Dewan-dewan ini lahir sebagai reaksi dari situasi bangsa dan negara ketika itu.
Awal pemberontakan PRRI di Sumatra Tengah terjadi menjelang pembentukan
Republik Indonesia Serkat (RIS) pada tahun 1949. Penciutan Divisi Banteng pada
Oktober 1949 menjadi satu brigade terdiri atas batalyon-batalyon besar di
Sumatra Tengah. Akibatnya sejumlah prajurit terpaksa pulang kampung termasuk
Ahmad Husein. Selain itu, pembangunan di Sumatra Tengah terasa sangat lambat
dan menghadapi masalah.
Keadaan ini juga menggugah hati sejumlah perwira bekas Divisi Banteng yang
masih bertugas. Selain itu juga menggugah berbagai tokoh politik dan sasta yang
pernah bergabung dengan Divisi Banteng. Keprihatinan ini melahirkan gagasan
mencari penyelesaian dengan mengadakan pertemuan pada 21 September 1956
di kompleks perumahan Persari milik Jamaludin Malik di Jakarta. Kemudian
disusul dengan reuni di Padang 11 Oktober 1956 dan menyusul pertemuan-
pertemuan yang lain. Reuni divisi Banteng ini menghasilkan keputusan untuk
menyelesaikan masalah-masalah negara terutama perbaikan progressive di tubuh
angkatan darat diantaranya adalah dengan menetapkan peabat-pejabat daerah
yang jujur dan kreatif, menuntut agar diberi otonomi luas untuk daerah Sumatra
tengah serta menuntut ditetapkannya eks Divisi Banteng Sumatra Tengah yang
diciutkan menjadi kesatuan pelaksana Proklamasi sebagai satu korps dalam
angkatan darat.
PRRI membentuk Dewan Perjuangan dan tidak mengakui kabinet Djuanda. Dewan
Perjuangan PRRI membentuk Kabinet baru, Kabinet Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (Kabinet PRRI). Pembentukan kabinet ini berlangsung saat
Persiden Soekarno sedang berada di Tokyo, Jepang. Pada tanggal 10 Februari
1958 sebuah Dewan Perjuangan melalui RRI Padang mengeluarkan pernyataan
“Piagam Jakarta” yang berisi sejumlah tuntutan yang ditujukan pada Persiden
Soekarno agar “bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional
menghapus segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 serta
membuktikan kesediaannya itu dengan kata dan perbuatan…”. Tuntutan tersebut
diantaranya adalah:
5. Apabila tuntutan diatas tidak dipenuhi dalam tempo 5×24 jam maka Dewan
Perjuangan akan mengambil langkah kebijakan sendiri.
Tuntutan-tuntutan ini ditolak oleh pemerintah pusat. Reaksi dari PRRI adalah
dengan mengumumkan pendirian Pemerintahan Tandingan yaitu Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) lengkap dengan kabinetnya pada tanggal
15 Februari 1958. Susunan Kabinet PRRI adalah sebagai berikut: