PRAKATA
SI ITAM YANG
GEMAR BACA
Yamin menderita di masa kecilnya. Gemar membaca
membuatnya menguasai bahasa Melayu.
MUHAMMAD
YAMIN
Taufik Abdullah,
sejarawan
Meskipun Yamin sedikit terlambat menyelesaikan
pendidikan dasarnya, Restu Gunawan dalam bukunya,
Muhammad Yamin dan Cita-cita Persatuan, memperkirakan
justru Yamin memiliki keuntungan karena menjadi lebih mampu
berbahasa Melayu sekaligus Belanda. Ini berbeda dengan sekolah
HIS di tanah Jawa yang menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa pengantar, sementara bahasa Melayu hanya diletakkan
sebagai mata pelajaran ekstra sekali seminggu dengan tambahan
uang pembayaran sebesar setalen.
***
JALAN PANJANG
MENUJU MEESTER
Berpindah-pindah sekolah karena cepat bosan. Akhirnya memilih
kuliah di Sekolah Tinggi Hukum karena gandrung pelajaran filsafat.
Rechts
Hogeschool
Batavia.
NAKHODA TERAKHIR
JONG SUMATRANEN
Mengikuti jejak saudara-saudara tirinya, dia aktif di organisasi
pemuda asal Sumatra. Ikut mendirikan perkumpulan Indonesia Muda.
Jong
Sumatranen
Bond.
Ketika Lustrum I Jong Sumatranen Bond digelar di Jakarta
pada 1923, Yamin mulai menggelorakan semangat
keindonesiaan. Dalam pidatonya yang berjudul "De maleische
taal in het verleden, heden en toekomst" ("Bahasa Melayu di
Masa Lampau, Sekarang, dan Masa Datang"), ia mengemukakan
idenya mengenai penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa
kebangsaan Indonesia—meskipun pidatonya sendiri masih
dibawakan dalam bahasa Belanda.
NAKHODA TERAKHIR
JONG SUMATRANEN
Mengikuti jejak saudara-saudara tirinya, dia aktif di organisasi
pemuda asal Sumatra. Ikut mendirikan perkumpulan Indonesia Muda.
RENDANG DALAM
BAHASA PERSATUAN
SEPENGGAL SUMPAH
DARI RUMAH KOS
Pidato-pidato Muhammad Yamin menjadi pegangan pemuda pada
akhir 1920-an. Semua dokumen Kongres Pemuda Il disita Belanda
dan tak diketahui keberadaannya.
Muhammad
Yamin (ketiga
dari kiri, berdiri)
pada Kongres
Pemuda II di
Kramat 106,
Batavia, 28
Oktober 1928.
MUHAMMAD
YAMIN
PESELANCAR POLITIK
YANG PIAWAI
Kecewa terhadap partai politik. Garis perjungannya berubah-ubah.
Ketika itu, para aktivis PNI tak kuat lagi menghadapi teror
pemerintah Hindia Belanda. Sejak akhir 1929, Belanda
menangkapi para pemimpin PNI karena dianggap menyebarkan
ajaran pergerakan kemerdekaan. Beberapa tokoh yang ditangkap
di antaranya Sukarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata, dan
Maskun Sumadiredja.
SANG PEMECAH
BELAH ABADI
Kenyang sebagai politikus "jalanan”, Muhammad Yamin akhirnya
memilih taktik politik kooperatif. Di Volksraad, dia kerap berbenturan
dengan kawan seperjuangan.
Volksraad,
1936.
MONDAR-MANDIR
DI DEBAT DASAR
NEGARA
Peran Muhammad Yamin ketika menyusun dasar negara menuai
kontroversi. Acap dibela Sukarno.
Rapat PPKI
Agustus 1945
KISAH YAYAH
DAN RAINAH
Yamin sempat dianggap tak pantas buat Sundari, yang ningrat
dan pintar. Sebab, dia masih duduk di sekolah menengah.
Resepsi
Pernikahan
Muhammad
Yamin dan Siti
Sundari di
Kramat Betawi,
14 Juli 1934.
Setamat AMS, Yarnin hijrah ke Jakarta dan melanjutkan
pendidikan di Rechts Hogeschool (Sekolah Tinggi Hukum).
Sundari memilih bermukim di Bandung, mengajar di sekolah
Ardjuna, dan memberikan pelajaran mengetik di Lembang. Di
sela kegiatannya itu, dia aktif di organisasi bernama Istri
Pendidik, juga di Jong Java. Sedangkan Yamin aktif di Jong
Sumatranen Bond. Setelah Sumpah Pemuda, organisasiorganisasi
pemuda sektoral melebur jadi Indonesia Muda. Sundari dan
Yamin pun bergabung. Sundari menjadi anggota Keputrian
Indonesia Muda.
KEMBALI KE HARIBAAN
TANAH TALAWI
Berpuluh tahun berada di tanah Jawa, Yamin berwasiat minta
dimakamkan di samping kuburan bapaknya. Sebelum
meninggalj minta dipertemukan dengan Hamka.
ARSIP
Bentuk puisi baru yang disuguhkan Mr. Yamin dikenal dengan soneta.
Ini merupakan sajak yang lahir di Italia pada sekitar abad ke-12 dan
berkembang di Eropa hingga sekarang. Yamin adalah pelopor yang
mengimpor soneta dan kemudian mempopulerkanya di jagad sastra
Indonesia. Saat itu para penyair di Tanah Air baik penyair Melayu
ataupun Melayu Tionghoa belum ada secara serius memilih bentuk
soneta dalam sajak-sajaknya. Yamin-lah orang pertama yang paling
setia dengan bentuk soneta dalam karya-karya puisinya. Pilihan Mr.
Yamin pada bentuk soneta juga cukup nyeleneh. Pada saat itu, banyak
penyair di Tanah Air yang terpukau oleh gaya puisi prosa Rabindranath
Tagore, sastrawan asal india. Tapi Mr. Yamin tetap memilih bentuk
soneta asal Italia dan ia berhasil dengan pilihan tersebut. Soneta
memaksa penulisnya bisa mengendalikan perasaan. Sebab penulis harus
mengikuti aturan ketat dan bentuk yang rumit dari soneta. Misalnya
aturan rima dan jumlah baris dalam setiap baitnya. Mr. Yamin sangat
rapih dalam menulis puisi, dan jelas itu tidak mudah tetapi yamin tetap
memilih bentuk tersebut. Karena itu, sumbangan Mr. Yamin yang
sangat penting dalam dunia sastra Indonesia adalah bentuk soneta yang
digunakan dalam sajak-sajaknya. Soneta-soneta Mr. Yamin dimuat di
Jong Sumatera pada tahun 1920-an. Selain membuat puisi “Tanah Air”,
Mr. Yamin menulis soneta seperti puisi “Permintaan”, “Cita-cita” dan “
Niat”. “Tanah Air” sendiri kemudian diterbitkan dalam buku puisi yang
berjudul Tanah Air pada 9 Desember 1922. Buku ini terdiri atas 30 bait
dan tiap bait terdiri atas 9 baris. Penerbitan buku ini dipersembahkan
Yamin untuk menyambut peringatan lima tahun berdirinya Jong
Sumateranen Bond (Damono dalam Majalah Tempo Edisi Mr.
Muhammad Yamin yang dirilis 18 Agustus 2014, hal. 98).
Kecintaan Mr. Yamin pada dunia sastra bertunas saat dia masih sejak
belia. Lingkungan Nagari Talawi, Sawahlunto Minangkabau, tempat
kelahiran Mr. Yamin, ikut berpengaruh. Mr. Yamin kecil tumbuh dalam
lingkungan tradisi yang telah mengakar, Mr. Yamin juga tumbuh dalam
tradisi bercerita tambo atau hikayat (Abdullah dalam Majalah Tempo
Edisi Mr. Muhammad Yamin yang dirilis 18 Agustus 2014).
Sejak kecil Mr. Yamin memang gemar sekali membaca. Terlebih buku
yang ditulis menggunakan gaya bahasa nan indah. Dia tidak mau
melepaskan buku itu sebelum selesai dibaca. Saat malam hari ia kerap
membaca buku di bawah lampu penerangan di pinggir jalan. Dan
kecintaan Mr. Yamin terhadap sastra kian menemukan jalannya ketika
ia memasuki AMS di Surakarta pada tahun 1929. Mr. Yamin sangat
tertarik pada mata pelajaran sastra romantik yang telah berkembang di
Eropa. Mr. Yamin juga aktif menerjemahkan karya penulis asing salah
satunya karya klasik William Shakespeare dan menerjemahkan karya-
karya barat lainya. Sayangnya, periode Mr. Yamin dalam dunia sastra
relative singkat, sejak masuk dalam anggota Volksraad (Dewan
Perwakilan Rakyat Hindia Belanda) pada tahun 1939, ia tidak lagi
banyak menulis karya sastra, terutama puisi. Karena waktunya
kemudian lebih banyak dicurahkan di dunia politik.
3. Mr. Muhammad Yamin, Bahasa dan Bangsa Salah satu bait sajak Mr.
Muhammad Yamin yang ditulis ketika usianya masih belasan tahun di
majalah Jong Sumatera berbunyi: Sampai mati berkalang tanah Lupa ke
bahasa tiadakan pernah Ingat pemuda, Sumatera malang Tiada bahasa,
bangsa pun hilang Ada tiga kata kunci dalam kutipan itu: “bahasa”,
“Sumatera”, dan “Bangsa”. Majalah yang memuat sajak Mr. Yamin itu
adalah media dari sebuah organisasi pemuda asal Sumatera, yang pada
awalnya memang mendasarkan pandanganya pada prinsip teritorialisme
dan bukan primodialisme. Sumatera adalah sebuah teritori yang
mencangkup sejumlah suku bangsa yang masing-masing memiliki adat,
bahasa dan teritori. Masalah dasar yang boleh diperkarakan berkenaan
dengan organisasi itu adalah justru aspek bahasa. Jong Sumateranen
Bond itu merupakan bahasa Belanda, bahasa yang disuratkan dalam
sajak Yamin tentulah bahasa melayu. Sajak itu mengajak pemuda
Sumatera menggunakan bahasa Melayu dalam komunikasi, bukan
bahasa Belanda yang mereka pelajari di sekolah, meski tetap digunakan
sebagai nama organisasi. Bangsa yang dikaitkan dengan bahasa dalam
sajak itu adalah Melayu. Bahasa itu dianggap berlaku untuk semua suku
bangsa karena dalam kenyataanya suku-suku bangsa yang memiliki
bahasa berlainan harus sepakat menggunakan sebuah bahasa sebagai
sarana komunikasi. Dalam sajak yang sama Mr. Yamin menulis: Dalam
bahasa sambungan jiwa Di mana Sumatera, di situ bangsa Di mana
perca, di situ bahasa Mula-mula memang demikian adanya bahasa yang
diperjuangkan agar menjadi pilihan pemuda dalam organisasinya hanya
dikaitkan dengan Sumatera dan Perca. Namun, pikiran yang masing
kosong diisinya dengan pengetahuan, pengalaman, dan penghayatan
baru yang pada akhirnya mengubah pikiranya hingga ketahap yang
paling mendasar. Bahasa adalah komunikasi, kebudayaan adalah
komunikasi, jadi bahasa adalah kebudayaan. Itulah sebenarnya masalah
kita saat ini, yang dicoba diselesaikan dalam kongres pemuda pada
tahun 1928 dengan menyatakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan itu sebabnya harus dijunjung tinggi. Butir ketiga keputusan
kongres itu adalah “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
Kongres tidak pernah mengatakan bahasa Indonesia sebagai satu-
satunya bahasa. Mr. Yamin sangat berperan dalam memecahkan
masalah gawat tersebut, ketika itu ia merupakan sekertaris kongres
pemuda dengan ketua Djojopoespito. Dalam proses semacam itu, yamin
bisa dijadikan contoh mewakili anak muda cerdas yang datang dari
berbagai daerah ke Jawa untuk belajar. Ia belajar segala jenis ilmu yang
disediakan pemerintah. Masa lampau memang berlangsung di mana-
mana tapi di Jawa para pujangga sejak mengenal aksara telah
merekamnya lebih dari yang terjadi di daerah lain. Itu tentu tak lain
argumentasi yang bisa diberikan mengapa Mr. Yamin menulis buku
seperti: Gadjah Mada, Pangeran Di Ponegoro, Ken Arok dan Ken Dedes
dan Kalau Dewi Tara Sudah Berkata.Namun, sumbangan ia yang sangat
penting bagi perkembangan sastra Indonesia adalah bentuk soneta yang
digunakannya dalam sebagian besar sajaknya. Sejak Mr. Yamin
menyiarkan sajak sonata-sonetanya dalam majalah Jong Sumatera pada
1920-an, hampir tidak ada penyair di majalah Pujangga Baru yang luput
dari ciptanya. Karya-karya dan kiprah Mr. Muhammad Yamin yang
sangat luar biasa itu membuat penulis dan semua rakyat Indonesia
bangga akan semua jasa-jasa beliau. Dalam perkembangan sastra
Indonesia, beliau adalah sosok yang pertama kali mempopulerkan
bentuk soneta dalam sajak-sajaknya.Sebagai sejarawan dan penyair,
beliau dapat dibilang sangat produktif