Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PUSAT PERADABAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Pusat–Pusat Peradaban islam yang
berada di Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul, Delhi, Andalus serta Samarkand dan
Bukhara (Transoxania). dan untuk lebih detailnya tentang Pusat-pusat Peradaban Islam
ini akan diuraikan dalam Bab Pembahasan.Namun, dengan segala keterbatasan tim
penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci.

Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan
metode literatur kajian pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema
makalah yang kami buat dan berdasar pada diskusi yang kami lakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar belakang tersebut, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci
mengenai Pusat-pusat peradaban Islam yang ada di Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul,
Delhi, Andalus serta Samarkand dan Bukhara (Transoxania).

1.3 Tujuan
Pembahasan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pusat – pusat peradaban
Islam yang ada Baghdad, Cairo, Isfahan, Istanbul, Delhi, Andalus serta Samarkand dan
Bukhara (Transoxania).

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Baghdad (Irak)


Kota Baghdad didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, Al-manshur (754-755) pada
tahun 762 M. Setelah mencari-cari daerah yang strategis untuk ibu kotanya, pilihan
jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak dipinggir kota Tigris.
Almanshur sangan cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota.
Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari lokasi. Bahkan,
ada beberapa orang diantara mereka yang diperintahkan beberapa hari ditempat itu
disetiap musim yang berbeda, kemudian para ahli tersebut melapaorkan kepadanya
tentang keadaan udara, tanah dan lingkungan. Setelah penelitian saksama itulah
daerah ini ditetapkan sebagai ibu kota dan pembangunan pun dimulai. Menurut cerita
rakyat, dearah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyriwan, raja
Persia yang mashur, di musim panas. Baghdad berarti “taman keadilan”. Taman itu
lenyap bersama hancurnya kerajaan Persia. Akan tetapi nama itu tetap menjadi
kenangan rakyat. Dalam membangun kota ini, Khalifah mempekerjakan staf ahli
bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli
pahat, dan lain-lain. Mereka didatangkan dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang
berjumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar. Disekelilingnya dibangun
dinding tembok yang besar dan tinggi. Disebelah luar dinding tembok digali parit besar
yang berfungsi sebagai saluaran air dan sekaligus sebagai benteng. Ada empat buah
pintu gerbang diseputar kota ini, disediakan untuk setiap orang yang ingin memasuki
kota. Keempat pintu gerbang itu adalah baba al-Kufah terletak disebelah barat daya,
Bab al-syam dibarat laut, Bab al-Barshrah di tenggara, dan Bab al-Khurasan di timur
laut. Diantara masing-masing pintu gerbang ini, dibangun 28 menara sebagai tempat
pengawal Negara yang bertugas mengawasi keadaan diluar. Diatas setiap pintu
gerbang dibangun suatu tempat peristirahatan.

Sejak awal berdirinya, kota Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan
ilmu pengetahuan dalam Islam. diantara kota-kota dunia, Baghdad merupakan Profesor
masyarakat Islam. Al manshur memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dan
kesusastraan dari bahasa asing: India, Yunani lama, Bizantium, Persia dan Syria. Para
peminat ilmu dan kesusastraan segera berbondong-bondong dating ke kota itu. Setelah
masa Al manshur, kota Baghdad menjadi lebih mashyur lagi karena perannya sebagai
pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Masa keemasan kota
Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809) dan
anaknya Al-Ma’mun (813-833 M). dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan
peradaban islam keseluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktifitas
intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini. Baghdad pada saat itu menjadi pusat
peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra
berkembang sangat pesat. Banyak buku filsafat yang dipandang sudah “mati”
dihidupkan kembali dengan diterjemahkan kedalam bahasa Arab.

Disamping itu banyak berdiri akademi, sekolah tinggi dan sekolah biasa yang memenuhi
kota itu. Perguruan Nizhamiyyah, didirikan oleh Nizham Al-mulk, Perguruan
Mustanshiriyah, didirikan 2 abad kemudian oleh Khalifah Mustanshir Billah. Dalam
bodang sastra, kota Bghdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari
orang. Alf Lailah wa Lailah, atau kisah seribu satu malam. Dikota ini lahir pula
alKhawarizm (ahli astronomi dan matematika, penemu ilmu aljabar), al-Kindi (filosof
Arab pertama), al-Razi (Filosof, ahli Fisika dan kedokteran), al-Farabi (filosof terbesar
dan dijuluki dengan al-mu’allim al-Tsani, guru kedua setelah aristoteles), tiga pendiri
madzhab hokum Islam (Abu Hanifah, Syafi’I, dan Ahmad Ibn Hambal), Al-Ghazali
(Filosof, teolog, dan sufi besar dalam Islam yang dijuluki denagn Hujjah al-Islam), Abd
Al-Qadir Al-Jilani (pendiri tarekat qadiriyah), Ibn Muqaffa’ (sastraawn besar), dan
lainlain. Dalam bidang ekonomi, perkembangannya sejalan dengan perkembangan
polotiknya.

Pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun, perdagangan dan industri berkembang
pesat. Didukung oleh tiga buah pelabuhan yang ramai dikunjungi para khalifah dagang
internasional (Cina, India, Asia tengah, Syria, Persia, Mesir, dan negeri Afrika lainnya)
Baghdad mendapat julukan Benteng Kesucian. Disinilah istirahatnya Imam Musa
AlKazhim (imam ketujuh Syiah), Abu hanifah (pendiri mazhab Fiqh Hanafi), Syaikh
Junaid, Syibli, dan Abdul Kadir Jailani (pemimpin-pemimpin kaum Sufi). Kota ini juga
muncul sebagai kota terindah dan termegah didunia pada saat itu, sebelum
dihancurlkan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan tahun 1258 M.
mereka menghancurkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu. Pada tahun 1400
M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan tahun 1508 M oleh tentara
kerajaan safawi. Kota Baghdad sekarang tidak mencerminkan kemajuan Baghdad
lama.

2.2 Kairo (Mesir)


Kota kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang
dinasti fathimiah yang beraliran syiah, Jawhar Al-Siqili, atas perintah Khalifah
Fathimiah, Al-Mu’izz Lidinillah (953-975 M), sebagai kota kerajaan dinasti tersebut.
Wilayah kekuasaannya meliputi Afrika utara, Sucilia dan Syria. Berdirinya kota Kairo
sebagai ibu kota kerajaan membuat Baghdad mendapat saingan. Kemudian, Al-Siqili
mendirikan mesjid Al-azhar, 17 Ramadhan 359 H. Mesjid ini berkembang menjadi
sebuah Universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Kota ini
mengalami tiga masa kejayaan, yaitu pada masa dinasti Fathimiah, di masa Shalah
AlDin Al-Ayyubi dan dibawah Baybars dan Al-Nashir pada masa dinasti Mamalik.
Selama pemerintahan Muizz seni dan ilmu mengalami kemajuan besar. Al-Muizz
melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi,
pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama (juga aliran). Dalam bidang
administrasi, ia mengangkat wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas kenegaraan.
Dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan
pejabat pemerintahan lainnya.

Dalam bidang agama, diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazhab Syiah
dan dua untuk mazhab Sunni. Pada masa Al-Aziz Billah dan Hakim Biamirillah, terdapat
seorang mahaguru bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran eaktu
dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakim diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan
oleh Ibn Al-nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika.
Pada masa pemerintahan Al-Hakim (996-1021 M), didirikan bait al-Hikmah. Dilembaga
ini banyak buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi,
kedokteran dan ajaran-ajaran Islam terutama Syiah. Ketika jayanya, di Kairo terdapat
lebih kurang 20.000 toko milik khalifah, penuh dengan barang-barang dari dalam dan
luar negeri. Khafilah-khafialah, tempat-tempat pemandian, dan sarana umum lainnya
banyak didirikan penguasa. Istana khalifah dihuni oleh 30.000 orang, 12.000
diantaranya adalah pembantu, 1000 pengawal berkuda.

Dinasti Fathimiah ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalah AlDin,
seorang pahlawan Islam yang terkenal pada perang salib. Ia tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Fathimiah tetapi mengubah orientasi
keagamaannya dari Syiah kepada Sunni. Ia juga mndirikan lembaga-lembaga ilmiah
baru, terutama mesjid yang dilengkapi dengantempat belajar teologi dan hokum. Karya-
karya yang muncul pada saat itu dan sesudahnya adalah kamus biografi, compendium
sejarah, manual hukum dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan
dirumah-rumah sakit. Prestasi yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi
ornag yang cacat pikiran. Setelah itu kekuasaan diambil alih oleh dinasti Mamamik.
Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bengsa Mongol
dan mengalahkannya di Ayn Jalut dibawah pimpinan Baybars. Baybars dapat dikatakan
sebagai pendiri dinasti ini. Ia juga pahlawan Islam pada saat perang salib. Pada masa
itu, Kairo menjadi satu-satuya pusat peradaban Islam yang selamat dari serangan
Mongol. Oleh karenanya, Kairo menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam
terpenting. Pada tahun 1261 M mengundang keturunan Abbasiah untuk melanjutkan
Khalifahnya di Kairo. Kemudian banyak bangunan didirikan dengan arsitektur yang
indah. Namun pada tahun 1517 M, dinasti Mamalik dikalahkan oleh kerajaan Usmani
yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo hanya menjadi ibu kota provinsi dari kerajaan
Usmani tersebut.

2.3. Ishafan (Persia)


Isfahan ialah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan Safawi.Ardasir,
raja Persia pernah membangun irigasi untuk pengaturan air dari sungai Zandah,
bernama Zirrin Rod, berarti sungai emas. Hingga sekarang perekonomian negeri ini
sangat bergantung kepada pertanian kapas, candu, dan tembakau. Kota ini, sebelum
barada dibawah kerajaan Safawi, sudah beberapa kali mengalami pergantian
penguasa: Diansti Samani tahun 301 H, kemudian direbut oleh Mardawij tahun 316 H
dan memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad. Setelah itu jatuh ketangan penguasa
Bani Buwaih dan pada tahun 421 H direbut oleh Mahmud Al-Ghaznawi, penguasa
dinasti Ghaznawiah. Dari penguasa Ghaznawiah ini, Isfahan lepas ketangan penguasa
Saljuk dan dijadikan sebagai tempat tinggal sultan Maliksyah.

Pada tahun 625 H, terjadi pertempuran disini, ketika tentara-tentara Mongol menyerbu
negeri-negeri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari wilayah
kekuasaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negeri-negeri Islam, kota ini ikut
jatuh ketangannya tahun 790 H dan sekitar 7000 orang penduduknya terbunuh.

Setelah itu kota ini dikuasai oleh kerajaan Usmani tahun 955 H dan pada tahun 1134 H,
terjadi pertempuran antara Husein Syah, Raja Safawi dengan Mahmud Al-Afgani, yang
mengakhiri riwayat kerajaan Safawi sendiri. Pada tahun 1141 H, kota ini berada
dibawah kekuasaan Nadir Syah. Ketika raja Safawi , Abbas I menjadikan Isafan sebagai
ibu kota kerajaannya, kota ini menjadi kota luas dan ramai dengan penduduk. Masjid
Syah yang masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh Abbas I, merupakan salah
stu mesjid terindah di dunia. Pintunya dilapisi dengan perak. Di samping itu, ada
lapangan dan tanaman yang terawat baik dan menawan.
2.4 Istanbul (Turki)
Istanbul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani yang sebelumnya merupakan ibu kota
kerajaan Romawi Timur, yang bernama Konstantinopel. Jauh sebelum Turki Usmani
dibawah sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukan Konstantinopel, para
pemimpin Islam sejak zaman Al-Khalifah Al-Rasyidah, kemudian khalifah bani Umayah
dan Khalifah bani Abbas berusaha kearah itu. Namun, baru pada masa kerajaan Turki
Usmani usaha itu berhasil. Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istanbul sebagai
Ibu kota kerajaan Turki Usmani, ia melakukan penataan hal-ihwal orang Kristen Yunani
(Romawi). Dalam penataan tersebut ia tetap memberikan kebebasan tehadap pihak
gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai
dengan ajaran Islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Sultan memberi
kebebasan kepada penganut agama Kristen, misalnya untuk memilih dan menentukan
agamanya. Penduduk Istanbul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut
sensus tahun 1477 adalah sebagai berikut: Muslim 8951 rumah tangga (60%),
penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga (21,5%), Yahudi 1647 rumah
tangga (11%), dan lain-lain 1054 rumah tangga (7.5%).

Kehidupan keagamaan merupakan bagian terpenting dalam system sosial dan politik
Turki Usmani. Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat islam. Ulama mempunyai
kedudukan tinggi dalam kehidupan rnegara dan masyarakat usmani. Mufti sebagai
pejabat tinggi agama, berwenang menyampaikan fatea resmi mengenai problematika
keagamaan. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan tidak bisa berjalan. Ilmu
pengetahuan seperti fiqh, tafsir, kalam dan lain-lain, tidak mengalami perkembangan.
Kebanyakan penguasa usmani cenderung bersikap taqlid dan fanatic terhadap satu
madzhab dan menentang madzhab-madzhab lainnya.

Kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul itu menjadi sebuah Negara adi daya
pada masa jayanya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur,
Timur Tengah, dan Afrika Utara. Sebagai sebuah kerajaan Islam terbesar pada saat itu,
maka raja-rajanya juga memakai gelat khalifah. Istana khalifah terletak di kota ini.
Sebagai ibu kota, disinilah tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan
perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Mereka banyak mengambil ajaran etika
dan politik dari bangsa Persia. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan,
kebudayaan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan Turki Usmani ini. Kemudian
sejak mereka pertama kali masuk Islam, Arab sudah menjadi guru mereka dalam
bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan hokum. Huruf Arab dijadikan
huruf resmi kerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan sultan, tetapi roda
pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (perdana menteri) yang berkedudukan
di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru
diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara
formal masuk Islam. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana
membuktikan kemajuannya. Gereja Aya Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi
sebuah masjid agung yang terpenting di Istanbul. Masjid-masjid yang penting lainnya
adalah Masjid Agung Al-Muhhamadi, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari, Masjib Bayazid
dengan gaya Persia, dan masjid Sulaiman Al-Qanuni. Di samping masjid, para sultan
juga mendirikan istana-istana dan villa yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit,
panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat tarekat, dan sebagainya.

2.5 Delhi (India)


Delhi adalah ibu kota kerajaan-kerajaaan Islam di India sejak tahun 608 H sampai
kerajaan Mughal runtuh oleh Inggris tahun 1858. Delhi juga menjadi pusat kebudayaan
dan peradaban Islam di India. Sebelum Islam masuk, Delhi berada di bawah kekuasaan
keturunan Johan rajput. Tahun 589 H kota ini ditaklukkan oleh Qutb Al-Din Aybak dan
tahun 602 H ini dijadikan ibu kota kerajaan tersendiri olehnya. Dinasti Mamluk ini
berkuasa sampai tahun 689 H, kemudian diganti oleh dinasti Khalji (1296-1316 M),
setelah itu dinasti Tughlug (1320-1413 M). dengan Raja Babur sebagai raja Mughal
yang pertama, yang merebut Delhi dari tangan dinasti Lodi.

Seni Arsitektur merupakan bidang yang mencapai kemajuan terbesar kerajaan Mughal.
Sejumlah bangunan peninggalan Mughal yang sangat indah dan mengagumkan masih
dapat kita saksikan hingga sekarang. Misalnya, Istana Fatpur Sikri di Sikri, Vila dan
sejumlah masjid Indah yang dibangun, serta Taj Mahal di Agra yang dibangun Oleh
Syeh Jehan, serta masjid Agung dan istana di Lahore.
Sedangkan pada Dinasti Mamluk mendirikan sebuah menara setinggi 257 kaki (Qutb
Manar) dan sebuah Masjid bernama “Qutb Al-Islam. Mamluk juga memperluas tembok
kota Hindu (kil’a Ray Pithora). Dinasti Khalji memperluas benteng Lalkot yang lama
dengan maksud mempertahankan kota dari serangan bangsa Mongol. Dinasti ini juga
mendirikan sebuah istana megah tersendiri. Sementara itu, raja pertama dinasti
Thuglug mendirikan Tughlughabad, sekitar 8 km di sebelah timur Kil’a Ray Pithora,
yang kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan tahun 720 H. Muhammad ibn
Tughlug juga melaksanakan sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang
kemudian dikenal dengan kota Jahanpanah. Hal yang sama dilakukan Fairuz Tughlugh
dengan mendirikan kota Fairuzabad yang kemudian dikenal dengan Syahjahanabad.
Setelah Delhi Delhi dihancurkan oleh tentara timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang
berkedudukan di Delhi merosot tajam. Delhi baru menjadi ibu kota kerajaan Mughal
pada masa Humayun (1530-1556), seorang raja yang cinta ilmu. Dia wafat saat terjatuh
di tangga perpustakaannya di Panah. Raja Mughal lainnya, Syah Jehan (1628-1658M)
mendirikan kota Syahjahanabad. Delhi Islam yang dapat disaksikan sekarang adalah
Delhi yang hanya dibangun oleh kerajaan Mughal.

2.6 Andalus (Spanyol)


Di Spanyol anyak kota-kota Islam yang Mashyur dan menjadi pusat peradaban
Islam:Sevilla, Kordova, Granada, Murcia, dan Toledo. Yang terpenting diantaranya
adalah Kordova dan Granada.

2.7. Cordova
Sebelum Spanyol ditaklukan oleh tentara Islam tahun 711 M, Kordova adalah ibu kota
kerajaan Kristen Visigoth, sebelum dipindahkan ke Toledoi. Dibawah pemerintahan
Visigoth, Kordova yang sebelumnya makmur menjadi mundur. Kemakmurannya bangkit
kembali di masa kekuasaan Islam. Pada tahun 756 M, kota ini menjadi ibu kota dan
pusat pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, setelah Bani Umayyah di Damaskus
jatuh ke tangan Bani Abbas tahun 750 M. Penguasa Bani Umayyah pertama Spanyol
adalah Abn Al-Rahman Al-Dakhil. Kekuasaan bani Umayyah di Andalus ini berlangsung
dari tahun 756 M-1031 M.

Sebagai ibu kota pemerintahan, Kordova di masa Bani umayah mengalami


perkembangan pesat. Banyak bangunan baru yang didirikan, seperti istana dan
masjidmasjid.Kota ini juga diperluas, membangun sebuah jembatan berarsitektur islam
dalam gaya Romawi, dan lain-lain. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada
masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-nashir di pertengahan abad ke10 M.Pada masa
Islam, Kordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak,
sulamansulaman, dari sutera dan kulit. Pada tahun 1236 M, Kordova direbut oleh
tentara Kristen di bawah pimpinan Ferdinand III dari Castilla. Setelah itu, supremasi
Islam di Spanyol mulai mengalami kemunduran. Pada masa pemerintahan Bani
Ummayah di Spanyol, Kordova mnejadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri
Universitas Cordova, perpustakaan besar yang mempunyai koleksi kira-kira 400.000
judul buku. Hal tersebut tak terlepas dari Abd Al-rahman Al-Nashir dan anaknya Al-Al-
HAkam. Pada masanyalah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu
pengetahuan dan sastra di Spanyol Islam. Zaman emasnya kesusastraan dan Ilmu di
Spanyol terjadi ketika daerah ini dibawah pemerintahan Hakam Al-Mustansir Billah yang
meninggal tahun 976 M. Pada masa jayanya, di Kordova terdapat 491 masjid dan 900
pemandian umum. Karena air di Kota ini tak dapat diminum, penguasa Muslim
mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.

2.8. Granada
Kota ini berada dibawah kekuasaan Islam hamper bersamaan dengan kota-kota lain di
Spanyol yang ditaklukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Thariq Ibn
Ziyad dan Musa ibn Nushair tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di
Spanyol, kota ini disebut Andalusia Atas. Pada masa itu, Granada mengalami
perkembangan pesat.

Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka 60 tahun,
Granada diperintah oleh dinasti Zirids. Setelah itu, Granada jatuh kebawah
pemerintahan Al-Mubarithun, sebuah dinasti barbar di Afrika Utara pada tahun
1090111149 M.

Pada abad ke12, Granada menjadi Kota terbesar kelima di Spanyol. Sejak abad ke13,
Granada diperintah oleh dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa
itulah dibangun istana megah (Al-Hambra). Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek
Muslim pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1358 M. Istana ini
terletak di sebelah Timur Al-Kajaba, sebuah benteng tentara Islam. Granada terkenal
dengan tembok dan 20 menara mengitarinya. Pada masa pemerintahan Muhammad V
(1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam bidang arsitektur
maupun dalam bidang politik. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ke tangan penguasa
Kristen, raja Ferdinand dan Issabela. Selanjutnay, tahun 1610 M orang-orang Islam
diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.

2.9 Samarkand dan Bukhara (Transoxania)


Kota ini beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang
melawan Spitamenes. Tapi menurut bangsa Arab, Iskandarlah yang mendirikan kota
itu.Setelah tahun 323 M, kota ini menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat
di Bactria. Setelah itu, disana berdiri kerajaan Graeco-Bactrion (Bactria Yunani) pada
masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand
dengan Persia dan Cina terputus, meskipun dalam bidang budaya masih berlanjut.
Dilihat dari bangunan-bangunan kuno, pengaruh Persia sudah lama tertanam disana.
Pengaruh Cina juga besar. Sebelum Islam datang disana sudah terdapat tempat ibadah
agama Budha. Usaha-usaha Islam dalam ekspansi ke negeri ini selalu gagal, kecuali
setelah Qutaibah ibn Muslim ditunjuk sebagai gubernur Khurasan. Ketika itu Samrkand
diperintah oleh Tharkhun. Pada tahun 91 H ia mengadakan perjanjian damai dengan
Qutaibah dan berjanji untuk membayar Jizyah (pajak) kepada pemerintah Islam di
Damaskus, dibawah dinasti Bani umayyah. Namun penduduk negeri itu marah kepada
Tarkhun dan menurunkannya dari kekuasaannya. Posisinya diganti oleh Ikhsyiz Ghurik.
Qutaibah berjasil memaksa Ikhsyiz untuk menerima perjanjian itu pada tahun 93 H
setelah ia dan pasukannya mengepung kota dalam waktu yang cukup panjang. Sejak
itu, Samarkand dan Bukhara menjadi batu loncatan untuk melancarkan ekspansi lebih
luas di negeri Transoxiana.

Pada tahun 204 H, Al-Ma’mun , khalifah dari Bani Abbas di Baghdad menyerahkan
semua urusan pemerintahan negeri Transoxiana, khususnya Samarkand dan Bukhara
kepada keluarga Asad ibn Saman. Sejk itu, dua kota ini berada di bawah kekuasaan
dinasti Samaniah. Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan sejahtera. Ia
menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam. Penghasilan utama kota
Samarkand adalah kertas Samarkand yang terkenal. Sedangkan kota Bukhara terkenal
dengan perdagangan dan industri tenunnya. Di Samarkand terdapat makam terkenal,
yaitu makam Qasim ibn Abbas (pembawa agama Islam ke negeri ini pada masa
Khlaifah Usman bin Affan). Sedangkan di Bukhara terdapat makam Baha’ Al-Din
AlNaqsyabandi. Bukhara juga dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.
Setelah dinasti Samaniah runtuh, Samrkand dan Bukhara jatuh ke tangan dinasti Seljuk
Sanjar tahun 495 H. tapi pada tahun 536 H kota ini direbut oleh dinasti Khawarizmsyah.
Pada tahun 606 H, dua kota ini dikepung oleh Jengis Khan, yaitu pada tahun 616 H,
setahun kemudian, kota Samarkand, setelah sebagian penduduk dibunuh dan
bangunan dihancurkan, penduduk yang lain diperkenankan tinggal di sana di bawah
kekuasaan Mongol. Selama seratus lima puluh tahun berikutnya sejarah kota ini sangat
menyedihkan.

Kebangkitan kembali terjadi mulai tahun 771 H, pada masa pemerintahan Timur Lenk,
penguasa tertinggi di Transoxiana. Timur Lenk menjadikan Samarkand sebagai ibu kota
pemerintahannya. Kota ini diperindah oleh Ulugh Bek (857 H), cucu Timur Lenk,
dengan mendirikan sebuah istana yang sangat megah. Di pihak lain, Bukhara, secara
politik, menjadi sebuah kota yang tak berarti. Tahun 906 H, dua kota ini jatuh ke tangan
Syaibani, raja Uzbek. Setelah ia wafat, direbutoleh Babur, raja Mughal di India dan
daerah Transoxiana kembali dikuasai oleh orang-orang Uzbekistan. Pada tahun 1917
M, Uni Soviet berdiri dan Uzbekistan yang didalamnya terdapat Samarkand dan
Bukhara menjadi bagian dari Uni Soviet. Penduduknya kemudian menganut ideology
Komunis. Sejak tahun 1992 M, Uzbekistan menjadi Negara muslim merdeka, karena
Uni Soviet bubar dengan sendirinya.

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Mengetahui betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala
dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan
yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam.

Kemudian Kita juga dapat menyimak, bahwa puncak pencapaian penguasaan sains dan
teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya
sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global
yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Kita juga mendapatkan
gambaran dalam sejarah bahwa sosok para pemimpin terdahulu yang shaleh selain
sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama
yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya. Pada aspek ini
kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam
yaitu agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem
kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah. Oleh karena itu, umat Islam perlu
kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya
yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali
kejayaan Islam dan umatnya.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada Murodi,
H. 2010. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang:Karya Toha Putra
http://vilope.blogspot.com/2010/06/pusat-pusat-peradaban-islam.html Diakses pada tanggal 20
Oktober 2011 http://www.davishare.com/p/daftar-pustaka-yatim-badri.html

Anda mungkin juga menyukai