144 Ali Sastroamidjojo. Tonggak–tonggak Perjalananku.(Solo. P.T. Kinta; 1974). Hal, 319.
145 Soekarno. Amanat Proklamasi II, Hal,71.
146 Tribuana Said. Indonesia dalam Politik Global Amerika, (Medan. Penerbit Waspada,
1983). Hal,161.
Kabinet Ali tersungkur, gara–gara terjadi lagi konflik di
kalangan militer soal penggantian KSAD. Penggantian KSAD dari
Kolonel Bambang Sugeng ke penggantinya Kolonel Bambang Utoyo
mendapat tentangan dari Kolonel Zulkifli Lubis. Tanggal 12
Agustus 1955, Ali mengembalikan mandatnya kepada Wakil
Presiden, sebab Presiden Soekarno sedang melaksanakan ibadah
haji. Hatta kemudian menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai
formatur dan membentuk Kabinet baru. Kabinet Burhanuddin ini
bertahan hanya sampai 16 Maret 1956 dan merupakan
pemerintahan penyelenggara Pemilihan Umum Pertama pada
Bulan September 1955 dengan munculnya empat partai besar
pemenang pemilu, yaitu: Partai Nasional Indonesia (PNI),
Masyumi, NU dan Partai Komunis indonesia (PKI). Berdasar hasil
Pemilihan umum ini, maka Presiden Soekarno menunjuk Ali
Sastroamijoyo (PNI) sebagai formatur kabinet, yang kemudian
lazim disebut sebagai Kabinet Ali 2, tanggal 24 Maret 1956.
Hasil Pemilihan Umum yang berjalan sangat jujur, adil
dan terbuka itu ternyata tidak diterima secara jujur oleh berbagai
kelompok, terutama yang sudah mendapat bantuan dari CIA.
Selain penolakan dari unsur–unsur yang mendapat bantuan dana
menjelang pemilu, juga dari kalangan militer, seperti usaha
‘Setengah Kup’ tahun 1952 oleh A.H.Nasution yang diteruskan
pada saat pergantian KSAD Bambang Sugeng di tahun 1955,
maka Kabinet Ali yang secara formal berkoalisi dengan Masyumi
dan NU (159 suara), secara substansial sangat lemah. Usaha
pertama menjatuhkan pemerintah berawal dari kalangan militer.
“Pada tanggal 17 Oktober 1956, desas–desus tentang akan
terjadinya coup untuk menggulingkan pemerintahan benar–benar
menjadi kenyataan. Pasukan–pasukan yang kira–kira berkekuatan
9 batalyon pada pagi–pagi hari bergerak dari Cirebon dan
Tasikmalaya ke arah Jakarta, lewat Bogor. Tetapi aksi ini gagal
dihentikan oleh pasukan TNI dibawah Mayor Achmad
Wiranatakusumah.”147
151 Soebagijo IN, Wilopo. 70. Tahun. (Jakarta. Gunung Agung , 1979). Hal,168.
152 Ibid. Hal, 174
dipercayakan oleh rakyat kepadanya. Bahwa hal yang demikian
menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang membahayakan
persatuan dan keselamatan negara. Menetapkan pembubaran
konstituante. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung
mulai hari tanggal penetapan dekrit ini.”153