Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Perang Dingin di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Persaingan Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berlangsung
selama beberapa dekade dan menghasilkan kecurigaan anti-komunis dan insiden
internasional yang menyebabkan kedua negara adikuasa berada di ambang bencana
nuklir. Perang Dingin terjadi selama 45 tahun, di mana pada perang tersebut yang
ditekankan bukanlah konfrontasi militer antara Amerika dan Uni Soviet, melainkan
dengan adu kekuasaan, seperti perang menggunakan negara proxy yang terjadi di
Vietnam. Sejak proklamasi pada 1 Oktober 1949, Republik Rakyat Tiongkok telah
mendapatkan peran penting dalam hubungan internasional setelah Perang Dunia II.
Keberhasilan komunisme menaklukkan Cina, telah mengubah dinamika persaingan
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memimpin Blok Barat dan Blok Timur.
Situasi ini telah memaksa negara-negara yang baru merdeka di era ini, seperti
Indonesia dan Malaysia, untuk menentukan posisi mereka. Selain menghadapi
tekanan politik internasional yang sama, kedua negara juga memiliki hubungan
dalam masalah-masalah domestik yang berkaitan dengan China, yaitu keberadaan
Partai Komunis lokal dan etnis "Cina di luar negeri".

Faktor-faktor eksternal dan domestik yang pada akhirnya mempengaruhi pilihan


kebijakan luar negeri negara tersebut terhadap Tiongkok. Pasca Perang Dunia II
dinyatakan selesai ditandai dengan menyerahnya Jepang setelah dua kotanya
Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh sekutu tahun 1945. Berakhirnya
Perang Dunia II, nyata menjadi titik tolak penting bagi negara-negara jajahan untuk
merdeka secepatnya termasuk negara-negara Asia Tenggara. Indonesia menjadi
salah satu negara yang langsung merespon situasi tersebut dan akhirnya dengan
perjuangan para pendiri bangsa, Indonesia bisa memproklamirkan kemerdekaan
pada 17 Agustus 1945. (Maksum, 2018) Berakhirnya Perang Dunia Kedua
memperlihatkan satu demi satu negaranegara Asia Tenggara memperoleh
kemerdekaan daripada penjajah Barat.

Kemerdekaan negara-negara ini menjuruskan mereka memilih pendekatan dasar


luar masing-masing sama ada „memihak‟ atau „berkecuali‟. Kemerdekaan era ini
wujud dalam kerangka Perang Dingin yang tidak memberikan kedaulatan mutlak
kepada rantau ini sebaliknya menjadikannya terus terikat dengan negara-negara
kuasa besar atas nama Komanwel atau Program Bantuan.1 Keadaan ini
menjerumuskan rantau Asia Tenggara ke dalam persaingan ideologi pro-Komunis
dan anti-Komunis. (Husin, 2010)

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka munculah rumusan masalah yaitu


“Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh Perang Dingin terhadap Indonesia
dalam beberapa aspek?"
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Politik Luar Negri Indonesia Era Soekarno

Hadirnya Soekarno Hatta sebagai dwi tunggal dalam perjuangan bangsa


Indonesia memberikan pengaruh yang cukup besar tarhadap perkembangan Indonesia
dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan khusus dengan politik luar
negeri Indonesia sehingga revolusi dapat mengarah pada arah yang lebih baik. Dalam
sejarah Indonesia terkhusus pada politik luar negeri masa revolusi nasional terdapat dua
hal metode yang digunakan Indonesia dalam menyelasikan konflik, dimana kedua
metode ini memiliki perbedaan yang mendasar akan tetapi saling mendukung satu sama
lain dalam hal penyelesaian konflik yakni metode kekuatan bersenjata dan diplomasi.
(SULFACHRIADI, 2015) Pada 17 Agustus tahun 1959, Soekarno telah mengucapkan
hal berkenaan dengan Manifesto Politik (Manipol).

Dalam perjuangan menyelesaikan Revolusi Nasional, bangsa Indonesia telah


memiliki garis-garis besar haluan Negara yang tersimpul dalam Manifesto Politik
tersebut. Dengan Manipol, Rakyat dan Bangsa Indonesia mempunyai pedoman dalam
meneruskan perjuangan untuk menyelesaikan Revolusi Indonesia dalam segala bidang.
“Jalannya Revolusi Kita” yang diucapkan oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno
dalam Amanat 17 Agustus 1960 adalah merupakan pedoman pelaksanaan ke-I dari
Manifesto Politik Republik Indonesia, sehingga pelaksanaan Manifesto Politik dapat
berjalan secara konsekwen revolusioner, terhindar dari penyelewengan-penyelewengan
dan penyalahgunaan. Manifesto Politik memuat dua hal, yaitu Persoalan-persoalan
Pokok daripada Revolusi Indonesia dan Program Umum Revolusi Indonesia.

Persoalan-persoalan Pokok Revolusi Indonesia harus difahami oleh tiap warga


negara Indonesia sejak ia dibangku sekolah dan apalagi sesudah dewasa. Harus
diadakan pendidikan secara luas, di sekolah-sekolah maupun diluar sekolah tentang
Persoalan-persoalan Pokok Revolusi Indonesia. Rakyat Indonesia harus bersatu fikiran
mengenai revolusinya sendiri karena hanya jika ada persatuan dalam fikiran Rakyat
Indonesia dapat bersatu dalam kemauan dan dalam tindakan. Program Revolusi harus
menjadi program Pemerintah, program front nasional, program semua Partai, semua
organisasi massa dan semua warga negara Republik Indonesia. Sudah tentu tiap Partai,
organisasi dan perseorangan boleh mempunyai keyakinan politiknya sendiri, boleh
mempunyai programnya sendiri, tetapi apa yang sudah ditetapkan sebagai Program
Revolusi harus juga menjadi programnya dan harus ambil bagian dalam melaksanakan
program tersebut. (Said, 1961).

Berbagai pergolakan politik Indonesia yang terjadi di pemerintahan Soekarno,


erat kaitannya dengan Perang Dingin. Salah satunya, keberhasilan Soekarno membentuk
solidaritas diantara negara-negara bekas jajahan menghalau Perang Dingin. Soekarno
menggelar Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 yang kelak menjadi
Gerakan Non-Blok (GNB). Tetapi, perang dingin juga yang mengakhiri presiden
Soekarno. Sejak dekade 1950-an, CIA mencoba berbagai operasi rahasia mulai dari
membuat film porno dengan Soekarno palsu sampai menyuplai senjata untuk
pemberontakan.

2.2 Pertentangan Ideologi

Di Indonesia, Amerika Serikat menghalau ideologi komunisme yang disebarkan


Uni Soviet. Berbagai cara dilakukan Amerika Serikat melalui badan intelijennya, yaitu
Central Intelligence Agency (CIA). Salah satunya, pemberontakan terhadap
pemerintahan Presiden Soekarno yaitu Pemberontakan PRRI/Permestta. Keterlibatan
Amerika Serikat dalam Pemberontakan PRRI/Permesta terbukti dengan tertangkapnya
Allan Pope. Penerbang Amerika Serikat yang jatuh setelah pesawatnya ditembak di
Ambon pada tahun 1958. Tidak cuma pengaruh Amerika Serikat, pengaruh Uni Soviet
juga mendorong pemberontakan. Tokoh komunis Indonesia, Musso menggerakan
pemberontakan di Madiun pada tahun 1948. Jadi, Musso bercita-cita ingin menjadikan
Indonesia Republik Soviet.
2.3 Pembangunan

Sebagai negara yang belum lama merdeka, Indonesia kesulitan membangun dan
mensejahterakan rakyatnya. Tapi berkat perang dingin, bantuan untuk Indonesia
mengucur baik dari Amerika Serikat ataupun Uni Soviet. Salah satunya, saat Soekarno
berambisi menunjukkan kehebatan Indonesia lewat Asian Games ke-IV yang
diselenggarakan pada 1962. Uni Soviet memberikan pinjaman lunak senilai 12,5 juta
dollar AS. Soviet juga mengirimkan insinyur dan teknisinyna untuk merancang Stadion
Utama Gelora Bung Karno. Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Kruschev turut hadir
dalam pencanangan tiang pancang pertama pada 8 Februari 1960. Di sisi lain, Soekarno
juga meminta bantuan pada AS. Pelaksanaan Asian Games ke-IV di Senayan
dikhawatirkan akan membuat macet. Untuk mencegah hal itu terjadi, dibangunlah
Jembatan Semanggi yang sekarang dikenal dengan nama Simpang Susun Semanggi.
Jembatan Semanggi dibangun melalui uang AS. Ceritanya, Soekarno mengutus Perdana
Menteri Djuanda untuk menemui Howard Jones. “Tanyakan, apakah Amerika tidak
ingin punya peninggalan jejak di Indonesia? Kalau tidak, ya sudah. Oleh karena jejak
Jepang udah ada, Rusia juga telah punya jejak. Tapi sebenarnya, saya ingin pinjaman
dari sana untuk bisa melengkapi pembangunan Jembatan Semanggi…” ujar Soekarno
kepada Djuanda. Rayuan itu berhasil. Tidak cuma dibantu membangun Jembatan
Semanggi. Indonesia juga mendapat bantuan membangun jalan baru dari Cawang
sampai ke Tanjung Priok yang disebut sebagai Jakarya By Pass (kini Jalan Jenderal A
Yani dan Mayjen DI Panjaitan).

2.4 S
2.5 S
2.6
2.7 Politik Luar Negri Indonesia Era Soeharto

Pada Era Soeharto, Bebas aktif merupakan politik luar negeri RI, yang
berdasarkan Pancasila dan UUD1945. Sila kedua adalah Kemanusiaan yang adil dan
beradab, sebagai perwujudan dalam UUD 1945 sebagaimana tertera di dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa pemerintah Negara RI ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Bebas artinya tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh politik negara asing atau blok
Negara-negara tertentu, atau negara negara adikuasa (super power). Aktif memiliki arti
dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerja
sama internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain. Politik luar negeri yang
bebas aktif telah mendukung kemerdekaan bangsa-bangsa dari kungkungan penjajahan,
mempererat hubungan dengan bangsa-bangsa lain dengan sama derajat, tegak sama
tinggi dan duduk sama rendah.

9 Politik bebas aktif bila dikaitkan dengan pelaksanaan hubungan luar negeri
Indonesia dapat dijabarka sebagai berikut: 1. Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas
aktif dilaksanakan secara konsekuen. 2. In donesia berperan dalam melaksanakan
ketertiban dunia. 3. Peranan Indonesia ikut serta dalam memecahkan persoalan-
persoalan dunia. 4. Mengadakan kerjasama diantara negara-negara di kawasan Asia
Tenggara dan Pasifik Barat Daya, terutama Negara Asean. 5. Kerjasama Asean di
berbagai bidang dan aspek. 6. Peranan Indonesia di dunia internasional dalam
menggalang persahabatan dan perdamaian. 7. Dalam mewujudkan tatanan dunia baru
melakukan kerjasama dalam forum-forum seperti organisasi Negara-negara Non Blok,
Organisasi Konperensi Islam (OKI), Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan lain lain. 8.
Kerjasama ekonomi di dunia internasional. 9. Setiap perkembangan dan kemungkinan
gejolak dunia, baik politik maupun ekonomi, diikuti secara seksama dan mengambil
langkah-langkah serta upaya apabila membahayakan kepentingan nasional.

Pada masa Orde Baru pedoman bebas aktif tetap digunakan, hal ini ditegaskan
oleh Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/ 1966. Sifat dan landasan politik luar negeri
tetap, hanya pelaksanaannya dipulihkan pada maksudnya yang murni yaitu:
"Pelaksanaan politik luar negeri diabadikan pada kepentingan nasional, terutama kepada
kepentingan ekonomi kita yang mendasar dewasa ini".
BAB III

PENUTUP

Disamping itu, ada dampak lain yang ditimbulkan oleh Perang Dingin bagi Indonesia
yaitu terjadinya krisis moneter. Karena, ketergantungan Indonesia terhadap modal asing
sangat tinggi, selain itu Indonesia juga terlalu banyak bergantung pada barang impor. Di
sisi lain, krisis moneter juga mengakibatkan Indonesia tidak mampu memenuhi
keperluan sehari-hari. Krisis ekonomi ini, tercermin dengan terjadinya inflasi yang
tinggi, tingginya utang luar negeri dan pemerintah yang bersifat sentralis. Munculnya
krisis politik ditandai dengan terjadinya demokrasi rekayasa pada pemerintahan orde
baru yang menimbulkan krisis kepercayaan di mata rakyat Indonesia.

Berakhirnya Perang Dunia Kedua memperlihatkan satu demi satu negaranegara Asia
Tenggara memperoleh kemerdekaan daripada penjajah Barat. Kemerdekaan negara-
negara ini menjuruskan mereka memilih pendekatan dasar luar masing-masing sama ada
„memihak‟ atau „berkecuali‟. Kemerdekaan era ini wujud dalam kerangka Perang
Dingin yang tidak memberikan kedaulatan mutlak kepada rantau ini sebaliknya
menjadikannya terus terikat dengan negara-negara kuasa besar atas nama Komanwel
atau Program Bantuan.1 Keadaan ini menjerumuskan rantau Asia Tenggara ke dalam
persaingan ideologi pro-Komunis dan anti-Komunis. Hadirnya Soekarno Hatta sebagai
dwi tunggal dalam perjuangan bangsa Indonesia memberikan pengaruh yang cukup
besar tarhadap perkembangan Indonesia dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan khusus dengan politik luar negeri Indonesia sehingga revolusi dapat mengarah
pada arah yang lebih baik. Dalam sejarah Indonesia terkhusus pada politik luar negeri
masa revolusi nasional terdapat dua hal metode yang digunakan Indonesia dalam
menyelasikan konflik, dimana kedua metode ini memiliki perbedaan yang mendasar
akan tetapi saling mendukung satu sama lain dalam hal penyelesaian konflik yakni
metode kekuatan bersenjata dan diplomasi.

Manifesto Politik memuat dua hal, yaitu Persoalan-persoalan Pokok daripada Revolusi
Indonesia dan Program Umum Revolusi Indonesia. Persoalan-persoalan Pokok Revolusi
Indonesia harus difahami oleh tiap warga negara Indonesia sejak ia dibangku sekolah
dan apalagi sesudah dewasa. Harus diadakan pendidikan secara luas, di sekolah-sekolah
maupun diluar sekolah tentang Persoalan-persoalan Pokok Revolusi Indonesia. Rakyat
Indonesia harus bersatu fikiran mengenai revolusinya sendiri karena hanya jika ada
persatuan dalam fikiran Rakyat Indonesia dapat bersatu dalam kemauan dan dalam
tindakan. Pada era Soeharto, Politik luar negeri yang bebas aktif telah mendukung
kemerdekaan bangsa-bangsa dari kungkungan penjajahan, mempererat hubungan
dengan bangsa-bangsa lain dengan sama derajat, tegak sama tinggi dan duduk sama
rendah.

9 Politik bebas aktif bila dikaitkan dengan pelaksanaan hubungan luar negeri
Indonesia dapat dijabarka sebagai berikut: 1. Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas
aktif dilaksanakan secara konsekuen. 2. In donesia berperan dalam melaksanakan
ketertiban dunia. 3. Peranan Indonesia ikut serta dalam memecahkan persoalan-
persoalan dunia. 4. Mengadakan kerjasama diantara negara-negara di kawasan Asia
Tenggara dan Pasifik Barat Daya, terutama Negara Asean. 5. Kerjasama Asean di
berbagai bidang dan aspek. 6. Peranan Indonesia di dunia internasional dalam
menggalang persahabatan dan perdamaian. 7. Dalam mewujudkan tatanan dunia baru
melakukan kerjasama dalam forum-forum seperti organisasi Negara-negara Non Blok,
Organisasi Konperensi Islam (OKI), Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan lain lain. 8.
Kerjasama ekonomi di dunia internasional. 9. Setiap perkembangan dan kemungkinan
gejolak dunia, baik politik maupun ekonomi, diikuti secara seksama dan mengambil
langkah-langkah serta upaya apabila membahayakan kepentingan nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Husin, 2010. Indonesia, Vietnam, Perang Dingin dan Dasar Berkecuali:


Hubungan

Maksum, Ali. 2018. POTRET DEMOKRASI DI ASIA TENGGARA PASCA


PERANG

DINGIN : Analisa, Dinamika, dan Harapan

Sulfachriadi. 2015. POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA


ORDE BARU

Said, Maj. Moch. 1961. Pedoman Untuk Melaksanakan Amanat Penderitaan


Rakyat.

Penerbit Permata Surabaya

Anda mungkin juga menyukai