Anda di halaman 1dari 6

Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berlangsung pasca Perang Dunia ke II.

Selama puluhan tahun,


persaingan ideologi dan adanya keinginan untuk berkuasa dua negara berpengaruh tersebut membawa dampak yang
begitu besar bagi dunia termasuk Indonesia. Secara singkat, Perang Dingin merupakan perang politik, ideologi, dan
militer yang terjadi antara Amerika Serikat (blok barat) dan Uni Soviet (blok timur) setelah perang dunia ke II
sampai tahun 1991. Bagi Indonesia sendiri, dampak dari adanya Perang Dingin ini mencakup ke dalam beberapa
aspek antara lain :

 Penerapan demokrasi terpimpin pada tahun 1960 pada saat itu pemerintah mengarahkan pandangan
politiknya ke negara yang berhaluan komunis.

 Sistem demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi yang pernah diterapkan di
Indonesia pada periode 1959-1966, yaitu sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sampai jatuhnya kekuasaan presiden pertama Soekarno.

 Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem yang mengacu pada pemerintahan yang secara
formal demokratis yang berfungsi sebagai otokrasi de facto.

Gaya otokratis merupakan gaya yang mengadopsi pada bakat/karakter seseorang yang dibawa
didalam kepemimpinannya. Otokratis ini merupakan sentralistik dan pemusatan kekuasaan pada
satu orang saja. Dalam gaya otokrasi seorang pemimpin merupakan tokoh yang memberikan
banyak pengaruh pada pengikutnya yang mendukungnya.

Demokrasi terpimpin yang juga merupakan sistem demokrasi yang terkelola dan dilegitimasi oleh
pemilihan yang bebas dan adil, tetapi tidak mengubah kebijakan, motif, dan tujuan negara.

 Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi yang menunjukkan bahwa pemerintah
telah belajar untuk mengendalikan pemilihan umum sehingga pemilih dapat melaksanakan
semua hak-hak mereka tanpa benar-benar mengubah kebijakan publik.

Masa Demokrasi Terpimpin merupakan masa yang sulit bagi Indonesia dimana terjadi ketidak stabilan baik
di bidang politik maupun ekonomi. Masa–masa Demokrasi Terpimpin terjadi banyak goncangan, yaitu
adanya masalah usaha pembebebasan Irian Barat, masalah dengan Malaysia, serta keadaan ekonomi yang
sangat kritis, bahkan disebut masa Demokrasi Terpimpin merupakan masa dimana ekonomi mengalami
hyper inflasi (sekitar 100% per tahun mulai akhir tahun 1961 sampai tahun 1964.

 Pendirian Poros Jakarta Hanoi Pyong Yang Phnom Penh yang terbentuk akibat kedekatan Indonesia dengan
Negara Blok Timur.

Dalam sejarahnya, di masa Perang Dingin, ketika Rusia sebagai gembong Uni Soviet yang komunis,

Rusia dan China adalah persekutuan komunis yang dimusuhi Amerika Serikat (AS) dan Inggris yang

liberal.
Baik Rusia dan China, di masa Perang Dingin mendekati Indonesia. Setelah 1950, Indonesia adalah

negara terbesar di Asia Tenggara, yang harus didekati dua negara itu agar tidak jatuh dalam pengaruh

Blok Barat yang liberal.

Tidak heran jika dari Rusia dan China, Indonesia pernah dapat bantuan. Tidak hanya uang, dengan

ketentuan yang merepotkan seperti yang selalu dulu dipinjamkan AS, tapi juga persenjataan yang

membuat Indonesia kuat di Asia Tenggara dan sekitarnya.

Indonesia era Sukarno, yang pernah diganggu AS dalam PRRI/Permesta, tentunya sangat wajar jika

dalam Perang Dingin bersekutu dengan saingan AS, dalam hal ini Soviet atau China. Tidak heran juga di

era Sukarno pernah dibangun Poros Jakarta-Peking-Moskow.

Hubungan dengan Rusia membuat Indonesia dapat bantuan militer berupa persenjataan seperti KRI Irian

dan pesawat-pesawat tempur canggih. Ketika Indonesia gagal membeli senjata dari AS, Indonesia dapat

membelinya di negara-negara Blok Timur.

Namun hubungan Uni Soviet dan China itu ada pasang surutnya. Ini karena Uni Soviet yang beribukota di

Moskow dan China yang beribukota di Beijing (dulu disebut Peking), pernah memburuk hubungannya.

Bung Karno dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang punya kepentingan bertindak.

"Aidit diperintahkan ke Beijing dan Moskow untuk mendamaikan kedua negara itu sehingga tidak

terpecah belah," tulis JB Sudarmanto dalam Tengara Orde Baru: Kisah Harry Tjan Silalahi (2004:114).

Usaha sulit itu tidak berhasil gemilang. Kemudian PKI sendiri lebih cenderung ke Beijing/Peking

ketimbang ke Moskow.

"Tak heran kita, jika akhirnya Bung Karno menarik garis poros Jakarta-Hanoi-Peking-Pyongyang.

Moskow tidak masuk garis lagi, sesuai dengan garis politik PKI yang baru, yaitu berorientasi ke Peking,"

aku Hatta dalam Bung Hatta Menjawab (1978:50).

Meski mesra dengan China, hubungan Indonesia dengan Uni Soviet sebelum 1965 tetap berjalan. Poros-

poros dengan negara-negara komunis itu kemudian berakhir setelah Sukarno jatuh dan Soeharto menjadi
presiden RI. Orde Baru dengan merasa menjalankan Politik Luar Negeri Bebas Aktif dengan AS, tapi

menjauh dari negara komunis dengan alasan G30S.

Setelah Soeharto lengser, hubungan China dengan RI benar-benar pulih. Pemerintahan Presiden Jokowi

bahkan mengulang kembali apa yang dulu dilakukan Presiden Sukarno, dekat dengan China. Jika Jokowi

ingin terlibat dalam ketegangan dunia bersama China dan Rusia seperti saat ini, maka Poros Jakarta-

Beijing-Moskow akan terjalin Kembali.

 Kebijakan ekonomi Indonesia cenderung terlihat mengarah pada Kolonialisme dan Imperialisme

Sistem kebijakan ekonomi yang hanya menguntungkan negara itu sendiri.

 Perubahan arah politik Indonesia yang terjadi pada tahun 1965 sebagai dampak dari gerakan 30 SPKI yang
dianggap didalangi oleh PKI.

Secara politik,

1. lahir peta kekuatan politik baru yakni tentara Angkatan Darat.

2. Hingga Desember 1965, PKI telah hancur sebagai kekuatan politik di Indonesia.
Kekuasaan dan pamor politik Presiden Soekarno meredup.

3. Munculnya tiga tuntutan rakyat (Tritura) yang dicetuskan dan diserukan oleh kesatuan aksi
yang tergabung dalam Front Pancasila.

4. Munculnya Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar pada 11 Maret 1966.

5. Lahirnya Orde Baru.

G30S PKI juga mengubah arah politik Indonesia. Dukungan terhadap NASAKOM
(Nasionalisme Agama Komunisme) dan ideologi kiri melemah, sedangkan paham anti-
komunis dan anti-kiri semakin berkembang.

Apa itu ideologi kiri dan kanan?


Pada umumnya, sayap kiri diasosiasikan dengan ide-ide seperti kebebasan, persamaan derajat,
solidaritas, pembelaan hak-hak, perjuangan sosial, reformasi dan internasionalisme, sedangkan sayap
kanan diasosiasikan dengan ide-ide seperti hirarki, keteraturan, kewajiban, tradisi, nasionalisme, dan
mematuhi pihak berwenang.

 Berawal dari terjadinya krisis minyak dunia yang memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia, hal
ini menyebabkan perkembangan modal asing dalam negeri ini.
 Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang signifikan selama masa Perang Dingin.
Indonesia berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya dari rata-rata 2% pada tahun 1950-
an menjadi rata-rata 7% pada tahun 1980-an. Indonesia juga berhasil menurunkan tingkat
kemiskinan dari 60% pada tahun 1970 menjadi 15% pada tahun 1990. Indonesia juga berhasil
meningkatkan pendapatan per kapita dari $50 pada tahun 1965 menjadi $1.000 pada tahun 1990.
 Indonesia mampu mencapai prestasi ekonomi ini dengan mengadopsi kebijakan-kebijakan yang
sesuai dengan kondisi dan kepentingan nasionalnya. Indonesia memanfaatkan sumber daya
alamnya, terutama minyak dan gas bumi, sebagai motor pertumbuhan ekonominya. Indonesia
menjadi anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) pada tahun 1962 dan
menikmati keuntungan dari kenaikan harga minyak dunia pada tahun 1970-an. Indonesia juga
mengembangkan sektor industri, pertanian, dan jasa, serta meningkatkan investasi asing dan
domestik.
 Indonesia juga menerapkan kebijakan ekonomi yang berorientasi pada pasar, tetapi tetap
mempertahankan peran negara yang kuat. Indonesia melakukan stabilisasi makroekonomi
dengan mengendalikan inflasi, defisit anggaran, dan utang luar negeri. Indonesia juga melakukan
deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi sektor-sektor ekonomi yang dianggap tidak efisien atau
tidak strategis. Namun, Indonesia juga memberikan perlindungan dan insentif kepada sektor-
sektor ekonomi yang dianggap penting atau potensial, seperti BUMN (Badan Usaha Milik
Negara), KIK (Kredit Investasi Kecil), dan IKM (Industri Kecil dan Menengah).
 Berakhirnya pemerintahan orde baru lalu terjadi krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997.

Perekonomian Indonesia yang melaju pesat dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk
masyarakat di masa Orde Baru diikuti dengan praktik kkn (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi
demo mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah
menaikkan harga bahan bakar di tanggal 4 Mei 1998.

Terjadi juga Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya empat mahasiswa di depan Universitas Trisakti
yang semakin mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah.

Tahun 1997-1998 merupakan periode Orde Baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat
Indonesia. Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan
berakhirnya rezim Orde Baru.

Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, Orde Baru ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda
sejak tahun 1997. Ditambah besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah membuat
Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.

Krisis moneter adalah kondisi terpuruknya perekonomian suatu negara yang menyebabkan harga-harga aset
mengalami penurunan tajam. Krisis moneter juga dikenal sebagai krisis keuangan yang berdampak pada berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Penyebab krisis moneter ini dapat berdampak pada ekonomi menjadi terhambat,
masyarakat mengalami kesulitan dalam bidang perekonomian, dan lembaga keuangan mengalami kekurangan
likuiditas.
Krisis moneter ditandai dengan nilai tukar mata uang yang tidak bisa dikendalikan, sehingga membuat harga barang
naik. Krisis moneter dapat terjadi akibat beberapa sebab, seperti nilai mata uang anjlok, defisit neraca perdagangan,
dan kebijakan moneter yang tidak tepat.
Dampak dari krisis moneter antara lain adalah inflasi, pengangguran, dan kemiskinan. Krisis moneter pernah terjadi
di Indonesia pada tahun 1997-1998 dan juga terjadi di berbagai negara lain di dunia.

Penyebab krisis moneter dapat bervariasi tergantung pada konteks dan faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi
perekonomian suatu negara. Namun, beberapa penyebab umum yang sering terkait dengan krisis moneter meliputi:

1. Ketidakseimbangan Neraca Perdagangan

Defisit yang berkelanjutan dalam neraca perdagangan, yaitu ketika impor lebih besar daripada ekspor,
dapat menyebabkan aliran keluar mata uang negara tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
cadangan devisa dan melemahnya nilai tukar mata uang.

2. Utang Luar Negeri yang Tinggi

Akumulasi utang luar negeri yang signifikan dan tidak berkelanjutan dapat menjadi beban yang berat bagi
perekonomian suatu negara. Jika negara mengalami kesulitan dalam membayar utang tersebut atau terjadi
kekhawatiran terhadap kemampuan negara tersebut untuk memenuhi kewajiban pembayaran utangnya,
maka krisis moneter dapat terjadi.

3. Ketidakstabilan Keuangan

Ketidakstabilan dalam sektor keuangan, termasuk lemahnya sistem perbankan, spekulasi berlebihan, dan
penurunan kepercayaan investor, dapat memicu krisis moneter. Permasalahan perbankan, seperti kredit
macet yang tinggi atau kerentanan terhadap risiko sistemik, dapat menyebabkan tekanan pada stabilitas
keuangan dan mengganggu fungsi pasar keuangan.

4. Kebijakan Moneter yang Tidak Efektif

Kebijakan moneter yang tidak tepat atau kurang efektif dalam mengelola inflasi, tingkat suku bunga, dan
stabilitas mata uang dapat menjadi faktor penyebab krisis moneter. Misalnya, kebijakan moneter yang
terlalu longgar atau terlalu ketat dapat berdampak negatif pada perekonomian.

5. Krisis Ekonomi Global

Penurunan permintaan global, penurunan harga komoditas, dan ketidakpastian ekonomi global dapat
memengaruhi stabilitas moneter suatu negara. Krisis ekonomi global, seperti resesi ekonomi yang melanda
banyak negara secara bersamaan, dapat memicu krisis moneter di negara-negara yang terhubung secara
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai