Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DINAMIKA POLITIK MASA DEMOKRASI


TERPIMPIN

OLEH :

Nama : Firda Laim

Kelas : XII Mipa D

Mapel : Sejarah

SMA NEGERI 6 HALMAHERA SELATAN

PERIODE 2022/2023
1`1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “DINAMIKA
POLITIK MASA DEMOKRASI TERPIMPIN ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
guru pada mata pelajaran Geografi Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Dinamika Atmosfer Dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Jikotamo, 28 Oktber
2021
i
i
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL ........................................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR .................................................................................................................
..... ii DAFTAR
ISI ..................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................
A. Menuju Demokrasi Terpimpin.....................................................................................3
B. Peta Kekuatan Poitik Nasional....................................................................................4
C. Pembebasan Irian Barat.............................................................................................6
D. Konfrntasi Terhadap Malaysia....................................................................................8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
...........................................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
...........................................................................................................................................

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. .Latar Belakang
Demokrasi Terpimpin sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah
sebuah sistem demokrasi di mana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat
pada pemimpin negara, kala itu
Presiden Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan
oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10
November 1956.
Latar belakang demokrasi terpimpin bisa di lihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi
liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara. Dari segi perekonomian : Sering
terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal menyebabkan program-
program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga
pembangunan ekonomi tersendat.
Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan
UUDS 1950.Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno
diawali oleh anjuran
Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950
adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan
anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara
yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante . Pemungutan suara ini dilakukan
dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden
Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara menunjukan bahwa 269 orang setuju untuk kembali ke
UUD 1945 dan
119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945. Melihat dari hasil voting, usulan
untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh
jumlah anggota konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3
bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137
UUDS 1950.Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah
dekret yang disebut

1
Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959 : ~Tidak berlaku
kembali UUDS 1950
~Berlakunya kembali UUD 1945 ~Dibubarkannya konstituante ~Pembentukan
MPRS dan DPAS
B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Menuju Demokrasi Terpimpin ?
2. Bagaimana Peta Kekuatan Poitik Nasional?
3. Bagaimana Pembebasan Irian Barat?
4. Bagaimana Konfrntasi Terhadap Malaysia?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Menuju Demokrasi Terpimpin
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Peta Kekuatan Poitik Nasional
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembebasan Irian Barat
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Konfrntasi Terhadap Malaysia
BAB II PEMBAHASAN

A. Menuju Demkrasi terpimpin


Semenjak Indonesia diakui secara sah bahwa berdaulat terhadap seluruh
wilayah nya dari Sabang sampai Merauke pada tahun 1949, berbagai macam
bentuk pemerintahan sudah pernah dicoba. Mulai dari Demokrasi Parlementer
hingga Demokrasi Terpimpin yang ditandai dengan lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 sebagai landasan awal.
Demokrasi Terpimpin yang sudah dirintis pada 1957, sebenarnya baru resmi berjalan
sejak 1959, ketika Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Dekrit Presiden
dikeluarkan karena ketidakstabilan pemerintah. Badan Konstituante untuk
menetapkan undang-undang baru untuk mengganti UUDS 1959. Badan
Konstituante adalah lembaga negara yang dibentuk lewat Pemilihan Umum
(Pemilu) 1955.

2
Badan tersebut dibentuk untuk merumuskan UU baru. Tapi sejak dimulai
persidangan pada 1956 hingga 1959, Badan Konstituante tidak berhasil
merumuskan UU baru. Kondisi itu membuat Indonesia semakin buruk dan kacau.
Banyak muncul pemberontakan di daerah-daerah, mereka tidak mengakui
keberadaan pemerintahan pusat dan membuat sistem pemerintahan sendiri. Pada
22 April 1959 diadakan sidang lengkap Konstituante di Bandung. Pada sidang
tersebut Presiden Soekarno mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945. Dalam
pidatonya, Soekarno mengkritik cara kerja Konstituante yang kurang mengalami
kemajuan selama dua tahun lima bulan dan 12 hari.

Kemudian meminta supaya usul pemerintah disetujui dengan segera. Usulan


Presiden Soekarno untuk kembali ke UUD 1945 terjadi pro dan kontra, ada yang
mendukung dan menolak. Baca juga: Amandemen UUD 1945: Tujuan dan
Perubahannya Dua partai besar, PNI dan PKI menerima usul rencana pemerintah
tentang UUD 1945, sedangkan Masjumi menolak. Di kalangan yang menolak
menjelaskan kekhwatirannya tentang akibat-akibat pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin dengan pelaksanaan UUD 1945. Namun dalam sidang Konstituante telah
beberapa kali dilakukan pemungutan suara tidak berhasil memecahkan usul
pemerintah tersebut. Akhirnya pada 5 Juli 1959, di Istana Merdeka, Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi:

1. Dibubarkannya Konstituante
2. Diberlakukannya kembali UUD 1945
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950
4. Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang diberlakuakan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.

B. Peta Kekuatan Politik Nasional


Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, peta kekuatan politik nasional era Demokrasi Terpimpin mengalami
pasang surut. Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden

3
Soekarno yang memegang seluruh kekuasaan negara. Presiden Soekarno
didampingi Angkatan Darat dan PKI di sampingnya. Presiden Soekarno selalu
mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki lima gagasan penting yang
terangkum dalam Manisfeesto Politik, yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Sosialisme Indonesia
3. Demokrasi Terpimpin
4. Ekonomi Terpimpin
5. Kepribadian Indonesia

Sejak tahun 1961, Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu yang harus dipelajari
dalam dunia pendidikan. Beberapa surat kabar yang pro Masyumi dan PSI menolak
ide tersebut, sehingga dilarang terbit oleh pemerintah. Baca juga: Demokrasi
Terpimpin (1957-1965):

politik pada era Demokrasi Terpimpin dibatasi oleh pemerintah. Pemerintah


menerapkan
penetapan Presiden No 7 tahun 1959 tentang syarat-syarat penyederhanaan partai.
berikut isinya:

1. Menerima dan membela konstitusi 1945 dan Pancasila


2. Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita
politiknya.
3. Partai politik setidaknya memiliki cabang diseperempat wilayah Indonesia.
4. Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
5. Presiden berhak membubarkan partai yang terindikasi berusaha merongrong
politik pemerintah dan mendukung pemberontakan.

Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui sembilan partai politik yaitu PKI,
Partai Murba, Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan Partindo.

4
Konflik dengan DPR

Dalam perkembangannya, beberapa fraksi dalam DPR menolak kebijakan


Presiden Soekarno sehingga pecah konflik antara Presiden dan DPR. Konflik
tersebut mencapai puncak, ketika DPR menolak RAPBN 1960 yang diajukan
pemerintah. Presiden menjadikan masalah ini untuk membubarkan DPR hasil
pemilu 1955 dan dibubarkan pada Juni 1960. Setelah itu, Presiden Soekarno
membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Presiden
memilih dan mengangkat sendiri anggota DPR dan harus terikat aturan yang
ditetapkan presiden. Menhan
Prabowo Minta Pemberontakan PKI Diajarkan di Sekolah

Ajaran Resopim Revolusi,

sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional (Resopim) bertujuan untuk


memperkuat kedudukan Presiden Soekarno. Intinya seluruh unsur kehidupan
berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui revolusi, jiwa oleh sosialisme, dan
dikendalikan oleh satu pimpinan, yang disebut Panglima Besar Revolusi yaitu
Presiden Soekarno.
Presiden seumur hidup dan Nasakom
MPRS menetapkan Presiden Soekarno sebagai presiden sumur hidup dalam
Sidang Umum 1063. Presiden Soekarno mendapat tiga dukungan yaitu, nasionalis,
agama, dan komunis (Nasakom). Sistem pemerintahan yang dikembangkan
Presiden Soekarno memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya ideologi
komunis. Presiden Soekarno juga mengajarkan Nasakom kepada masyarakat. Di
mana Nasakom merupakan cermin paham bebagai golongan masyarakat
Indonesia. Sehingga persatuan Indonesia dapat terwujud jika melaksanakan dan
menerima ajaran Nasakom. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Dalam perjalanannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom, sehingga berhasil
mendapatkan tempat dalam konstelasi politik Indonesia. Strategi ini juga
meyakinkan Presiden Soekarno bahwa PKI merupakan partai pendukung utama
kebijakan pemerintah. Baca juga: Demokrasi Terpimpin (19571965): Sejarah dan

5
Latar Belakangnya Bahkan saat Presiden Soekarno membubarkan beberapa partai
politik yang terlibat dalam pemberontakan, PKI berhasil terhindar dari pembubaran
tersebut. Angkatan Darat yang mengetahui kedekatan PKI dengan Presiden
Soekarno mengerahkan berbagai cara untuk menghambat pergerakan PKI.
Pimpinan Angkatan Darat mengeluarkan perintah untuk menangkap DN Aidit dan
melarang terbitan surat kabar harian Rakyat. Namun hal tersebut menuai protes
Presiden Soekarno dan memerintahkan agar semua keputusan Angkatan Darat
dicabut.
Memasuki tahun 1964 serangan terhadap PKI semakin banyak. Beberapa surat
kabar memberitakan penemuan dokume rahasia PKI yang berencana merebut
kekuasaan. Hal tersebut dibantah oleh DN Aidit. Isu tersebut berkembang menjadi
isu politik besar.

C. Pembebasan Irian barat


Indonesia terlalu lunak pada imperialisme Belanda di Irian Barat. Soekarno
sudah tak tahan. Irian Barat harus dibebaskan sesegera mungkin. Di Palembang,
Sumatra Selatan, 10 April 1962, Soekarno menjanjikan pembebasan Irian Barat
demi menjadikannya bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Irian
Barat, yang sekarang menjadi Provinsi Papua Barat adalah kesayangan
Soekarno. Soekarno bahkan menjabat Panglima Besar Komando Tertinggi Irian
Barat. Bagi Bung
Karno, persoalan merebut Irian Barat (Papua) adalah urusan personal nan krusial.
Tanpa Irian Barat, Nusantara tak akan sepenuhnya menjadi Indonesia. Tak sekali
dua kali Bung Karno mengungkap kecintaan terhadap Irian Barat. Hampir dalam
tiap momentum Bung Karno selalu menunjukkan kecintaan akan Irian Barat.
Bahkan Bung Karno sempat menganalogikan Irian Barat layaknya bagian dari
tubuh, yang jika salah satu bagian telah hilang, maka keseimbangan tak akan
didapat.
“Dibandingkan dengan wilayah kepulauan kami, Irian Barat hanya selebar daun
kelor, tetapi Irian Barat adalah sebagian dari tubuh kami. Apakah seseorang akan
membiarkan salah satu anggota tubuhnya diamputasi tanpa melakukan

6
perlawanan?” ungkap Bung Karno, dikutip Cindy Adams dalam buku Bung Karno:
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965).
Dimulainya upaya pembebasan Irian Bara
Upaya pembebasan Irian Barat sendiri bermula ketika Belanda menolak
mengakui Irian Barat sebagai bagian NKRI. Sikap itu disampaikan Belanda dalam
perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB), 23 Agustus-2 November 1449.
Delegasi Indonesia dan Belanda berselisih pandang. Indonesia meyakini Irian Barat
adalah bagian dari Indonesia Timur yang masuk dalam wilayah Republik Indonesia
Serikat (RIS)
Sementara, Belanda berpendapat Irian Barat tak memiliki hubungan dengan
wilayah Indonesia yang lain. Karenanya Belanda ingin Irian Barat diberi status
khusus. Arsip Nasional Indonesia (ANRI) mencatat dua pihak akhirnya sepakat
menyelesaikan masalah lewat negosiasi lanjutan antara Kerajaan Belanda dan RIS.
Negosiasi dilakukan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan, 27 Desember
1949. Namun perundingan soal status Irian Barat tak juga menemui titik terang,
meski satu tahun telah berlalu sejak pengakuan kedaulatan Belanda. ANRI juga
merekam dua pertemuan, yang digelar di Jakarta pada Maret 1950 dan di Den
Haag pada Desember 1950.
Dua pertemuan sama-sama beragendakan pengumpulan fakta. Hasilnya
dilaporkan ke Uni Indonesia-Belanda. Lagi-lagi buntu karena dua pihak melaporkan
hasil berbeda. Indonesia pun kemudian menempuh jalur konfrontasi politik-
ekonomi. Indonesia sempat memutus relasi Uni Indonesia-Belanda pada 15
Februari 1956. Indonesia juga membatalkan persetujuan KMB secara sepihak pada
27 Maret 1956. Selain itu Indonesia membentuk Provinsi Otonomi Irian Barat pada
15 Agustus 1956. Langkah lain diambil dengan menasioalisasi perusahaan-
perusahaan milik Belanda, mulai dari maskapai penerbangan, pelayaran,
perusahaan gas, pabrik gula, hingga bank. Belanda membalas aksi Indonesia
dengan meningkatkan kekuatan militer. Puncaknya, Indonesia memutus hubungan
diplomatik dengan Kerajaan Belanda pada 17 Agustus 1960. Pasca-putusnya
hubungan itu, Soekarno yang juga menjabat Panglima Tertinggi Angkatan

7
Bersenjata Republik Indonesia makin gencar melatih dan mempersiapkan srategi
militer.

Pemerintah Indonesia juga mengirim anak-anak muda dari berbagai daerah di


Papua pada 1961. Langkah itu diambil sebagai respons pengusiran masyarakat
pro-NKRI oleh Belanda. Tak cuma mengusir, pada periode 1950-1960, Belanda
juga mendatangkan masyarakat yang anti-Indonesia ke Irian Barat.

Papua di masa lampau (Sumber: Commons Wikimedia)

Indonesia juga mengambil langkah diplomatis ke sejumlah negara sahabat,


mengumpulkan dukungan komunitas internasional. Hasil signifikan didapat. Dari Uni
Soviet, Indonesia mendapat senjata berat hingga pesawat peluncur bom jarak jauh,
Tupolev-16 dan kapal penjelajah, Sverdlov, yang belakangan dinamai KRI
Irian.Pada 1961, Indonesia membentuk Komando Tertinggi
Pembebasan Irian Barat (KOTI). Soekarno, sebagai panglima tertinggi juga
mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora).
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buata Belanda Kolonial
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
3. Bersiaplah mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan
Tanah Air dan Bangsa.

8
Persetujuan New York
Ketegangan dua negara makin jadi setelah Belanda menyerang kapal Indonesia di Laut
Arafuru.
Komodor Yos Sudarso bersama seluruh awaknya gugur. Soekarno kemudian
memerintahkan Brigjen Soeharto yang memimpin Komando Mandala Pembebasan
Irian Barat untuk melangsungkan tiga tahap operasi militer: penyusupan, serangan
terbuka, dan peneggakan kekuasaan penuh di Irian Barat. Gugurnya Yos Sudarso
memertegas sikap Indonesia agar Irian Barat secepatnya dibebaskan. Namun,
sebelum pertempuran terjadi, Presiden AS John F. Kennedy lebih dulu
memerintahkan Jaksa Agung Robert F. Kennedy untuk mempertemukan dua pihak.
Ada syaratnya. Indonesia harus menggelar referendum atau Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera), dengan tenggat waktu akhir 1969. Pepera pun
berlangsung 14 Juli 1969 di Merauke dan berakhir 4 Agustus 1969 di Jayapura.
Hasilnya, Irian Barat tetap jadi bagian Indonesia. Hasil Pepera dilaporkan oleh
Indonesia ke Sidang Umum ke-24 PBB. PBB menerima seluruh hasil. Setelahnya
Indonesia menetapkan 1 Mei 1963 sebagai Hari Peringatan Pembebasan Irian
Barat. Peringatan ditujukan untuk mengenang pengorbanan para patriot yang gugur
sekaligus menegaskan bahwa Papua dan Papua Barat selamanya bagian NKRI.

D. Konfrontasi Terhadap Malaysia


Konfrontasi Indonesia–Malaysia atau Konfrontasi Borneo (juga dikenal dengan
Bahasa Indonesia / Melayu, Konfrontasi) adalah konflik bersenjata dari tahun 1963
hingga 1966 yang bermula dari penentangan Indonesia terhadap pembentukan
Federasi Malaysia. Setelah presiden Indonesia Soekarno digulingkan pada tahun
1966, perselisihan berakhir secara damai dan negara Malaysia terbentuk.
Pembentukan Malaysia adalah penggabungan Federasi Malaya (sekarang
Semenanjung Malaysia), Singapura dan koloni mahkota Inggris di Borneo Utara dan
Sarawak (secara kolektif dikenal sebagai Borneo Inggris, sekarang Malaysia Timur)
pada September 1963.[16] Perintis penting konflik tersebut termasuk kebijakan
konfrontasi Indonesia melawan Nugini Belanda dari Maret– Agustus 1962 dan
Pemberontakan Brunei pada Desember 1962. Malaysia mendapat dukungan militer

9
langsung dari Britania Raya, Australia, dan Selandia Baru. Indonesia mendapat
dukungan tidak langsung dari Uni Soviet dan Tiongkok, sehingga menjadikannya salah
satu bagian Perang Dingin di Asia.
Konflik tersebut merupakan perang yang tidak diumumkan dengan sebagian
besar aksi terjadi di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia Timur di
pulau Kalimantan. Konflik tersebut ditandai dengan pertempuran darat yang
terkendali dan terisolasi, diatur dalam taktik brinkmanship tingkat rendah.
Pertempuran biasanya dilakukan oleh operasi seukuran kompi atau peleton di
kedua sisi perbatasan. Kampanye infiltrasi Indonesia ke Kalimantan berusaha untuk
mengeksploitasi keragaman etnis dan agama di Sabah dan Sarawak dibandingkan
dengan Malaya dan Singapura, dengan maksud mengungkap negara yang
diusulkan Malaysia.
Medan hutan Kalimantan dan kurangnya jalan yang melintasi perbatasan
Malaysia-Indonesia memaksa pasukan Indonesia dan Persemakmuran untuk
melakukan patroli jarak jauh. Kedua belah pihak mengandalkan operasi infanteri
ringan dan transportasi udara, meskipun pasukan Persemakmuran menikmati
keuntungan dari penyebaran helikopter yang lebih baik dan pasokan ke pangkalan
operasi yang akan datang. Sungai juga digunakan sebagai metode transportasi dan
infiltrasi. Meskipun operasi tempur terutama dilakukan oleh pasukan darat, pasukan
lintas udara memainkan peran pendukung yang vital dan pasukan angkatan laut
memastikan keamanan sisi-sisi laut. Inggris memberikan sebagian besar upaya
pertahanan, meskipun pasukan Malaysia terus meningkatkan kontribusi mereka,
dan ada kontribusi berkala dari pasukan Australia dan Selandia Baru dalam
gabungan Cadangan Strategis Timur Jauh yang ditempatkan saat itu di Malaysia
Barat dan Singapura.
Serangan awal Indonesia ke Malaysia Timur sangat bergantung pada
sukarelawan lokal yang dilatih oleh Angkatan Darat Indonesia. Seiring waktu,
pasukan infiltrasi menjadi lebih terorganisir dengan masuknya komponen pasukan
Indonesia yang lebih substansial. Untuk mencegah dan mengganggu kampanye
infiltrasi yang berkembang di Indonesia, Inggris merespons pada tahun 1964
dengan meluncurkan operasi rahasia mereka sendiri ke Kalimantan (Indonesia)

10
dengan nama sandi Operasi Claret. Bertepatan dengan Soekarno mengumumkan
"tahun penuh bahaya" dan kerusuhan rasial Singapura 1964, Indonesia
meluncurkan kampanye operasi yang diperluas ke Malaysia Barat pada 17 Agustus
1964, meskipun tanpa keberhasilan militer.[18] Penumpukan pasukan Indonesia di
perbatasan Kalimantan pada bulan Desember 1964 membuat Inggris mengerahkan
pasukan yang signifikan dari Komando Strategis Angkatan Darat yang berbasis di
Inggris dan Australia dan Selandia Baru mengerahkan pasukan tempur roulement
dari Malaysia Barat ke Kalimantan pada tahun 1965– 66. Intensitas konflik mulai
mereda menyusul kudeta Oktober 1965 dan jatuhnya kekuasaan Soekarno kepada
Jenderal Soeharto. Negosiasi perdamaian yang serius antara Indonesia dan
Malaysia dimulai pada Mei 1966, dan kesepakatan damai terakhir ditandatangani
pada 11 Agustus 1966 dengan Indonesia secara resmi mengakui Malaysia.
Perang
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio
mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia.
Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai
memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan
penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1964 di sebuah rapat raksasa yang
digelar di Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan perintah Dwi Komando
Rakyat (Dwikora) yang isinya:
• Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia
• Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah,
untuk menghancurkan Malaysia
Pada 27 Juli, Soekarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia".
Pada 16
Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima
puluh gerilyawan Indonesia. Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang,
mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia. Federasi Malaysia
resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan
Singapura keluar di kemudian hari. Ketegangan berkembang di kedua belah pihak

11
Selat Malaka. Dua hari kemudian para perusuh membakar kedutaan Britania di
Jakarta.
Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah
diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang
kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur. Di sepanjang perbatasan di Kalimantan,
terjadi peperangan perbatasan. Pasukan Indonesia dan pasukan tidak resminya
mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.

Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di


bulan Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi kegiatan
perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora). Komando ini kemudian berubah menjadi
Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani
sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur
Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatra yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD,
termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon KKO.
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor.
Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tercatat
sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS)
juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi
2006).
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor
dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun
payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di
Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar
Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum
Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap, Soekarno menarik
Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk
Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai
alternatif.Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke
Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Secara resmi,

12
pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalui perbatasan
Indonesia.
Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk
secara rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada
1996.
Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya.
Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik
dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan
Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.
Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang
melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan
pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini
dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamika politik yang terjadi pada masa Demokrasi terpimpin antara lain diwarnai
dengan tampilnya dua kekuatan Politik di Indonesia yang saling bersaing, yaitu PKI
dan Angkatan Darat. Pada Masa Demokrasi Terpimpin pula, Indonesia melakukan
operasi militer untuk membebaskan Papua dari penjajahan Belanda (Trikora).
Selain itu konfrontasi dengan Malaysia juga terjadi (Dwikora) Kebijakan ekonomi
yang dilakukan pada masa Demokrasi terpimpin
antara lain berupa pembentukan Dewan Perancang Nasional dan Deklarasi
Ekonomi, serta dilakukan Devaluasi Mata Uang. Proyek Mercusuar berupa
pembangunan Monas, kompleks Olahraga Senayan, Pemukiman Kebayoran juga
berlangsung.
B. Saran
Belajar Sejarah Demokrasi Terpimpin penting bagi kesadaran bangsa Indonesia
untuk memahami salah satu bentuk demokrasi dan sistem ekonomi yang pernah
diterapkan di negeri ini. Pemahaman dan pengalaman kita akan kehidupan

13
berdemokrasi diharapkan menjadi semakin kaya. Tentu dengan kesadaran akan
kekurangan dan kelebihan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

https://voi.id/memori/49360/sejarah-pembebasan-irian-barat
https://www.scribd.com/document/437159217/Makalah-Sejarah-Indonesia-Konfrontasi-
Ind-Mls-Fauzah-XiiIpa-2
https://www.scribd.com/document/406224084/Makalah-Sejarah-Pembebasan-Irian-
Barat https://voi.id/memori/49360/sejarah-pembebasan-irian-barat

14

Anda mungkin juga menyukai