Anda di halaman 1dari 4

Bab II

Pembahasan

1. Pengertian Kehidupan Sosial dan Sistem Sosial


Sistem dapat pula diartikan lebih tinggi daripada cara, tata, rencana, skema, prosedur,
atau metode. Sistem adalah cara yang mekanismenya berpatron (berpola) dan konsisten, serta
sering bersifat otomatis (servo-mechanism). Demikian makna sistem yang dikaitkan dengan
terminologi politik. Beberapa ahli yang mengemukakan definisi sistem, antara lain sebagai
berikut. (1). Menurut Campbell (1979: 3), sistem adalah himpunan komponen atau bagian
yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan. (2). Awad
(1979: 4), sistem adalah sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan
berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan tertentu. (3). Konontz dan O.
Donnell (1976: 14), sistem bukan wujud fisik, melainkan ilmu pengetahuan yang disebut
sebagai sistem yang terdiri atas fakta, prinsip, doktrin, dan lainnya. Dengan demikian, sistem
harus memenuhi unsur-unsur yang meliputi komponen, seperti relevansi, fakta, prinsip,
doktrin, fungsi, dan tujuan bersama.
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan
individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar individu
maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara
berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan
membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk
suatu sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial. Proses
sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar,
karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik. Demikian pula
halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang merupakan wujud dari proses-
proses sosial yang ada. Kimball Young dan Raymond W. Mack mengemukakan bahwa
interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. 2
Kehidupan sosial harus dipandang sebagai sesuatu sistem (sistem sosial),
yaitu suatu keseluruhan . Kehidupan sosial ditandai dengan. Adanya manusia
yang hidup bersama, yang dalam ukurannya berjumlah dua atau lebih. Manusia
tersebut saling bergaul (berhubungan). Adanya kesadaran bahwa mereka
merupakan suatu kesatuan suatu sistem kehidupan bersama.

Para pembahas menyebut konsep dan pengertian sistem sosial lebih menekankan pada
hubungan-hubungan yang berlangsung antar manusia dan manusia, manusia dan
masyarakat, masyarakat dan masyarakat, yang hampir selalu atau bahkan selalu dalam
kerangka suatu satuan atau organisasi, sebagai satuan bersistem yang senantiasa
berinteraksi, yakni interaksi sosial – sehingga dapat disebutkan bahwa setiap (satuan)
masyarakat adalah bersistem, yang kemudian dikenal dengan sistem sosial (social system),
yaitu satuan masyarakat yang bersistem. Sistem sosial dipahami sebagai “any, especially a
relatively persistent, patterning of social relations across, time-space,‟ understood as
reproduced practices” (Giddens, 1984). Dalam pengertian umum demikian, suatu
masyarakat atau organisasi sosial atau kelompok, dimana dan kapan pun ia berada,
merupakan suatu sistem sosial, yang di dalamnya dapat mengandung subsistem sosial dan
dalam pola sistematik yang sangat beragam. Dalam faham fungsionalisme (Parsons, 1951)
sistem sosial merupakan sistem interaksi yang berlangsung antara 2 (dua) pelaku atau lebih,
yang masing-masing mengandung fungsi dalam suatu satuan masyarakat.

Sistem sosial dapat dipahami sebagai suatu sistem atau pemolaan dari hubungan
hubungan sosial yang terdapat dan berkembang dalam masyarakat tertentu, sebagai wahana
fungsional dalam masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum demikian, suatu masyarakat
atau organisasi sosial atau kelompok, di mana dan kapan pun ia berada, merupakan suatu
sistem sosial, yang di dalamnya dapat mengandung subsistem sosial dan dalam pola
sistematik yang sangat beragam. Sebagai satuan masyarakat, sistem sosial merupakan sistem
yang menjadi wadah bagi totalitas hubungan antara seorang manusia dan manusia lainnya,
manusia dan kelompoknya atau kelompok lain, kelompok manusia dan kelompok manusia
lainnya, untuk memenuhi hajat, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, sesuai
fungsi masing-masing. Manusia dan kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing
secara relatif memiliki batas dan ikatan kewilayahan dan mengembangkan (unsur-unsur)
kebudayaannya, termasuk lembaga-lembaganya seperti organisasi-organisasi sosial beserta
peraturan-peraturannya yang tertulis dan tak tertulis.
2. Unsur – Unsur Sistem Sosial
Secara umum, unsur-unsur sosial terdiri dari status, peranan, dan perbedaan sosial.
Menurut Alvin L. Bertrand (1980), ada sepuluh unsur yang terkandung dalam sistem
sosial, yaitu:
1.      Keyakinan (pengetahuan)
Keyakinan merupakan unsur sistem sosial yang dianggap sebagai pedoman dalam
melakukan penerimaan suatu pengetahuan dalam kehidupan kelompok sosial dalam
masyarakat. Keyakinan ini secara praktis biasanya digunakan dalam kelompok
masyarakat yang masih tergolong terbelakang segi pengetahuannya sehingga dalam
menilai suatu kebenaran dirumuskan melalui keyakinan bersama. Misalnya, dalam
menilai berbahaya atau tidak dalam menerima anggota baru pada sutau kelompok atau
organisasi sosial dinilai berdasarkan kekuatan keyakinan.
2.      Perasaaan (sentimen)
Perasaan menurut Alvin, menunjuk pada bagaimana perasaan pada anggota suatu sistem
sosial (anggota kelompok) tentang hal-hal, peristiwa-peristiwa serta tempat-tempat
tertentu. Jika di dalam suatu sistem terdapat banyak an-cita, tujuan atau sasaran di dalam
suatu sistem sosial merupakan pedoman bertindak agar program kerja yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama dapat tercapai secara efektif.
4.      Norma
Unsur norma merupakan komponen sistem sosial yang dianggap paling kritis untuk
memahami serta meramalkan aksi atau tindakan manusia. Apabila tingkah laku seseorang
dipandang wajardan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya maka
interaksi dalam kelompok tersebut akan berlangsung dengan wajar sesuai dengan
ketetapan-ketetapan bersama.

5.      Status dan peranan


Status merupakan serangkaian tanggung jawab, kewajiban serta hak-hak yang sudah
ditentukan dalam suatu masyarakat. Sedangkan, pola tingkah laku yang diharapkan dari
orang-orang pemangku status dinamakan peranan. Peranan-peranan sosial saling berpadu
sedemikian rupa sehingga saling tunjang-menunjang secara timbal balik di dalam hal
yang menyangkut tugas, hak, dan kewajiban. Oleh karena itu, suatu penampilan peranan
status adalah proses penunjukan atau penampilan dari statuss dan peranan sebagai unsur
struktural di dalam sistem sosial.
6.      Tingkatan atau pangkat (rank)
Tingkatan atau pangkat merupakan unsur sistem sosial yang berfungsi menilai perilaku-
perilaku anggota kelompok yang dimaksudkan untuk memberikan kepanngkatan atau
status tertentu sesuai dengan prestasi-prestasi yang telah dicapai. Orang yang dianggap
berhasil dalam melaksanakan tugasnya bisa dinaikkan status ke jenjang yang lebih tinggi.
Begitu seterusnya sehingga berbagai aktivitas nampak saling bergantungan sehingga
dengan demikian dapat dikategorikan sebagai sistem sosial.
7.      Kekuasaan atau pengaruh (power)
Dalam analisis sistem sosial, suatu kekuasaan merupakan patokan bagi para anggota
suatu kelompok atau organisasi dalam menerima berbagai perintah dan tugas.
8.      Sanksi
Sanksi merupakan ancaman hukum yang ditetapkan oleh masyarakat terhadap anggota-
anggotanya yang melanggar norma sosial kemasyarakatan. Penerapan sanksi ini
ditujukan agar pelanggarnya dapat emngubah perilakunya ke arah yang lebih baik sesuai
dengan norma sosial yang berlaku.
9.      Sarana atau fasilitas
Sarana merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dari sistem sosial. Yang
paling penting dari unsur sarana terletakdari kegunaannya bagi suatu sistem sosial. Dalam
analisis sistem sosial pada prinsipnya mengutamakan fungsi dari suatu sarana agar dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin meskipun sederhananya sarana tersebut.
10.  Tekanan ketegangan (Stress-strrain)
Di dalam sistem sosial senantiasa terjadi ketegangan karena dalam kehidupan masyarakat
tidak ada satu pun anggotanya yang mempunyai perasaan dan interpretasi sama terhadap
kegiatan dan masalah yang sedang dihadapi bersama. Ketegangan terjadi karena adanya
konflik peranan sebagai akibat dari proses sosial yang tidak merata.

Anda mungkin juga menyukai