FISIP UNSOED
Abstrak
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Pendahuluan
gagal karena stabilitas politik dan keamanan sangat kurang pada waktu itu.
Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1965 hingga 1998 selama 30 tahun
merupakan pilar utama kekuatan Golkar pada saat itu, ditambah birokrasi
berpartisipasi dalam politik sebagai hak salah satu utama warga negara
yaitu kelompok karya. Pada masa Orde Baru pun, kebebasan pers sangat
terbatas jika ada salah satu media yang menerbitkan berita-berita miring
penerbitannya
kursi pemerintahan yang dianggap strategis juga dilakukan. Militer saat itu
sebagai pertahanan dan keamanan negara saja tetapi juga ikut serta dalam
dunia politik dan pemerintahan. Selain itu, presiden yang berkuasa penuh
pada masa Orde Baru menjadikan salah satu partai mendominasi dalam
dilaksanakan pada masa Orde Baru pertama kalinya, berbeda dengan pemilu
tahun 1955 ditahun 1971 harus bersifat netral. Tetapi, pada prakteknya pada
pemilu 1971 para pejabat pemerintah berpihak kepada salah satu peserta
pilihan rakyat, namun tetap saja pilihan tersebut merupakan suatu pilihan
yang berkuasa, sehingga Partai Golkar lah yang selalu menang dan
pegawai negeri sipil harus memilih dan berpihak kepada Golkar dengan
sifat otoriter sang penguasa masa itu. Tentu saja hal ini sangat bertolak
Pembahasan
membahas tentang fenomena fakta politik dengan tidak mempersoalkan nilai. Teori
ini biasnya bersifat deskriptif yang berusaha untuk membahas fakta kehidupan
disistematisir dan disimpulkan. Tentunya teori ini akan melihat secara nyata
kehidupan partai politik di Indonesia masa Orde Baru. Dari sisi jumlah partai politik
yang berkembang di Indonesia pada saat itu, Indonesia dapat dikategorikan sebagai
negara yang menganut sistem multi partai, tetapi banyak pengamat politik
berpendapat bahwa sistem kepartaian yang dianut pada masa Orde Baru adalah
sistem partai tunggal. Ada juga yang menyebut sistem kepartaian masa Orde Baru
adalah sistem partai dominan. Hal ini dikarenakan kondisi kompetisi antar partai
politik yang ada pada saat itu. Benar, jika jumlah partai politik yang ada adalah
lebih dari dua parpol sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem multi partai.
Namun, jika dianalisis lebih mendalam ternyata kompetisi diantara partai politik
yang ada di dalam pemilu tidaklah seimbang. Golkar mendapatkan tempat dari
pemerintahan.
digantikan oleh Presiden Soeharto. Salah satu faktor penyebab runtuhnya Orde
Lama adalah keadaan keamanan dalam negeri yang tidak kondusif dan sangat
kacau pada masa itu. Terlebih lagi karena adanya peristiwa pemberontakan G30S
PKI. Hal ini menyebabkan wibawa dari Presiden Soekarno kian merosot, sehingga
serta mulai ditata kembali menjadi lebih baik. Namun setelah itu, terjadilah masalah
yang memiliki kewenangan yang sama di dalam pemerintahan. Masalah ini pun
Pemerintahan yang sering disebut dengan Orde Baru ini, berlandaskan pada
Pancasila, UUD 1945, dan Tap MPRS. Orde baru berencana merubah kehidupan
sosial dan politik dengan landasan ideal Pancasila dan UUD 1945. Kemudian,
Presiden Soeharto mulai menjalankan visi dan misinya sebagai pemimpin rakyat
Indonesia.
Karya (Sekber Golkar) pada akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya pada
tanggal 20 Oktober 1964. Sekber Golkar didirikan oleh golongan militer khususnya
sarjana, buruh, tani, serta nelayan. Sekber Golkar ini lahir karena ulah dari dari PKI
yang telah diperbuat beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam
maupun di luar Front Nasional yang makin semakin menjadi-jadi. Sekber Golkar
ini merupakan wadah dari golongan karya murni yang tidak berada dibawah
pengaruh politik tertentu. Secara eksplisit dengan tujuan awalnya untuk
mengimbangi dominasi ekspansi dari kekuasaan politik PKI, serta untuk menjaga
terus berkembang hingga saat ini, di mana fungsi Golkar sama seperti partai politik.
Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan
militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-jabatan
dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh
kader-kader Golkar. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan yang besar
dan luas pada masa itu telah menentukan pihak-pihak yang patut dalam menduduki
Indonesia. Orde Baru berusaha menciptakan politik dengan format yang baru.
peranan ABRI lewat fungsi sosialnya. Kristalisasi parpol yang terdengar dalam
MPR sesudah pemilu 1971 menghendaki jumlah partai diperkecil dan dirombak
sehingga partai tidak berorientasi pada ideologi politik, tetapi pada politik
Indonesia hanya terdapat tiga buah organisasi sosial politik, yaitu PPP, Golkar, dan
PDI. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Pada tanggal 5 Januari 1973 terbentuk
Partai Persatuan Pembangunan yang merupakan fusi dari NU, Pamusi, PSII, dan
Perti. Pada awalnya bernama golongan spiritual, lalu menjadi kelompok persatuan,
menggunakan nama dengan label Islam untuk partai dari fusi, tetapi ada imbauan
dari pemerintah agar tidak menggunakannya sehingga yang muncul adalah “Partai
Persatuan Pembangunan”. Dengan demikian PPP lahir sebagai hasil fusi dari partai-
partai Islam pada awal 1973 yang sesungguhnya adalah partai Islam yang mulai
Golkar secara teratur dimulai sejak tahun 1960 dengan dipelopori ABRI khususnya
ABRI-AD, Perkembangan lain dari Golkar yang tadinya Golkar dan ABRI
menyatu, karena Golkar dipimpin ABRI aktif, makin lama sudah mampu berdiri
sendiri, dalam arti sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan ABRI aktif. Pada
menuju tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Perkembangan Golkar pada Orde Baru adalah sebagai kekuatan sosial politik
yang merupakan aset bangsa yang selalu komit dengan cita-cita pembangunan
nasional. Dalam roda politik Orde Baru, Golkar merupakan kekuatan sosial politik
yang terbesar dengan 5 kali menang dalam pemilihan umum (1971, 1977, 1982,
1992, 1997) . Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
dibentuk pada tanggal 10 Januari 1973. Pembentukan PDI sebagai hasil fusi dari
Protestan dan Kristen Katolik. Kelima partai politik yang berfusi menjadi PDI
adalah PNI, TPKI, Parkindo, Partai Murba, dan Partai Katolik. Dalam sejarah
masalah rekruitasi. Dan berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kini sistem
kepartaian negara kita telah dalam situasi yang membaik, di mana ketiga kekuatan
sosial politik yang ada yaitu PPP, Golkar, dan PDI telah menjadikan Pancasila
Sebagai negara yang demokrasi peranan pers sangatlah penting. Tanpa pers,
tidak akan pernah ada informasi yang tersalurkan dari rakyat ke pemerintah ataupun
sebaliknya. Pada masa Orde Baru kala itu pers tidak ada fungsinya untuk
masyarakat Indonesia. Pers seolah-olah sudah diatur dan hanya terlihat seperti
boneka bagi penguasa negara. Tidak ada kebebasan berpendapat yang dijanjikan
pemerintah pada awal awal kekuasaan Orde Baru. Bahkan, keberadaan pers diawasi
secara ketat oleh pemerintah di bawah kuasa dari Departemen Penerangan. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi hal – hal buruk di dalam pemerintahan Orde Baru
sampai di telinga masyarakat. Pers tidak bisa melakukan apapun selain patuh pada
aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Aspirasi masyarakat untuk pemerintah
tidak tersalurkan sama sekali. Hal ini dikarenakan komunikasi politik yang terjadi
hanya top – down. Artinya, pers hanya sebagai komunikator dari pemerintah ke
rakyat. Pers tidak dapat melakukan fungsinya sebagai komunikator dari rakyat ke
pemerintah. Yang diberitakan hanyalah sesuatu yang baik tidak boleh memberikan
berada di ujung tanduk. Hal tersebut terlihat saat peristiwa pembredelan media
tahun 1994. Banyak anggota dewan pers yang tidak meyetujui pemberedelan media
, namun dewan pers dipaksa menyetujui langkah pemerintah tersebut. Tidak ada
yang bisa dilakukan dewan pers selain mematuhi aturan pemerintah. Menolak sama
Pada awal masa Orde Baru militer berperan sangat penting yang bertujuan
G30-S/PKI. Saat itu situasi politik di Indonesia tidak menentu dan terjadi krisis
ekonomi, sehingga militer turut serta dalam usaha mempertahankan dan mengisi
dalam organisasi kemasyarakatan maupun sosial politik pada masa Orde Baru, tidak
hanya mendominasi peran sosial politik saja juga dibidang ekonomi. Sehingga pada
masa Orde Baru muncul istilah “dwifungsi ABRI, pengertian dwifungsi ABRI
negeri. ABRI juga turut serta dalam lembaga eksekutif, yakni berhasil menduduki
maupun daerah.
Partai Golkar sebagai alat untuk tetap bertahan menduduki jabatan kepala negara.
Dengan kekuatan militer yang masuk dalam tubuh Partai Golkar di mana yang
dulunya Partai Golkar hanyalah sebuah organisasi politik kini berubah menjadi
sebuah partai politik yang besar dimasa Orde Baru yang kemudian akan
memenangkan sebuah pemilihan umum pada masa Orde Baru. Kemunculan Partai
Golkar sebagai kekuatan baru dari masa Orde Baru, karena Golkar didukung oleh
1) ABRI sebagai kekuatan kunci untuk melakukan tekanan atas kekuatan sipil
bakal munculnya kesetiaan dari pegawai negeri kepada Golkar dan akhirnya
melalui formulasi yang dianggap demokratis dengan tata cara dan prosedur
Perwakilan Rakyat
kepentingan rakyat. Lewat pemilu rakyat diberikan kesempatan untuk memilih dan
melaksanakan pemilu untuk pertama kalinya pada tahun 1955, kemudian pada saat
Pelaksanaan pemilu dibawah Orde Baru memiliki karakter yang berbeda dengan
demokrasi karakter pemilu dibangun diatas prinsip free and fair baik dalam struktur
dan proses pemilu, namun sebaliknya Orde Baru justru menghindari penerapan
antara peserta pemilu dan hasil pemilu tidak mencerminkan aspirasi dan kedaulatan
Pada pemilu tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik, diantaranya lima
partai besar yaitu, Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional
dapat dilihat dari hasil bahwa Partai Golkar keluar sebagai pemenang dengan
diselenggarakan 6 tahun lebih setelah Pemilu 1971, yakni tahun 1977 setelah itu
selalu terjadwal sekali dalam 5 tahun. Corak politik hukum pemerintah yang
jumlah partai politik melalui fusi/kristalisasi partai politik yang bersifat memaksa.
Fusi tersebut dilakukan dengan membuat UU No.3 Tahun 1975 tentang Partai
Politik. Satu hal yang nyata pada pemilu 1977 adanya perbedaan jumlah peserta
partai politik yang jauh lebih sedikit, yakni hanya PPP, PDI, dan Golkar.
Perbandingan hasil suara dari pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 dapat
Tabel
Dari tabel diatas terlihat sangat jelas bahwa Golkar telah mendominasi sistem
mutlak.
kemudahan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian partai politik. Hal ini
tentu saja menimbulkan dampak yang merugikan untuk rakyat Indonesia, karena
rakyat tidak diperbolehkan untuk memilih calon wakil rakyat. Pola pemerintahan
tirikan oleh pemerintah. Sebab setiap kali dilakukan pemilihan umum sudah dapat
dipastikan jika Partai Golkar yang akan unggul. Pejabat-pejabat yang duduk dikursi
Pada masa Orde Baru memang sudah terjadi penyederhanaan partai-partai politik,
tetapi tetap saja rakyat Indonesia tidak dapat menentukan pilihan mereka. Partai-
partai yang berdiri selain Partai Golkar seperti hanya menjadi pelangkap manis
untuk sebuah negara demokrasi yang di mana keberdaan partai politik mampu
Demokrasi yang ada di Indonesia tidak sesuai apa yang disebut dengan
demokrasi. Demokrasi hanyalah sebuah slogan kosong dari pemerintah agar terlihat
seperti pemerintahan yang baik. Dalam hal ini demokrasi justru menghambat dan
membelenggu kebebasan rakyat. Tidak ada kebebasan pers, tidak aspirasi rakyat
yang dapat tersalurkan untuk mengutarakan apa keingin rakyat agar hidup mereka
Kesimpulan
Hasil dari penulisan artikel ini dapat disimpulkan bahwa pada saat
kekuatan politik pada masa Orde Baru. Masuknya golongan militer kedalam tubuh
pemerintahan tak luput dari campur tangan kepala negara. Dengan adanya Partai
kepemimpinan yang di usung oleh Partai Golkar seolah-olah seperti tidak bisa
pendapatnya karena kurang diberikan aspirasi, dan kurang menemukan sosok yang
tepat untuk diberikan kepercayaan hal dalam memimpin. Dominasi Partai Golkar
mengharuskan para PNS untuk loyal dan patuh kepada Golkar. Hal inilah yang
membuat kemenangan Golkar dalam pemilu selama 5 periode sudah dapat ditebak
hasilnya.
Daftar Pustaka