Anda di halaman 1dari 2

Baghdad tempo doeloe,munculnya peradaban emas islam

Saat ini,kita mungkin mendengar tempat ini sebagai pusat konflik di dekat sungai
Eufrat,padahal dulu tempat ini adalah pusat peradaban,Pada abad pertengahan,kota
Baghdad,Irak, adalah ibukota Khilafah Abbasiyyah,berdirinya kota ini dimulai dari saat
Khalifah Abbasiyyah,Al-Manshur,mencari tempat untuk ibukotanya,dimana kota Damaskus
Suriah adalah tempat yang berbahaya begitupula Bashrah dan Kufah juga memiliki
temperamen yang tidak stabil.
Akhirnya,al-Manshur memilih ibukotanya di Baghdad,enam hari perjalanan melalui sungai
dari Bashrah,dahulu ditempat ini,Raja Persia,Anu Syirwan beristirahat,pada 145 Hijriah,kota
Baghdad didirikan,dengan struktur yang sangat indah.
Seorang penyair bernama Anwari bahkan memuji kota ini:
selamat,selamatlah kota Baghdad,kota ilmu dan seni
Tiada kota lain yang menandinginya diseluruh dunia
Kota-kota satelitnya tak kurang indah dari tudung langit nan biru.
Dikota Baghdad ini banyak pula makam imam-imam besar dan para Syaikh
terkemuka,antara lain Imam Musa al-Kazhim,Abu Hanifah,Syaikh Junaid,Syaikh Abdul Kadir
Jailani,dan pemimpin pemimpin sufi lainnya.
Di masa Khilafah Abbasiyyah,gerakan keilmuan yang pesat tumbuh,al-Manshur
memerintahkan penerjemahan karya-karya terkenal didunia kedalam Bahasa Arab antara
lain Fabel-Fabel India,sebuah buku India tentang ilmu bintang yang disebut Sidhata,para
pengganti al-Manshur bukan hanya pelindung terhadap ilmuwan,tetapi juga pembina
dalam ilmu pengetahuan.
Kala itu orang-orang Sarasen(kaum muslimin) adalah bangsa terkaya dengan harta dari
Yunani dan kemampuannya yang elastis,India dan Tiongkok masih terlelap dalam
tidurnya,begitupula Yunani (Byzantium) sedang sekarat,kekaisaran Persia yang agung telah
runtuh.
Kala itu,kaum muslimin menjadi gudang ilmu pengetahuan,para ilmuwan mempelajari
Filsafat secara berdampingan dengan Al-Quran.
Bisa dibayangkan betapa modernnya kaum muslimin kala itu,dimana bangsa Eropa masih
terbelakang dan dalam zaman kegelapan.
Kairo di Mesir tak mau kalah dengan saudaranya,saat diperintah Khilafah Fathimiyyah
dibawah al-Muizz li dinillah1,seni dan ilmu mengalami kemajuan di Mesir,berdiri lembaga
pengetahuan Darul Hikmat.

1
Khilafah Fathimiyyah sering dijelek-jelekkan dalam Refrensi-Refrensi hanya karena mereka menganut
Madzhab Syiah yang berbeda dengan muslim kebanyakan,parahnya,penulisan sejarah di refrensi-refrensi
seringkali mendiskreditkan peran Khilafah Fathimiyyah dalam ilmu pengetahuan,kita boleh berbeda
Madzhab,tapi kita harus menghargai peran yang dilakukan orang yang tidak sepaham dengan kita,bahkan bila
itu orang Kaf**,apalagi hanya berbeda Madzhab.
Raja-Raja dinasti Idris di Maroko berlomba-lomba membina seni dan sastra,para Khalifah
terus melindungi ilmu dan kesusastraan,di Kairo ada Ibnu al-Nabdi yang meneruskan
penemuan Ibnu Yunus tentang pendulum dan ukuran waktu,Hasan bin Haitham
menemukan refraksi Atmosfer,terdapat pula Umar Khayyam dan Abdur Rahman al-Hazini
yang memperbarui kalender.
Pada masa Dinasti Saljuk dari Turki yang berhasil menundukkan Khilafah Abbasiyyah,para
penguasa Saljuk seperti Thugril,Alp Arslan,dan Malik Syah dan Sanjar adalah orang orang
yang bersemangat memajukan ilmu pengetahuan.
Sayangnya,kemajuan ini akhirnya runtuh akibat serangan dari tentara perang salib dan
bangsa Mongol,tentara salib membakar perpustakaan Tripoli dan membakar pusat-pusat
budaya dan seni kaum muslimin.
Sementara itu bangsa Mongolia melakukan pembantaian dengan gerombolan gerombolan
perusaknya,mereka melakukan sejumlah pembantaian acak yang menghabisi kehidupan
intelektual di Asia barat untuk sementara.
Meski demikian,ketika bangsa Mongol memeluk islam,mereka menjadi pelindung-pelindung
ilmu pengetahuan,diantara penguasa Mongol yang melindungi ilmu pengetahuan ialah
Khuda Bandah alias Ujlaitu,dibawah perlindungan penguasa Mongol yang telah memeluk
islam,kota-kota besar seperti Bukhara dan Samarkand kembali mendapatkan kemajuan.
Sumber:Api Islam,Syed Amer Ali
Penulis:Restu Dimas Prasetya
Instagram:@kashvaa

Anda mungkin juga menyukai