Anda di halaman 1dari 15

Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Indonesia

Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Nama: Melisa A Lasinta


NISN: 0069978975

SMA NEGERI 6 HAL-SEL


DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah "Manajemen Sumber Daya Manusia".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Abdul Haris Jamal S.Pd, yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Obi, 20 November 2022

Melisa A Lasinta
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
A. Menuju Demokrasi Terpimpin................................................................................... 3
B. Peta Kekuatan Politik Nasional.................................................................................. 4
C. Pembebasan Irian Barat.............................................................................................. 5
D. Konfrontasi Terhadap Malaysia................................................................................. 7
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 10
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 10

B. Saran........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11
ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi Terpimpin sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah sebuah
sistem demokrasi di mana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin
negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali
diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10
November 1956.
Latar belakang demokrasi terpimpin bisa di lihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal,
menyebabkan ke tidak stabilan negara.
Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal
menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara
utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan
UUDS 1950.Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali
oleh anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS
1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan
anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara yang
diikuti oleh seluruh anggota konstituante . Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka
mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa 269 orang setuju untuk kembali ke UUD
1945 dan 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945. Melihat dari hasil voting,
usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh
jumlah anggota konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian,
seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950. Bertolak dari hal tersebut,
Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekret yang disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959.
Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959 : ~Tidak berlaku kembali UUDS 1950 ~Berlakunya kembali
UUD 1945 ~Dibubarkannya konstituante ~Pembentukan MPRS dan DPAS
1

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
A. Bagaimana Menuju Demokrasi Terpimpin ?
B. Bagaimana Peta Kekuatan Politik Nasional?
C. Bagaimana Pembebasan Irian Barat?
D. Bagaimana Konfrontasi Terhadap Malaysia?
E. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut;
F. Untuk Mengetahui Bagaimana Menuju Demokrasi Terpimpin
G. Untuk Mengetahui Bagaimana Peta Kekuatan Politik Nasional
H. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembebasan Irian Barat
I. Untuk Mengetahui Bagaimana Konfrontasi Terhadap Malaysia
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Menuju Demokrasi terpimpin


Semenjak Indonesia diakui secara sah bahwa berdaulat terhadap seluruh wilayah nya dari
Sabang sampai Merauke pada tahun 1949, berbagai macam bentuk pemerintahan sudah
pernah dicoba. Mulai dari Demokrasi Parlementer hingga Demokrasi Terpimpin yang
ditandai dengan lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai landasan awal.
Demokrasi Terpimpin yang sudah dirintis pada 1957, sebenarnya baru resmi berjalan sejak
1959, ketika Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Dekrit Presiden dikeluarkan karena
ketidakstabilan pemerintah. Badan Konstituante untuk menetapkan undang-undang baru
untuk mengganti UUDS 1959. Badan Konstituante adalah lembaga negara yang dibentuk
lewat Pemilihan Umum (Pemilu) 1955.
Badan tersebut dibentuk untuk merumuskan UU baru. Tapi sejak dimulai persidangan pada
1956 hingga 1959, Badan Konstituante tidak berhasil merumuskan UU baru. Kondisi itu
membuat Indonesia semakin buruk dan kacau. Banyak muncul pemberontakan di daerah-
daerah, mereka tidak mengakui keberadaan pemerintahan pusat dan membuat sistem
pemerintahan sendiri. Pada 22 April 1959 diadakan sidang lengkap Konstituante di
Bandung. Pada sidang tersebut Presiden Soekarno mengusulkan untuk kembali ke UUD
1945. Dalam pidatonya, Soekarno mengkritik cara kerja Konstituante yang kurang
mengalami kemajuan selama dua tahun lima bulan dan 12 hari.
Kemudian meminta supaya usul pemerintah disetujui dengan segera. Usulan Presiden
Soekarno untuk kembali ke UUD 1945 terjadi pro dan kontra, ada yang mendukung dan
menolak. Baca juga: Amandemen UUD 1945: Tujuan dan Perubahannya Dua partai besar,
PNI dan PKI menerima usul rencana pemerintah tentang UUD 1945, sedangkan Masyumi
menolak. Di kalangan yang menolak menjelaskan kekhawatirannya tentang akibat-akibat
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dengan pelaksanaan UUD 1945. Namun dalam sidang
Konstituante telah beberapa kali dilakukan pemungutan suara tidak berhasil memecahkan
usul pemerintah tersebut. Akhirnya pada 5 Juli 1959, di Istana Merdeka, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi:
1. Dibubarkannya Konstituante
2. Diberlakukannya kembali UUD 1945
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950
4. Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang diberlakukan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.

B. Peta Kekuatan Politik Nasional


Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
peta kekuatan politik nasional era Demokrasi Terpimpin mengalami pasang surut. Antara
tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden Soekarno yang memegang
seluruh kekuasaan negara. Presiden Soekarno didampingi Angkatan Darat dan PKI di
sampingnya. Presiden Soekarno selalu mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki
lima gagasan penting yang terangkum dalam Manifesto Politik, yaitu:
• Undang-Undang Dasar 1945
• Sosialisme Indonesia
• Demokrasi Terpimpin
• Ekonomi Terpimpin
• Kepribadian Indonesia
Sejak tahun 1961, Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu yang harus dipelajari dalam
dunia pendidikan. Beberapa surat kabar yang pro Masyumi dan PSI menolak ide tersebut,
sehingga dilarang terbit oleh pemerintah. Baca juga: Demokrasi Terpimpin (1957-1965):
Politik pada era Demokrasi Terpimpin dibatasi oleh pemerintah. Pemerintah menerapkan
Penetapan Presiden No 7 tahun 1959 tentang syarat-syarat penyederhanaan partai. Berikut
isinya:
1. Menerima dan membela konstitusi 1945 dan Pancasila
2. Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita politiknya.
3. Partai politik setidaknya memiliki cabang di seperempat wilayah Indonesia.
4. Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
5. Presiden berhak membubarkan partai yang terindikasi berusaha merongrong politik
pemerintah dan mendukung pemberontakan.
Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui sembilan partai politik yaitu PKI, Partai Murba,
Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan Partindo. Konflik dengan DPR
Dalam perkembangannya, beberapa fraksi dalam DPR menolak kebijakan Presiden
Soekarno sehingga pecah konflik antara Presiden dan DPR. Konflik tersebut mencapai
puncak, ketika DPR menolak RAPBN 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden menjadikan
masalah ini untuk membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan dibubarkan pada Juni 1960.
Setelah itu, Presiden Soekarno membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR). Presiden memilih dan mengangkat sendiri anggota DPR dan harus terikat aturan
yang ditetapkan presiden. Menhan Prabowo Minta Pemberontakan PKI Diajarkan di Sekolah

Ajaran Resopim Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional (Resopim)


bertujuan untuk memperkuat kedudukan Presiden Soekarno. Intinya seluruh unsur
kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui jiwa oleh sosialisme, dan
dikendalikan oleh satu pimpinan, yang disebut Panglima Besar Revolusirevolus Presiden
Soekarno. Presiden seumur hidup dan Nasakom MPRS menetapkan Presiden Soekarno
sebagai presiden sumur hidup dalam Sidang Umum 1063. Presiden Soekarno mendapat tiga
dukungan yaitu, nasionalis, agama, dan komunis (Nasakom).
Sistem pemerintahan yang dikembangkan Presiden Soekarno memberikan peluang bagi
tumbuh dan berkembangnya ideologi komunis. Presiden Soekarno juga mengajarkan
Nasakom kepada masyarakat. Di mana Nasakom merupakan cermin paham bebagai
golongan masyarakat Indonesia. Sehingga persatuan Indonesia dapat terwujud jika
melaksanakan dan menerima ajaran Nasakom. Partai Komunis Indonesia (PKI) Dalam
perjalanannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom, sehingga berhasil mendapatkan tempat
dalam konstelasi politik Indonesia. Strategi ini juga meyakinkan Presiden Soekarno bahwa
PKI merupakan partai pendukung utama kebijakan pemerintah.
Demokrasi Terpimpin (19571965): Sejarah dan Latar Belakangnya Bahkan saat Presiden
Soekarno membubarkan beberapa partai politik yang terlibat dalam pemberontakan, PKI
berhasil terhindar dari pembubaran tersebut. Angkatan Darat yang mengetahui kedekatan
PKI dengan Presiden Soekarno mengerahkan berbagai cara untuk menghambat pergerakan
PKI. Pimpinan Angkatan Darat mengeluarkan perintah untuk menangkap DN Aidit dan
melarang terbitan surat kabar harian Rakyat. Namun hal tersebut menuai protes Presiden
Soekarno dan memerintahkan agar semua keputusan Angkatan Darat dicabut.
Memasuki tahun 1964 serangan terhadap PKI semakin banyak. Beberapa surat kabar
memberitakan penemuan dokumen rahasia PKI yang berencana merebut kekuasaan. Hal
tersebut dibantah oleh DN Aidit. Isu tersebut berkembang menjadi isu politik besar.
C. Pembebasan Irian barat
Indonesia terlalu lunak pada imperialisme Belanda di Irian Barat. Soekarno sudah tak
tahan. Irian Barat harus dibebaskan sesegera mungkin. Di Palembang, Sumatra Selatan, 10
April 1962, Soekarno menjanjikan pembebasan Irian Barat demi menjadikannya bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Irian Barat, yang sekarang menjadi Provinsi
Papua Barat adalah kesayangan Soekarno. Soekarno bahkan menjabat Panglima Besar
Komando Tertinggi Irian Barat. Bagi Bung Karno, persoalan merebut Irian Barat (Papua)
adalah urusan personal nan krusial. Tanpa Irian Barat, Nusantara tak akan sepenuhnya
menjadi Indonesia. Tak sekali dua kali Bung Karno mengungkap kecintaan terhadap Irian
Barat.

Bahkan Bung Karno sempat menganalogikan Irian Barat layaknya bagian dari tubuh, yang
jika salah satu bagian telah hilang, maka keseimbangan tak akan didapat.
“Dibandingkan dengan wilayah kepulauan kami, Irian Barat hanya selebar daun kelor,
tetapi Irian Barat adalah sebagian dari tubuh kami. Apakah seseorang akan membiarkan
salah satu anggota tubuhnya diamputasi tanpa melakukan perlawanan?” ungkap Bung
Karno, dikutip Cindy Adams dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
(1965).

Dimulainya upaya pembebasan Irian Barat


Upaya pembebasan Irian Barat sendiri bermula ketika Belanda menolak mengakui Irian
Barat sebagai bagian NKRI. Sikap itu disampaikan Belanda dalam perundingan Konferensi
Meja Bundar (KMB), 23 Agustus-2 November 1449. Delegasi Indonesia dan Belanda
berselisih pandang. Indonesia meyakini Irian Barat adalah bagian dari Indonesia Timur yang
masuk dalam wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS) Sementara, Belanda berpendapat
Irian Barat tak memiliki hubungan dengan wilayah Indonesia yang lain. Karenanya Belanda
ingin Irian Barat diberi status khusus. Arsip Nasional Indonesia (ANRI) mencatat dua pihak
akhirnya sepakat menyelesaikan masalah lewat negosiasi lanjutan antara Kerajaan Belanda
dan RIS.
Negosiasi dilakukan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan, 27 Desember 1949. Namun
perundingan soal status Irian Barat tak juga menemui titik terang, meski satu tahun telah
berlalu sejak pengakuan kedaulatan Belanda. ANRI juga merekam dua pertemuan, yang
digelar di Jakarta pada Maret 1950 dan di Den Haag pada Desember 1950.
Dua pertemuan sama-sama beragendakan pengumpulan fakta. Hasilnya dilaporkan ke Uni
Indonesia-Belanda. Lagi-lagi buntu karena dua pihak melaporkan hasil berbeda. Indonesia
pun kemudian menempuh jalur konfrontasi politik-ekonomi. Indonesia sempat memutus
relasi Uni Indonesia-Belanda pada 15 Februari 1956. Indonesia juga membatalkan
persetujuan KMB secara sepihak pada 27 Maret 1956. Selain itu Indonesia membentuk
Provinsi Otonomi Irian Barat pada 15 Agustus 1956. Langkah lain diambil dengan
menasioalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, mulai dari maskapai penerbangan,
pelayaran, perusahaan gas, pabrik gula, hingga bank. Belanda membalas aksi Indonesia
dengan meningkatkan kekuatan militer. Puncaknya, Indonesia memutus hubungan
diplomatik dengan Kerajaan Belanda pada 17 Agustus 1960. Pasca-putusnya hubungan itu,
Soekarno yang juga menjabat Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
makin gencar melatih dan mempersiapkan srategi militer.

Pemerintah Indonesia juga mengirim anak-anak muda dari berbagai daerah di Papua pada
1961. Langkah itu diambil sebagai respons pengusiran masyarakat pro-NKRI oleh Belanda.
Tak Cuma mengusir, pada periode 1950-1960, Belanda juga mendatangkan masyarakat yang
anti-Indonesia ke Irian Barat.
Indonesia juga mengambil langkah diplomatis ke sejumlah negara sahabat, mengumpulkan
dukungan komunitas internasional. Hasil signifikan didapat. Dari Uni Soviet, Indonesia
mendapat senjata berat hingga pesawat peluncur bom jarak jauh, Tupolev-16 dan kapal
penjelajah, Sverdlov, yang belakangan dinamai KRI Irian.Pada 1961, Indonesia membentuk
Komando Tertinggi. Pembebasan Irian Barat (KOTI). Soekarno, sebagai panglima tertinggi
juga mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora).
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda Kolonial
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
3. Bersiaplah mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan
Bangsa.

D. Konfrontasi Terhadap Malaysia


Konfrontasi Indonesia–Malaysia atau Konfrontasi Borneo (juga dikenal dengan Bahasa
Indonesia / Melayu, Konfrontasi) adalah konflik bersenjata dari tahun 1963 hingga 1966
yang bermula dari penentangan Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia. Setelah
presiden Indonesia Soekarno digulingkan pada tahun 1966, perselisihan berakhir secara
damai dan negara Malaysia terbentuk.
Pembentukan Malaysia adalah penggabungan Federasi Malaya (sekarang Semenanjung
Malaysia), Singapura dan koloni mahkota Inggris di Borneo Utara dan Sarawak (secara
kolektif dikenal sebagai Borneo Inggris, sekarang Malaysia Timur) pada September
1963.[16] Perintis penting konflik tersebut termasuk kebijakan konfrontasi Indonesia
melawan Nugini Belanda dari Maret– Agustus 1962 dan Pemberontakan Brunei pada
Desember 1962. Malaysia mendapat dukungan militer langsung dari Britania Raya,
Australia, dan Selandia Baru. Indonesia mendapat dukungan tidak langsung dari Uni Soviet
dan Tiongkok, sehingga menjadikannya salah satu bagian Perang Dingin di Asia.
Konflik tersebut merupakan perang yang tidak diumumkan dengan sebagian besar aksi
terjadi di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia Timur di pulau Kalimantan.
Konflik tersebut ditandai dengan pertempuran darat yang terkendali dan terisolasi, diatur
dalam taktik brinkmanship tingkat rendah. Pertempuran biasanya dilakukan oleh operasi
seukuran kompi atau peleton di kedua sisi perbatasan. Kampanye infiltrasi Indonesia
Kalimantan berusaha untuk mengeksploitasi keragaman etnis dan agama di Sabah dan
Sarawak.
7

Medan hutan Kalimantan dan kurangnya jalan yang melintasi perbatasan Malaysia-
Indonesia memaksa pasukan Indonesia dan Persemakmuran untuk melakukan patroli jarak
jauh. Kedua belah pihak mengandalkan operasi infanteri ringan dan transportasi udara,
meskipun pasukan Persemakmuran menikmati keuntungan dari penyebaran helikopter yang
lebih baik dan pasokan ke pangkalan operasi yang akan datang. Sungai juga digunakan
sebagai metode transportasi dan infiltrasi. Meskipun operasi tempur terutama dilakukan oleh
pasukan darat, pasukan lintas udara memainkan peran pendukung yang vital dan pasukan
angkatan laut memastikan keamanan sisi-sisi laut. Inggris memberikan sebagian besar upaya
pertahanan, meskipun pasukan Malaysia terus meningkatkan kontribusi mereka, dan ada
kontribusi berkala dari pasukan Australia dan Selandia Baru dalam gabungan Cadangan
Strategis Timur Jauh yang ditempatkan saat itu di Malaysia Barat dan Singapura.
Serangan awal Indonesia ke Malaysia Timur sangat bergantung pada sukarelawan lokal
yang dilatih oleh Angkatan Darat Indonesia. Seiring waktu, pasukan infiltrasi menjadi lebih
terorganisir dengan masuknya komponen pasukan Indonesia yang lebih substansial. Untuk
mencegah dan mengganggu kampanye infiltrasi yang berkembang di Indonesia, Inggris
merespons pada tahun 1964 dengan meluncurkan operasi rahasia mereka sendiri ke
Kalimantan (Indonesia) dengan nama sandi Operasi Claret. Bertepatan dengan Soekarno
mengumumkan “tahun penuh bahaya” dan kerusuhan rasial Singapura 1964, Indonesia
meluncurkan kampanye operasi yang diperluas ke Malaysia Barat pada 17 Agustus 1964,
meskipun tanpa keberhasilan militer.[18] Penumpukan pasukan Indonesia di perbatasan
Kalimantan pada bulan Desember 1964 membuat Inggris mengerahkan pasukan yang
signifikan dari Komando Strategis Angkatan Darat yang berbasis di Inggris dan Australia
dan Selandia Baru mengerahkan pasukan tempur roulement dari Malaysia Barat ke
Kalimantan pada tahun 1965– 66. Intensitas konflik mulai mereda menyusul kudeta Oktober
1965 dan jatuhnya kekuasaan Soekarno kepada Jenderal Soeharto. Negosiasi perdamaian
yang serius antara Indonesia dan Malaysia dimulai pada Mei 1966, dan kesepakatan damai
terakhir ditandatangani pada 11 Agustus 1966 dengan Indonesia secara resmi mengakui
Malaysia.
• Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia
• Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk
menghancurkan Malaysia
Pada 27 Juli, Soekarno mengumumkan bahwa dia akan meng-“ganyang Malaysia”. Pada 16
Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh

gerilyawan Indonesia. Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka
memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung
dan Singapura keluar di kemudian hari. Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat
Malaka. Dua hari kemudian para perusuh membakar kedutaan Britania di Jakarta.
Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat
Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan
Indonesia di Kuala Lumpur. Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan
perbatasan. Pasukan Indonesia dan pasukan tidak resminya mencoba menduduki Sarawak
dan Sabah, dengan tanpa hasil.
Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan
Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi kegiatan perang terhadap
Malaysia (Operasi Dwikora). Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala
Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga.
Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu)
berkedudukan di Sumatra yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga Batalyon
Para dan satu batalyon KKO.
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas
Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tercatat sekitar 2000 pasukan
Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di
belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba
membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di
Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka
dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas
juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap, Soekarno menarik Indonesia
dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru
(Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.Pada Januari 1965,
Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak
permintaan dari Malaysia. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti
penyerang melalui perbatasan Indonesia.
Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara
rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada 1996.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamika politik yang terjadi pada masa Demokrasi terpimpin antara lain diwarnai dengan
tampilnya dua kekuatan Politik di Indonesia yang saling bersaing, yaitu PKI dan Angkatan
Darat. Pada Masa Demokrasi Terpimpin pula, Indonesia melakukan operasi militer untuk
membebaskan Papua dari penjajahan Belanda (Trikora). Selain itu konfrontasi dengan
Malaysia juga terjadi (Dwikora) Kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa Demokrasi
terpimpin. Antara lain berupa pembentukan Dewan Perancang Nasional dan Deklarasi
Ekonomi, serta dilakukan Devaluasi Mata Uang. Proyek Mercusuar berupa pembangunan
Monas, kompleks Olahraga Senayan, Pemukiman Kebayoran juga berlangsung.
B. Saran
Belajar Sejarah Demokrasi Terpimpin penting bagi kesadaran bangsa Indonesia untuk
memahami salah satu bentuk demokrasi dan sistem ekonomi yang pernah diterapkan di
negeri ini. Pemahaman dan pengalaman kita akan kehidupan berdemokrasi diharapkan
menjadi semakin kaya. Tentu dengan kesadaran akan kekurangan dan kelebihan yang ada.
10

DAFTAR PUSTAKA

• https://doc.lalacomputer.com/makalah-sistem-dan-struktur-politik-dan-ekonomi-pada-
masa-demokrasi-terpimpin/
• https://www.google.com/search?q=siatem+dan+struktur+politik+dan+ekonomi+masa
&oq=siatem+dan+struktur+politik+dan+ekonomi+masa&aqs=chrome..69i57.15438j0j
1&client=ms-android-xiaomi-rvo2&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8
• https://www.google.com/search?q=menuju+demokrasi+Terpimpin&oq=menuju+demo
krasi+Terpimpin&aqs=chrome..69i57.4814j0j9&client=ms-android-xiaomi-
rvo2&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-
• https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.kompas.com/s
kola/read/2020/02/28/130000769/politik-demokrasi-terpimpin-peta-kekuatan-politik-
nasional&ved=2ahUKEwiqlsvH5-
76AhVR2HMBHR17CDcQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw06hd-
iszV6Hqe31GB7BZyk
• https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.kompas.com/s
kola/read/2020/02/28/130000769/politik-demokrasi-terpimpin-peta-kekuatan-politik-
nasional&ved=2ahUKEwiqlsvH5-
76AhVR2HMBHR17CDcQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw06hd-
iszV6Hqe31GB7BZyk
• https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.m.wikipedia.org/
wiki/Konfrontasi_Indonesia%25E2%2580%2593Malaysia&ved=2ahUKEwiW5NqJ6O
76AhWTV3wKHTnIATcQFnoECBEQAQ&usg=AOvVaw25Un0GhUy3VrOZSPcLL
dch

11

Anda mungkin juga menyukai