Anda di halaman 1dari 15

DEMOKRASI TERPIMPIN

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:
Afrisam
Kelas:
XII MIPA 3

SMA NEGERI 22 MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya, sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Amiin.

Makassar, 10 Desember 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi Terpimpin ......................................................... 2
B. Sistem Demokrasi Terpimpin ............................................................... 4
C. Sistem Ekonomi Demokrasi Terpimpin................................................ 5
D. Dekret Presiden 5 Juli 1959 .................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh
keputusan dan pemikiran berpusat pada pemimpin negara. Konsep sistem
demokrasi terpimpin pertama kali diumumkan oleh presiden Soekarno dalam
pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956. Masa
demokrasi terpimpin (1957-1965) dimulai dengan tumbangnya demokrasi
parlementer atau demokrasi liberal yang ditandai pengunduran Ali
Sastroamidjojo sebagai perdana menteri.
Ketegangan-ketegangan politik yang terjadi pasca pemilihan umum 1955
membuat situasi politik tidak menentu. Kekacauan politik ini membuat
keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini diperparah dengan
dewan konstituante yang mengalami kegagalan dalam menyusun konstitusi
baru, sehingga negara Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang
mantap.
Pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin, sebenarnya merupakan wujud
dari obsesi presiden Soekarno yang dituangkan dalam konsepsinya pada
tanggal 21 Februari 1957, yang isinya mengenai penggantian sistem
demokrasi liberal menjadi demokrasi terpimpin, pembentukan kabinet gotong
royong, dan pembentukan dewan nasional.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi demokrasi terpimpin?
2. Bagaimana sistem demokrasi terpimpin?
3. Bagaimana sistem ekonomi demokrasi terpimpin?
4. Apa isi dari Dekret Presiden 5 Juli 1959?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PengertianDemokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin, juga disebut demokrasi terkelola, adalah istilah
untuk sebuah pemerintahan demokrasi dengan peningkatan autokrasi.
Pemerintahan negara dilegitimasi oleh pemilihan umum yang walaupun bebas
dan adil, digunakan oleh pemerintah untuk melanjutkan kebijakan dan tujuan
yang sama. Atau, dengan kata lain, pemerintah telah belajar untuk
mengendalikan pemilihan umum sehingga pemilih dapat melaksanakan semua
hak-hak mereka tanpa benar-benar mengubah kebijakan publik. Walaupun
mengikuti prinsip-prinsip dasar demokrasi, dapat timbul penyimpangan kecil
terhadap otoritarianisme. Dalam demokrasi terpimpin, pemilih dicegah untuk
memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan yang dijalankan oleh
negara melalui mengefektifkan teknik kinerja humas yang berkelanjutan.
Istilah ini digunakan sebagai referensi untuk periode politik tertentu di
Indonesia. Akhir-akhir ini istilah ini juga banyak digunakan dalam Rusia, di
mana ia diperkenalkan ke dalam praktik umum oleh pemikir dari anggota
Kremlin, khususnya GlebPavlovsky.Demokrasi Terpimpin berjalan
berdasarkan Dekret Presiden Soekarno 5 Juli 1959 dan Tap MPRS No.
VIII/MPRS/1959. Paham demokrasi ini berdasarkan paham kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan ( sila
ke-4 dari Pancasila ). Paham ini berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong antara semua kekuatan nasional yang revolusioner dengan
prinsip Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme). Akan tetapi para
ulama di Indonesia menolak prinsip Nasakom karena mengikut sertakan
Komunis yang bertolak belakang dengan agama.
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh presiden
Soekarno:
1. Dari Segi Keamanan Nasional
Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal,
menyebabkan ketidakstabilan negara.

2
2. Dari Segi Perekonomian
Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal
menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari Segi Politik
Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan
UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno
diawali oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk
menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu
menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak
lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh
anggota konstituante . Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka
mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno
tersebut.Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa:
1. 269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945.
2. 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945.
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak
dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante
yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah
ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkam sebuah
dekret yang disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli
1959 :
1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950.
2. Berlakunya kembali UUD 1945.
3. Dibubarkannya konstituante.
4. Pembentukan MPRS dan DPAS.

3
B. Sistem Demokrasi Terpimpin
Lima hari setelah dekret presiden, kabinet karya dibubarkan dan pada
tanggal 09 Juli 1959 diganti dengan kabinet kerja. Dalam kabinet ini presiden
Soekarno bertindak selaku perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda menjadi
menteri pertama dengan dua orang wakilnya Dr. Leimena dan Dr. Subandrio.
Program kabinet meliputi penyelenggaraan keamanan dalam negeri,
pembebasan Irian Barat, dan melengkapi sandang pangan rakyat.
Setelah terbentuknya kabinet pada 22 Juli 1959, presiden Soekarno
membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketahui oleh presiden
dengan Penpres No. 3 Tahun 1959 dengan 45 orang anggota yang terdiri dari
12 wakil golongan politik, 8 orang utusan/ wakil daerah, 24 orang wakil
golongan karya, dan 1 orang wakil ketua. Dewan ini berkewajiban memberi
jawab atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada
pemerintah (Pasal 16 Ayat 2 UUD 19450. Para anggota DPA dilantik pada
tanggal 15 Agustus 1959. Pada upacara peringatan hari proklamasi 17 Agustus
1959, presiden Soekarno mengucapkan pidato yang bersejarah yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” pidato tersebut merupakan penjelasan dan
pertanggungjawaan presiden atas dekret 5 Juli 1959 serta garis kebijakan
presiden Soekarno dalam mengenalkan sistem demokrasi terpimpin.
Dalam sidangnya pada bulan September 1959, DPA dengan suara bulat
mengusulkan kepada pemerintah agar pidato presiden Soekarno tersebut
dijadikan garis-garis besar haluan negara. Usul DPA itu diterima baik oleh
presiden Soekarno. Rumusan DPA atas pidato tersebut menjadi garis-garis
besar haluan negara berjudul “manifesto politik republik Indonesia” disingkat
manipol. Selanjutnya dengan Penetapan Presiden No.2 Tahun 1959 tanggal 31
Desember 1959 dibentuk majelis permusyawaratan rakyat sementara (MPRS),
yang anggota-anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan
beberapa persyaratan, yaitu setuju kembali ke UUD 1945, setia kepada
perjuangan RI, dan setuju dengan manifesto politik. Berdasarkan UUD 1945,
keanggotaan MPR terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah dan wakil-wakil golongan.

4
Tindakan presiden Soekarno selanjutnya dalam menegakkan demokrasi
terpimpin adalah mendirikan lembaga-lembaga negara baru, yaitu front
nasional yang dibentuk melalui Penetapan Presiden No. 13 Tahun1959. Dalam
penetapan itu disebutkan, front nasional adalah suatu organisasi massa yang
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam
UUD 1945. Front nasional itu diketuai oleh presiden Soekarno.
Dalam regrouping pertama kabinet yang berdasarkan Keputusan
Presiden No. 94 Tahun 1962, dilakukan pengintegrasian lembaga-lembaga
tertinggi negara dengan eksekutif, yaitu MPRS, DPR GR, DPA, MA, dan
dewan perancang nasional. Pimpinan lembaga-lembaga negara tersebut
diangkat menjadi menteri dan ikut serta dalam sidang-sidang kabinet tertentu,
yang selanjutnya ikut merumuskan dan mengamankan kebijakan
pemerintahan dalam lembaga masing-masing.
Selain lembaga-lembaga tersebut, presiden juga membentuk
musyawarah pembantu pimpinan revolusi (MPPR) berdasarkan Penetapan
Presiden No. 4 Tahun 1962, MPRS beserta stafnya merupakan badan
pembantu pemimpin besar revolusi (PBR) dalam mengambil kebijakan khusus
dan darurat untuk menyelesaikan revolusi. Keanggotaan MPPR terdiri dari
sejumlah menteri yang mewakili MPRS dan DPR GR, departemen, angkatan-
angkatan, dan para pemimpin partai politik Nasakom (nasionalis, agama, dan
komunis). Dalam perkembangan selanjutnya kekuatan politik pada waktu itu
terpusat ditangan presiden Soekarno dengan TNI AD dan PKI disampingnya.

C. Sistem Ekonomi Demokrasi Terpimpin


1. EkonomiKeuangan
Untuk merencanakan pembangunan ekonomi, pada tahun 1958
dibentuk undang-undang mengenai pembentukan Dewan Perancang
Nasional. Tugasnya adalah:
a. Mempersiapkan rancangan undang-undang pembangunan nasional
yang berencana (Pasal 2).
b. Menilai penyelenggara pembangunan itu (Pasal 3).

5
Selanjutnya pada tanggal 15 Agustus 1959 terbentuklah Dewan
Perancang Nasional (Depernas) di bawah pimpinan Mr. Muh Yamin
sebagai Wakil Menteri Pertama yang beranggotakan 80 orang wakil
golongan masyarakat dan daerah. Dalam waktu kurang lebih satu tahun,
Depernas berhasil menyusun suatu “Rancangan Dasar Undang-
UndangPembangunan Nasional Sementara Berencana Tahapan Tahun
1961-1969.” MPRS menyetujui rancangan tersebut.
Pada tahun 1963, Dewan Perancang Nasional diganti dengan Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh
Presiden Sukarno. Bappenas mempunyai tugas menyusun rencana
pembangunan jangka panjang dan rencana tahunan baik nasional maupun
daerah, serta mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan. Dalam
rangka usaha membendung inflasi maka dikeluarkan kebijakan:
a. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor2 Tahun 1959
yang mulai berlaku tanggal 25 Agustus 1959. Peraturan itu
dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya uang dalam peredaran
untuk kepentingan perbaikan keadaan keuangan dan perekonomian
negara.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor Tahun 1959
tentang Pembekuan Sebagian dari Simpanan pada Bank, yang
dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya uang dalam peredaran,
yang terutama dalam tahun 1957 dan 1958 sangat meningkat
jumlahnya.
c. Peraturan moneter tanggal 25 Agustus 1959 diakhiri dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor6 Tahun 1959, yang isi
pokoknya ialah ketentuan bahwa bagian uang lembaran seribu rupiah
dan lima ratus rupiah yang masih berlaku ditukar dengan uang kertas
bank baru sebelum tanggal 1 Januari 1960.
Untuk menampung akibat-akibat dari tindakan moneter dari bulan
Agustus 1959 dibentuklah Panitia Penampung Operasi Keuangan (PPOK).
Tugas pokok dari panitia ini ialah menyelenggarakan tindak lanjut dari

6
tindakan moneter itu, tanpa mengurangi tanggung jawab menteri,
departemen, dan jawatan yang bersangkutan.
Dengan tindakan moneter tanggal 25 Agustus 1959 tersebut,
pemerintah bertujuan akan dapat mengendalikan inflasi dan mencapai
keseimbangan dan kemantapan moneter. Hal itu diusahakan dengan
menyalurkan uang dan kredit baru ke bidang-bidang usaha yang
dipandang penting bagi kesejahteraan rakyat dan pembangunan. Tetapi
pada akhir tahun 1959 itu juga, diketahui bahwa pemerintah mengalami
kegagalan. Semua tindakan-tindakan moneter itu tidak mencapai
sasarannya karena pemerintah tidak mempunyai kemauan politik untuk
menahan diri dalam pengeluaran-pengeluarannya.
Sejak tahun 1961, Indonesia terus-menerus membiayai kekurangan
neraca pembayarannya dari cadangan emas dan devisa. Pada akhir tahun
1965, untuk pertama kali dalam sejarah moneternya, Indonesia sudah
habis membelanjakan cadangan emas dan devisanya. Presiden Soekarno
menganggap perlu untuk mengintegrasikan semua Bank Negara ke dalam
suatu organisasi Bank Sentral. Untuk itu dikeluarkan Penetapan Presiden
No.7 tahun 1965 tentang Pendirian Bank Tunggal Milik Negara. Tugas
bank tersebut adalah menjalankan aktivitas-aktivitas bank sirkulasi, bank
sentral dan bank umum. Maka kemudian diadakan peleburan bank-bank
negara seperti: Bank Koperasi dan Nelayan (BKTN); Bank Umum
Negara; Bank Tabungan Negara; Bank Negara Indonesia ke dalam Bank
Indonesia. Sesudah pengintegrasian Bank Indonesia itu selesai, barulah
dibentuk Bank Negara Indonesia.
2. Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri
Ekonomi Indonesia bersifat agraris, karena lebih kurang 80% dari
penduduk hidup dari berkecimpung dalam bidang pertanian. Sebagian
hasil dari pertanian atau perkebunan yang dihasilkan setiap tahunnya
dijual dan diekspor ke luar negeri untuk memperoleh devisa atau valuta
asing untuk membeli atau mengimpor berbagai bahan baku dan barang
konsumsi yang belum dapat dihasilkan di Indonesia. Oleh karena itu,
untuk dapat mengimpor kebutuhan- kebutuhan dari luar negeri adalah

7
mutlak, neraca perdagangan kita dengan luar negeri harus menunjukkan
termsoftrade yang menguntungkan. Apabila itu belum tercapai,
terpaksalah dicari bantuan atau disebut juga kredit luar negeri, guna dapat
membiayai impor. Perdagangan luar negeri antara Indonesia dengan
negara lain misalnya dengan negara Cina.
Dalam rangka usaha untuk membiayai proyek-proyek
Presiden/Mandataris MPRS, maka Presiden Soekarno mengeluarkan
Instruksi Presiden No.018 Tahun 1964 dan Keputusan Presiden No.360
Tahun 1964, yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai penghimpunan
dan penggunaan dana-dana revolusi. Dana-dana revolusi tersebut pada
mulanya diperoleh dari pungutan uang SPP dan dari pungutan yang
dikenakan pada pemberian izin impor dengan deferredpayment.
Deferredpayment ialah suatu macam impor yang dibayar dengan kredit
(kredit berjangka 1-2 tahun) karena tidak cukup persediaan devisa. Akibat
kebijaksanaan kredit luar negeri ini adalah:
a. Hutang-hutang negara semakin bertimbun-timbun, sedangkan ekspor
semakin menurun dan Devisa menipis karena ekspor menurun sekali.
b. Hutang luar negeri dibayar dengan kredit baru atau pembayaran itu
ditangguhkan.
c. RI tidak mampu lagi membayar tagihan-tagihan dari luar negeri,
karena itu, sering terjadi beberapa negara menyetop impornya ke
Indonesia karena hutang-hutang tidak dibayar.
d. Di dalam negeri berakibat mengganggu proses produksi, distribusi dan
perdagangan serta menimbulkan kegelisahan di kalangan penduduk.
Dana revolusi tersebut diberikan dalam bentuk kredit kepada orang
lain atau perusahaan dengan rente tertentu agar jumlah dana bertambah
terus. Namun, pemberian kredit tersebut menyimpang dari pemberian
kredit biasa sampai kira-kira mencapai jumlah Rp338 milyar (uang lama).
Hal ini mengakibatkan inflasi meningkat sangat tinggi karena pemerintah
sama sekali tidak mengindahkan jumlah uang yang beredar. Bank
Indonesia diizinkan untuk mengadakan penyertaan dalam perusahaan,
sehingga membawa akibat yang cukup luas bagi masyarakat.

8
D. Dekret Presiden 5 Juli 1959
Pemilu yang pertama diselenggarakan pada masa kabinet Burhanudin
Harahap tahun 1955, di antaranya adalah untuk memilih anggota konstituante
yang bertugas merumuskan UUD baru. Namun dalam kenyataannya sampai
tahun 1959 konstituante tidak pernah berhasil merumuskan undang-undang
dasar baru. Keadaan itu semakin mengguncangkan situasi politik di Indonesia
pada saat itu. Bahkan, masing-masing partai politik selalu berusaha untuk
menghalalkan segala cara agar tujuan partainya tercapai. Oleh sebab itu, sejak
tahun 1956 kondisi dan situasi politik negara Indonesia semakin buruk dan
kacau.
Keadaan yang semakin bertambah kacau ini bisa membahayakan dan
mengancam keutuhan negara dan bangsa Indonesia. Suasana semakin
bertambah panas karena adanya ketegangan yang diikuti dengan keganjilan-
keganjilan sikap dari setiap partai politik yang berada di konstituante. Rakyat
sudah tidak sabar lagi dan menginginkan agar pemerintah mengambil tindakan
yang bijaksana untuk mengatasi kemacetan sidang konstituante. Namun,
konstituante ternyata tidak dapat diharapkan lagi.
Kegagalan konstituante untuk melaksanakan sidang-sidangnya untuk
membuat undang-undang dasar baru, menyebabkan negara Indonesia dilanda
kekalutan konstitusional. Undang-undang dasar yang menjadi dasar hukum
pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat, sedangkan undang-
undang dasar sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi
liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Untuk mengatasi situasi yang tidak menentu itu, pada bulan Februari 1957
presiden Soekarno mengajukan gagasan yang disebut dengan konsepsi
presiden.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa tokoh partai politik
mengajukan usul kepada presiden Soekarno agar mendekretkan berlakunya
kembali UUD 1945 dan pembubaran konstituante. Pemberlakuan kembali
undang-undang dasar 1945 merupakan langkah terbaik untuk mewujudkan

9
persatuan dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, pada tanggal 5 Juli 1959,
presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang berisi sebagai berikut:
1. Pembubaran konstituante.
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk merencanakan pembangunan ekonomi, pada tahun 1958 dibentuk
undang-undang mengenai pembentukan Dewan Perancang Nasional.
Tugasnya adalah mempersiapkan rancangan undang-undang Pembangunan
Nasional yang berencana dan menilai penyelenggara pembangunan itu. Pada
massa demokrasi terpimpin Indonesia melakukan kredit luar negeri dan
melakukan kerja sama perdagangan dengan Cina yang memberikan
keuntungan materi dan politik.
Setelah terbentuknya kabinet pada 22 Juli 1959, presiden Soekarno
membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketahui oleh presiden
dengan Penpres No. 3 Tahun 1959 dengan 45 orang anggota yang terdiri dari
12 wakil golongan politik, 8 orang utusan/ wakil daerah, 24 orang wakil
golongan karya, dan 1 orang wakil ketua. Dewan ini berkewajiban memberi
jawab atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada
pemerintah (Pasal 16 Ayat 2 UUD 19450. Para anggota DPA dilantik pada
tanggal 15 Agustus 1959. Pada upacara peringatan hari proklamasi 17 Agustus
1959, presiden Soekarno mengucapkan pidato yang bersejarah yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” pidato tersebut merupakan penjelasan dan
pertanggungjawaban presiden atas dekret 5 Juli 1959 serta garis kebijakan
presiden Soekarno dalam mengenalkan sistem demokrasi terpimpin.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sumberpengertian.id/pengertian-demokrasi-terpimpin

https://prezi.com/gwamnf90bq9z/sistem-demokrasi-terpimpin-1959-1965/

https://materikita.com/demokrasi-terpimpin/

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=30554&kat_id=84&kat_id1=&ka
t_id2=

Anda mungkin juga menyukai