Anda di halaman 1dari 3

Tan Malaka:bapak bangsa yang dilupakan (Episode 1)

Bicara soal perjuangan bangsa,nama pahlawan asal Sumatra barat ini selalu dilupakan
dan disebut-sebut sebagai seorang Komunis sadis yang tanpa ampun mendalangi
revolusi yang menyebabkan Raja-Raja Islam Sumatra terkikis habis.

Apa benar kawan?untuk mengetahui akar permasalahannya,mari kita bahas satu


persatu,pembahasan tentang Revolusi Sumatra akan kita bahas dalam serial
selanjutnya,setelah kita menuntaskan serial ini.

Menurut sejarawan Harry Poeze,Tan Malaka adalah seorang revolusioner republik


indonesia yang hidup antara tahun 1897-1949.

Sebelum kita membahas riwayat hidup revolusioner bangsa ini,ada baiknya kita
mengetahui bahwa moyang beliau juga bernama Datuk Tan Malaka,sang moyang
bersama kemenakan-kemenakannya,pada awal abad ke-19,keluar ke suatu wilayah di
Sumatra barat untuk menetap dan mendirikan sebuah desa.

Sang revolusioner memiliki nama kecil Ibrahim,di daerah (Sumatra barat) itu,biasanya
seorang anak ketika lahir diberi nama dengan nama islam dan kelak ketika besar
mendapat gelar adatnya.

Orangtua Tan Malaka sendiri adalah seorang penganut islam yang beriman,Ibrahim
belajar di sekolah kelas dua Suliki,ia murid yang cerdas,akan tetapi dikenal sedikit nakal.

Ketika masih kecil,kawan-kawan nya menantangnya berenang melintasi sungai


Omblin,tapi,ia masih kecil,terlalu lemah untuk melintasi sungai tersebut,akhirnya ia
pingsan dan diselamatkan kawan-kawannya,ia siuman saat dipukul ibunya dengan sapu
lidi,sang ayah menghukumnya dengan memasukkan alat yang digigit kuda ke mulutnya
dan menyuruhnya berdiri di pinggir jalan agar malu.
Akhirnya,guru kepala menghukumnya dengan memutar pusarnya,hukuman terberat
saat itu,Ibrahim kecil tidak kapok berbuat nakal,ia terlibat dalam perkelahian antara lain
perkelahian di sungai dan perkelahian antar kampong dengan senjata batu.

Antara 1903 hingga 1908,Ibrahim belajar di sekolah kelas dua,guru-gurunya


mengusulkan ia bersekolah disebuah sekolah milik Belanda bernama Sekolah guru atau
bahasa belandanya Kweekschool.

Pada 1908,banyak terjadi ledakan-ledakan di wilayah sekitar tempat tinggal


Ibrahim,pemberontakan-pemberontakan lokal terhadap pemerintah Belanda memakan
banyak korban.

Sekolah guru adalah sebuah kursus untuk guru-guru sekolah rakyat pada masa
itu,kursus itu berlangsung enam tahun lamanya.

Di sekolah,Ibrahim adalah seorang pemuda yang tertib,hormat,dan ramah,sehingga


membuat senang orang-orang yang mengenalnya,Ibrahim terlibat dalam kegiatan bola
dan music yang begitu disukainya.

Pada 1912,Ibrahim dipanggil pulang ke Pandam Gadang,untuk memperoleh gelarnya


Datuk Tan Malaka,yang mana keluarganya hendak menikahkan Ibrahim,akan tetapi
Ibrahim tidak menerima pernikahan ini,karena sudah memiliki calon istri yaitu
Syarifah,meski ia tidak berhasil menikahinya.

Tan Malaka lalu menyelesaikan ujian terakhirnya setahun kemudian dan mengikuti
pelajaran praktek,yaitu melatih para murid untuk berbaris,Ibrahim akhirnya berangkat
ke Belanda,mengikuti guru asal Belandanya,Horensma,bersama beberapa puluh
Mahasiswa Indonesia.

Pada 1914,Ibrahim diterima disekolah guru Harleem,pada masa belajarnya dinegeri


kincir angin itu,ia belajar berbicara dengan bahasa Belanda,Tan Malaka membuat kaget
guru-gurnya karena penguasaannya yang begitu baik atas Ilmu pasti.

Sayangnya,Tan Malaka akhirnya menderita radang paru yang membuatnya tidak bisa
bermain bola dan berenang,olahraga yang paling disenanginya.
Hobi Ibrahim berganti,kini ia gemar mencari dan membaca buku-buku sejarah,ia
membeli buku-buku tentang perang kemerdekaan Amerika dan 12 jilid buku tentang
Revolusi Prancis,darisitulah Ibrahim mendapat semangat REVOLUSI yang akan
mengawali perjuangan panjangnya.

Bersambung.

Sumber:Harry Poeze,Tan Malaka,pergulatan menuju republic.

Anda mungkin juga menyukai