Penderitaan Rakyat dan melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Selanjutnya, untuk
menegakkan Demokrasi Terpimpin, Presiden Soekarno mendirikan lembaga-lembaga
negara lainnya, misalnya Front Nasional yang dibentuk melalui Penetapan Presiden No. 13
tahun 1959.
Masuknya pengaruh PKI Konsep Nasakom memberi peluang kepada PKI untuk
memperluas dan mengembangkan pengaruhnya. Secara perlahan dan hati-hati, PKI
berusaha untuk menggeser kekuatan-kekuatan yang yang berusaha menghalanginya.
Sasaran PKI selanjutnya adalah berusaha menggeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945
digantikan menjadi komunis. Setelah itu, PKI mengambil alih kedudukan dan kekuasaan
pemerintahan yang sah. Untuk mewujudkan rencananya, PKI memengaruhi sistem
Demokrasi Terpimpin. Hal ini terlihat dengan jelas bahwa konsep terpimpin dari Presiden
Soekarno yang berporos nasionalis, agama, dan komunis (Nasakom) mendapat dukungan
sepenuhnya dari pimpinan PKI, D.N. Aidit. Bahkan melalui Nasakom, PKI berhasil
meyakinkan Presiden Soekarno bahwa Presiden Soekarno tanpa PKI akan menjadi lemah
terhadap TNI.
Arah politik luar negeri Indonesia terjadi penyimpangan dari politik luar negeri bebas-
aktif menjadi condong pada salah satu poros. Pada masa itu diberlakukan politik
konfrontasi yang diarahkan pada negara-negara kapitalis, seperti negara-negara Eropa
Barat dan Amerika Serikat. Politik konfrontasi dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New
Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces). Nefo merupakan kekuatan baru yang
sedang muncul yaitu negara-negara progresif revolusioner (termasuk Indonesia dan negara-
negara kornunis umumnya) yang anti imperialisme dan kolonialisme. Sedangkan Oldefo
merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis yang
neokolonialis dan imperialis (Nekolim).
Bentuk perwujudan poros anti imperialis dan kolonialis itu dibentuk poros Jakarta -
Phnom Penh - Hanoi - Peking - Pyong Yang. Akibatnya ruang gerak diplomasi Indonesia di
forum internasional menjadi sempit, karena berkiblat ke negera-negara komunis. Selain itu,
pemerintah juga menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini disebabkan
pemerintah tidak setuju dengan pembentukkan negara federasi Malaysia yang dianggap
proyek neokolonialisme Inggris yang membahayakan Indonesia dan negara-negara blok
Nefo. Dalam rangka konfrontasi itu, Presiden Soekarno mengumumkan Dwi Komando
Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964 yang isinya sebagai berikut :
• Perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia.
• Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari Nekolim Inggris.
Pelaksanaan Dwikora itu diawali dengan pembentukan Komando Siaga dipimpin
Marsekal Omar Dani. Komando Siaga ini bertugas untuk mengirimkan sukarelawan ke
Malaysia Timur dan Barat. Hal ini menunjuk-kan adanya campur-tangan Indonesia pada
masalah dalam negeri Malaysia.
d. Kehidupan Politik di Masa Demokrasi Terpimpin
Sebagai tindak lanjut Dekrit Presiden adalah penataan kehidupan politik sesuai
ketentuan-ketentuan demokrasi terpimpin. Selain dibentuk kabinet kerja, juga dibentuk
lembaga-lembaga negara seperti MPRS, DPR-GR dan Front Nasional. Keanggotaan umum
lembaga itu disusun berdasarkan komposisi gotong-royong sebagai perwujudan dari
demokrasi terpimpin.
TNI dan POLRI disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang
terdiri atas empat angkatan yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan
Udara, dan Angkatan Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin oleh seorang Menteri
Panglima Angkatan yang kedudukannya langsung berada di bawah Presiden atau Panglima
Tertinggi ABRI. Golongan ABRI diakui sebagai salah satu golongan fungsional dan menjadi
salah satu kekuatan sosial politik. Dengan demikian, ABRI dapat memainkan peranannya
sebagai salah satu kekuatan sosial politik.
Berdasarkan Penpres No. 7 Tahun 1959 tanggal 31 Desember 1959, kehidupan partai
politik ditata dengan menetapkan syarat-syarat yang hams dipenuhi oleh partai politik.
Partai politik yang tidak memenuhi syarat dihapuskan, misalnya jumlah anggotanya terlalu
sedikit. Dengan dikeluarkannya Penpres itu
partai politik yang masih dapat bertahan antara lain PNI, Partai Masyumi, Partai NU,
PKI, Partai Katolik, Parkindo, PSI, Partai Murba, Partai IPKI, PSII, dan Partai Perti. Tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah lebih dikenal dengan tindakan penyederhanaan
kepartaian. Sementara itu, sejumlah tokoh dari Partai Masyumi dan PSI terlibat dalam
gerakan PRRI-Permesta, sehingga kedua partai ini dibubarkan oleh pemerintah.
Dalam keadaan seperti itu, kekuatan politik yang ada pada waktu itu adalah presiden
dan ABRI serta partai-partai, terutama PKI. Presiden Soekamo dalam politiknya selalu
berusaha untuk menjaga keseimbangan (balance of power) dalam tubuh ABRI dan juga
antara ABRI dengan partai politik. Untuk menjaga keseimbangan itu, Presiden Soekarno
memerlukan dukungan dari PKI. Namun, PKI hanya mengutamakan kepentingannya sendiri
agar dapat memainkan perannya yang dominan di bidang politik. Dominasi PKI itu diperoleh
dengan mendukung konsep Nasakom Presiden Soekarno.
7
Sementara itu, tuduhan terhadap PKI yang bersifat internasional (kurang nasional) dan
anti agama dijawab bahwa PKI menerima Manipol (Manifesto Politik) yang di dalamnya
mencakup Pancasila. Ajakan Presiden Soekarno supaya jangan komunistophobi (takut
terhadap komunis) sangat menguntung-kan PKI dan menjadikan PKI aman. PKI mendapat
keuntungan dan perlindungan dari kebijakan politik Presiden Soekarno.
b) Luar Negeri; berusaha mengubah politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif
menjadi politik yang menjurus ke negara-negara komunis.
Berkat perlindungan Presiden Soekarno dan dominasi di bidang politik, tidak ada
tindakan lebih lanjut atas tuduhan itu. D.N. Aidit (Ketua PKI) di hadapan peserta kursus
Kader Revolusi menyatakan bahwa Pancasila hanya merupakan alat pemersatu dan kalau
sudah bersatu, Pancasila tidak diperlukan lagi. Pemyataan ini tidak mendapat tindakan dan
peringatan dari Presiden Soekamo, sehingga PKI dapat melakukan intimidasi dan teror
politik di segala bidang. -
Pada bidang kebudayaan dan pers, PKI memengaruhi Presiden Soekarno untuk
melarang Manifesto Kebudayaan (Manikebu) dan Barisan Pendukung Soekarno (BPS).
Alasannya keduanya didukung dinas intelijen Amerika Serikat (CIA). Sebenarnya yang
ditentang PKI bukan manifesto kebudayaan, tetapi terselenggaranya Konferensi Karyawan
Pengarang Indonesia (KKPI) yang berhasil membentuk organisasi pengarang dengan nama
Persatuan Karyawan Pengarang Indonesia (PKPI). PKI juga berhasil memengaruhi Antara
(Kantor berita) dan RRI.
Di bidang kepartaian, PKI berhasil menfitnah Partai Murba, sehingga partai itu
dibubarkan oleh Presiden Soekarno. PKI juga mengadakan penyusupan ke partai-partai lain.
PNI yang dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo sebagai ketua dan Jenderal Surachman sebagai
sekretaris jenderalnya disusupi PKI. Besarnya pengaruh PKI pada PNI (Ali - Surachman)
menyebabkanmarhaenisme diberi arti marxisme yang diterapkan di Indonesia. Tokoh-tokoh
marhaenisme sejati seperti Osa Maliki dipecat dari keanggotaan partai. Golongan Osa
Maliki membentuk pengurus tandingan, sehingga terbentuklah PNI Osa-Usep (Ketuanya
Osa Maliki dan sekretaris jenderalnya Usep Ranuwijaya). Dengan demikian, PNI pecah
menjadi dua.
Pada bidang agraria dan pertanian, PKI melalui ormasnya, Barisan Tani Indonesia (BTI)
berhasil mengacaukan pelaksanaan landreform di beberapa tempat dan melakukan aksi
sepihak dalam bentuk penyerobotan tanah, seperti di Klaten, Boyolali, Kediri (Peristiwa
Jengkol), dan Sumatera Utara (Peristiwa Bandar Betsy). Aksi sepihak itu bertujuan untuk
mengacaukan keadaan dan juga sebagai alat ukur untuk mengetahui reaksi dan tindakan
yang akan dilakukan oleh pihak ABRI.
Dalam usaha memengaruhi ABRI, PKI mempergunakan jalur resmi dan jalur tidak
resmi. Jalur resmi adalah Komisaris Politik Nasakom yang mendampingi Panglima atau
Komandan Kesatuan. Sedangkan jalur tidak resmi adalah melalui Biro Khusus yang diketuai
oleh Kamaruzaman (Syam).
Rupanya melalui penempatan Komisaris Politik Nasakom yang terdiri atas PNI dan
NU, PKI kurang berhasil karena ketangguhan sikap pimpinan ABRI. ABRI mampu
menanggulangi pengaruh PKI, bahkan dapat menjadi penghalang bagi PKI dalam usahanya
membentuk negara komunis. Oleh karena itu, pada peristiwa Gerakan 30 September, yang
dijadikan sasaran PKI adalah ABRI, khususnya angkatan darat.
Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi
yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha daerah di
seluruh Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.
Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi murah
tetapi tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki uang. Hal ini
disebabkan karena :
- Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat pergolakan
daerah yang menyebabkan ekspor menurun.
- Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh
tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.
- Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI sedang
mengeluarkan kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.
Ada 3 bentuk perjuangan dalam rangka pembebesan Irian Barat : Diplomasi, Konfrontasi
Politik dan Ekonomi serta Konfrontasi Militer.
Perjuangan Diplomasi
Ditempuh guna menunjukkan niat baik Indonesia mandahulukan cara damai dalam
menyelesaikan persengketaan. Perjuangan tersebut dilakukan dengan perundingan. Jalan
diplomasi ini sudah dimulai sejak Kabinet Natsir (1950) yang selanjutnya dijadikan program
oleh setiap kabinet. Meskipun selalu mengalami kegagalan sebab Belanda masih menguasai
Irian Barat bahkan secara sepihak memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Kerajaan
Belanda.
ü Tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB, diumumkan pembatalan
utang-utang RI kepada Belanda.
ü Selama tahun 1957 dilakukan :
- Pemogokan buruh di perusahaan-perusahaan Belanda
- Melarang terbitan-terbitan dan film berbahasa Belanda
- Memboikot kepentingan-kepentingan Belanda di Indonesia
ü Selama tahun 1958-1959 dilakukan :
- Nasionalisasi terhadap ± 700 perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
- Mengalihkan pusat pemasaran komoditi RI dan Rotterdam (Belanda) ke Bremen,
Jerman.
Konfrontasi Militer
Dampak dari tindakan konfrontasi politik dan ekonomi tersebut maka tahun 1961
dalam Sidang Majelis Umum PBB terjadi perdebatan mengenai masalah Irian
Barat. Diputuskan bahwa Diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker bersedia menjadi
penengah dalam perselisihan antara Indonesia dan Belanda.
Bunker mengajukan usul yang dikenal dengan Rencana Bunker, yaitu :
ü Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada Republik Indonesia.
ü Setelah sekian tahun, rakyat Irian Barat harus diberi kesempatan untuk menentukan
pendapat apakah tetap dalam negara Republik Indonesia atau memisahkan diri.
ü Pelaksanaan penyelesaian masalah Irian Barat akan selesai dalam jangka waktu dua
tahun.
ü Guna menghindari bentrokan fisik antara pihak yang bersengketa, diadakan pemerintah
peralihan di bawah pengawasan PBB selama satu tahun.
Indonesia menyetujui usul itu dengan catatan jangka waktu diperpendek. Pihak Belanda
tidak mengindahkan usul tersebut bahkan mengajukan usul untuk menyerahkan Irian Barat
di bawah pengawasan PBB. Selanjutnya PBB membentuk negara Papua dalam jangka waktu
16 tahun.
Jadi Belanda tetap tidak ingin Irian Barat menjadi bagian dari Indonesia. Keinginan Belanda
tersebut tampak jelas ketika tanpa persetujuan PBB, Belanda mendirikan negara Papua,
lengkap dengan bendera dan lagu kebangsaan. Tindakan Belanda tersebut tidak
melemahkan semangat bangsa Indonesia. Indonesia menganggap bahwa sudah saatnya
menempuh jalan kekuatan fisik (militer).