Anda di halaman 1dari 13

Emmy Saelan Martir Perempuan dari Timur :

Dari Perawat jadi Laskar


Diajukan untuk Lomba Menulis Kempemudaan dan Sejarah Usia Muda Pahlawan Indonesia

Disusun oleh

Muh. Fiqri Abdi Rabbi

1901077

Program Studi Sains Informasi Geografi

Departemen Pendidikan Geografi

Fakultas Pendidikan Ilmu Pegetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

2019
Emmy Saelan Martir Perempuan dari Timur :

Dari Perawat jadi Laskar

Pada Januari 1947, kuburan seadanya itu digali kembali. Keluarganya masih bisa
mengenali jenazah gadis yang terkubur itu dari konde dan giginya yang cacat. Kemeja dan
celana panjangnya yang lusuh tercabik masih bisa dikenali. Gadis itu memang dikenal suka
berpakaian seperti laki-laki ketika bergerilya. Kepergian gadis itu sungguh memukul penghuni
rumah di jalan Ali Malaka 20 (dulu bernama Tweede Zeestraat) Makassar.

Pemilik rumah itu, Amin Saelan seorang tokoh pejuang dan tokoh Taman Siswa
Makassar, harus menerima kenyataan pahit. Putrinya yang manis dan berkulit putih, Emmy
Saelan telah gugur dalam pertempuran di hutan di luar kota Makassar. Sebagai catatan, Amin
Saelan, ayah Emmy di jaman revolusi adalah juga penasehat organisasi Pemuda Nasional
Indonesia di Makassar yang diketuai oleh Manai Sophiaan (ayah aktor Sophan Sophiaan).
Dengan dikelilingi oleh atmosfir para pejuang di sekitarnya, sedikit banyak turut memotivasi
kepahlawanan Emmy.

Dalam sejarah pergerakan, namanya tak terlalu banyak dibicarakan. Salmah Soehartini
Saelan alias Emmy Saelan gugur pada usia belia: 22 tahun. Ia meledakkan diri karena menolak
menyerah kepada pasukan Belanda pada 21 Januari 1947. Karena itu, di Sulawesi, namanya
harum sebagai pejuang yang berani. Emmy Saelan merupakan dara muda yang
bersemangatdan dianggap berbahaya oleh Belanda. Emmy Saelan senidri adalah organisatoris,
ahli strategi, perawat, dan Berpendidikan di usianya yang masih muda.

Emmy juga telah mencatatkan namanya dalam lembaran sejarah Indonesia sebagai
perempuan martir pertama yang tewas dengan cara meledakkan diri karena menolak ditangkap
tentara Belanda. Emmy gugur ketika Sulawesi Selatan diokupasi tentara di bawah komandan
Pierre Westerling. Belanda sendiri telah mengabulkan gugatan dan menerima fakta bahwa
terjadi pembantaian yang dilakukan anak buah Westerling pada 1946-1949. Penelitian dan
upaya ganti rugi masih diupayakan hingga hari ini. Pengungkapan sejarah Westerling juga bisa
mengubah sejarah Indonesia sebelum 1949 yang diakui pemerintah Belanda.

Salah satunya melalui kiprah Emmy Saelan. Meski ia perawat di Rumah Sakit Stella
Maris dan Palang Merah Indonesia, Emmy menginspirasi karena terlibat langsung dalam
rencana-rencana penyerbuan terhadap tangsi-tangsi Belanda. Ia membangkitkan semangat
perlawanan pemuda Sulawesi hingga memaksa Belanda setuju membicarakan perang itu dalam
Konferensi Meja Bundar pada 1949.

Lembaran Awal Kehidupan Srikandi Tanah Daeng

Emmy Saelan berasal dari keluarga pendidik dan pejuang di Makassar. Lahir 15
Oktober 1924, ia diberi nama Salmah Soehartini Saelan oleh ayahnya Amin Saelan. Amin
adalah tokoh Perguruan Taman Siswa di Makassar. Dari pasangan Amin-Sukamtin, Emmy
merupakan anak tertua dari delapan bersaudara. Mereka berturut-turut adalah Maulwi, Saeni,
Elly, Evi, Rahayu, Saidah, dan Sabina. Maulwi adalah satu-satunya anak laki-laki dalam
keluarga itu, yang juga adalah mantan ajudan Sukarno yang menjabat Wakil Komandan
Cakrabirawa, pasukan pengawal presiden. Maulwi juga tokoh sepak bola. Ia pernah memimpin
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (1964-1967). Ia meninggal pada 10 Oktober 2016.

Emmy lahir dan tumbuh dalam keluarga yang sehari-harinya berkomunikasi


menggunakan bahasa Belanda. Tak seperti kebanyakan anak pribumi lainnya, Emmy sempat
mengenyam pendidikan formal. Meskipun sempat ditolak oleh Hollandsch-Inlandsche School
(HIS) karena ayahnya bukan pejabat tinggi, ia akhirnya diterima di Europeesche Lagere
School, sekolah dasar untuk anak-anak Eropa, Timur Asing, dan pribumi.

Emmy lalu melanjutkan studinya di Zusterschool Arendsburg dan lulus pada 1937.
Kemudian, ia masuk Hogere Burgerschool (HBS)—setara dengan sekolah menengah atas—di
Makassar. Sebelum tamat HBS, seperti disebutkan diatas, Emmy sudah mendapat izin
berpraktik sebagai paramedis di Rumah Sakit Stella Maris, yang terletak di Jalan Somba Opu,
Losari, Makassar. Selepas dari HBS pada 1945, Emmy bekerja di Rumah Sakit Stella Maris
sebagai perawat.

Pekerjaannya sebagai perawat membuat Emmy sering terlibat dalam pengiriman


obat-obatan untuk pejuang. Ia kemudian memupus mimpinya menjadi perawat karena
terpanggil angkat senjata mengusir Belanda yang datang kembali setelah kemerdekaan. Di
HBS, Emmy aktif di Palang Merah Indonesia bersama dua perempuan lain, Sri Mulyati dan
Syarifah (yang acap dipanggil Zus Ipa). Tiga sahabat itu sering maju ke medan tempur untuk
menyelamatkan dan mengobati anggota laskar yang terluka.

Dalam berbusana sendiri, Emmy kerap mengenakan setelan dress di rumah, tetapi
akan berganti dengan pakaian bergaya laki-laki, kemeja dan celana panjang, saat beraktivitas
di luar rumah. Tidak seperti perempuan Makassar kebanyakan yang memakai rok, Emmy
berpenampilan layaknya anggota laskar laki-laki.

Saat Sukamtin mengajari anak-anak perempuannya menjahit, Emmy jarang terlihat di


rumah, ia justru aktif bertempur di garis depan melawan Belanda. Awalnya terlihat aneh
perempuan terlibat rapat dengan para pemuda di Makassar pada awal tahun kemerdekaan,
tetapi orang-orang mafhum karena Emmy seorang pejuang.

Jalan Juang Daeng Kebo

Kemudian pada Oktober 1945 terjadi serangan dari Belanda sebagai upaya untuk
menguasai kembali Indonesia. Setelah insiden penembakan itu, Makassar terus bergejolak.
Emmy bersama adik-adik perempuannya bergabung dalam tim Palang Merah. Mereka berada
di medan perang ketika laskar pejuang di Makassar menyerang Hotel Empress, yang waktu itu
menjadi markas perwira Belanda.

Di kota kelahirannya itu, Emmy juga ikut memberikan andil mendirikan Perguruan
Nasional. Pejabat gubernur kala itu, Sam Ratulangi, menjadi sponsornya. Halimah Daeng
Sikati, teman sepermainan Elly Saelan, adik ketiga Emmy, mengatakan bahwa ia ingat ada 30-
40 siswa saat sekolah itu berdiri. Pengajarnya adalah para pejuang.

Pada 19 Agustus 1945 berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai juga di telinga
rakyat di Sulawesi. Lalu, pada Pemerintah pusat telah menunjuk Dr. Sam Ratulangi sebagai
gubernur provinsi Sulawesi. Akan tetapi, meski sudah ditunjuk oleh pemerintah pusat,
Gubernur Ratulangi belum juga membentuk pemerintahannya secara resmi di Sulawesi. Ia
malah ditangkap oleh Belanda pada bulan April 1946.

Tetapi sikap rakyat Sulawesi sudah jelas: mendukung Republik Indonesia. Pada bulan
September 1945, Sekutu sudah mendarat di Makassar. Secara formal, mereka bertugas
mengontrol keamanan dan melucuti tentara Jepang. Akan tetapi, kenyataan memperlihatkan
bahwa mereka bekerja untuk mengalihkan kekuasaan dari tangan Jepang ke Belanda.

Rakyat Sulawesi tidak suka dengan hal ini. Kemudian pada 28 oktober 1945, hanya beberapa
saat setelah sekutu mendarat di Makassar, pasukan NICA telah menangkap pemimpin pemuda,
Manai Sophiaan. Ia lalu dibawa ke markas NICA di Empress Hotel. Besoknya, 29 Oktober
1945, para pelajar Makassar menyerbut hotel itu dan mengibarkan bendera merah-putih di
sana. Kakak-beradik, Emmy dan Maulwi, adalah penggerak utama para pelajar yang menyerbu
kantor NICA itu.

Pada bulan Juli 1946, 19 organisasi pemuda se Sulawesi Selatan telah berkumpul di
Polombankeng, sebuah daerah di Takalar, Sulawesi Selatan. Emmy Saelan dan adiknya,
Maulwi Saelan, turut dalam pertemuan itu. Hadir pula pelajar-pelajar SMP nasional seperti
Wolter Monginsidi, Lambert Supit, Abdullah, Sirajuddin, dan lain-lain. Ia menjadi sosok
perempuan tunggal di Gunung Ranaya. Ia menjadi satusatunya perempuan yang datang dalam
upacara pendirian Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris).

Setelah pembentukan organisasi itu, ia bertugas di bagian palang merah. Emmy Saelan
menyusul laskar laki-laki ke hutan Polongbangkeng. Bersama Abdullah, Emmy baru sampai
di Gunung Ranaya pada tengah malam, saat siding sedang berlangsung.

Sebagai satu-satunya perempuan, Emmy diminta berbicara. Dengan agak malu-malu,


Emmy hanya berbicara singkat. Setelah mengatakan “Merdeka!”, Emmy menunduk sejenak,
menatap tanah. Sesaat kemudian, dia mengangkat mukanya dan menantangkan matanya ke
depan, “Saya datang ke sini untuk menyerahkan tenagaku bagi Tanah Air.”

Lalu, seiring dengan semakin banyaknya senjata hasil rampasan, para pelajar SMP
nasional lalu membentuk organisasi gerilya bernama ‘Harimau Indonesia’. Emmy Saelan
ditunjuk sebagai pimpinan laskar wanita dalam organisasi ini dan sekaligus memimpin Palang
Merah.

Semasa berjuang bersama Harimau Indonesia, Emmy menggunakan nama samaran


Daeng Kebo. Organisasi Harimau Indonesia ini adalah semacam organisasi gerilya. Hampir
setiap hari mereka menyergap patroli pasukan Belanda.

Kisah Cinta Dua Martir Pertama Republik

Dalam hidupnya yang singkat, tak banyak cerita Emmy Saelan yang terungkap ke
publik. Namun ada sekumit kisah romansa Emmy dengan seorang pejuang sepertinya yaitu
Robert Wolter Mongisidi, martir paling terkenal dalam sejarah Republik.

Emmy alias Daeng Kebo adalah pendamping Wolter dalam bergerilya. Mereka selalu
bersama dalam pertempuran-pertempuran sengit. Kedekatan Emmy Saelan dan Wolter
Mongisidi selama pertempuran membuat dua pejuang itu menjadi saling memperhatikan dan
mengingatkan. Akan tetapi, pertempuran dan cerita gerilya lebih banyak menyelimuti
keduanya daripada kisah romantis.

Pada suatu hari di bulan September 1945, Emmy melepas kepergian Wolter untuk
berperang. Dalam bahasa Belanda, Emmy berpesan agar Wolter jangan terlalu percaya diri
sepanjang perjalanan. Walaupun Wolter pergi bukan untuk berperang, Emmy tampak berat hati
melepasnya. Emmy tahu perjalanan ke kota akan sulit dan berbahaya karena semakin banyak
tentara NICA menduduki sebagian besar wilayah di sekitar Makassar. Emmy, yang kala itu
didampingi Maulwi, bahkan mengantar Wolter sampai ke Ranaya. Dari situ, meskipun Wolter
dan kawan seperjalanannya sudah menjauh, Emmy masih mengikuti dengan teropong.

Wolter juga merasakan kesedihan yang sama. Ia berkali-kali menengok ke belakang,


juga menggunakan teropong. Ia mendapati Emmy masih mengamatinya. Emmy, yang semasa
bergerilya memiliki nama samaran Daeng Kebo karena berkulit putih, membalas lambaian
tangannya dari jauh. Hubungan Emmy dan Wolter menjadi dekat karena sering bersama-sama
ketika bergerilya. Keakraban mereka itu sampai memunculkan rumor tentang jalinan asmara
dua pejuang itu. Namun, sampai kini belum ada bukti valid tentang hubungan yang ada di
antara keduanya.

Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah kisah cinta yang ada di antara Wolter dan Emmy
berlandaskan akan rasa cinta tanah air dan semangat untuk mempertahankan kemerdekaan.
Kisah cinta mereka diwarnai dengan peperangan dan gerilya – gerilya yang keduanya lakukan
demi negeri yang mereka berdua cintai.

Akhir Kisah Sang Mahaputera Emmy Saelan

Suatu hari, Wolter Monginsidi, pimpinan Harimau Indonesia yang dikenal pemberani,
menyergap jeep Belanda. Ia lalu merampas senjata dan melucuti pakaian pasukan Belanda itu.
Lalu, dengan mengenakan seragam pasukan Belanda, Wolter Monginsidi mendatangi kantor
KNIL dan memberondongnya dengan senjata.

Karena perlawanan-perlawanan itulah, terutama karena sudah tidak bisa lagi dikontrol
orang NICA, pasukan Belanda mendatangkan pasukan elit Depot Speciale Tropen (DST),
dengan pimpinannya adalah Westerling. Perimbangan kekuatan pun berubah. Dengan
kedatangan pasukan tambahan itu, pasukan Belanda pun bertambah kuat. Westerling pun
memulai sebuah operasi pembersihan, yang sasarannya adalah para pejuang republik. Inilah
peristiwa yang dikenang sebagai korban 40 ribu jiwa itu.
Sore itu, 23 Januari 1947, dalam posisi terjepit, pasukan Wolter Monginsidi pun
memilih mundur. Emmy Saelan, yang telah terpisah dengan Monginsidi, memimpin sekitar 40
orang pasukan bertempur dengan Belanda. Pertempuran terjadi dalam jarak yang sangat dekat.
Seluruh anak buah Emmy gugur dalam pertempuran itu. Tinggal Emmy sendirian.

Pasukan Belanda mendekat dan memerintahkan Emmy menyerah. Tetapi, ia menolak


dan terus melawan. Dan, karena senjata ditangannya tinggal granat, maka dilemparkanlah
granat itu ke pasukan Belanda. Duar! Emmy meledakkan granat yang digenggamnya. Ia gugur
bersama tentara yang mencoba membujuknya itu.

Emmy Saelan, perempuan cantik berkulit putih itu, telah memilih gugur dengan jalan
sangat terhormat. Ia adalah salah perempuan Indonesia yang telah mengorbankan dirinya di
usia sangat muda untuk revolusi nasional. Meskipun ia anggota palang merah, tetapi ia selalu
berpakaian ala laki-laki dan memilih bertempur di garis depan.

Teladan Emmy Saelan

Dari perjuangan yang gagah berani saat melawan pasukan Belanda, Emmy Saelan
mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa ini,
terutama sebagai generasi muda di zamannya, Emmy Saelan menunjukkan bahwa dalam
perjuangan bangsa, para pemuda adalah ujung tombak bagi kemenangan bangsa. Dan teladan
Emmy Saelan yang terbesar adalah kerelaannya untuk menjadi martir atau syahada di usia yang
masih sangat muda bagi revolusi nasional. Ia juga merupakan orang yang sangat berani
memimpin pasukannya untuk berperang dengan Belanda, terlebih lagi di usianya yang masih
sangat muda.

Emmy juga menjadi inspirasi bagi para wanita di Indonesia bahwa perempuan juga
merupakan sosok yang tangguh yang dapat menjadi pemimpin. Terbukti dengan ia yang
seorang perempuan tak gentar dan tak kenal takut ketika melawan pasukan Belanda yang
notabenenya adalah seorang laki-laki. Emmy juga dapat menjadi cermin bagi perempuan millennial
untuk mampu mengubah nasib hidupnya dari kebodohan menuju perubahan wawasan, pengetahuan
dan kemandirian.

Kisahnya dengan Wolter Monginsidi yang penuh semangat bersama-sama


mencurahkan “cinta” mereka melalui perjuangan demi tegaknya kedaulatan Republik
Indonesia yang mereka cintai. juga dapat memberikan teladan bagi muda – mudi Indonesia
untuk tidak menjadi pemuda pasif dan “manja”, namun haruslah menjadi pemuda yang mampu
memberikan kontribusi bagi bangsa dalam rangka mengisi kemerdekaan Indonesia.

Hingga saat ini nama Emmy Saelan masih terus abadi di masyarakat Makassar. Untuk
mengenang jasa kepahlawanannya, jalan yang dilalui Emmy saat bergerilya dinamakan sesuai
namanya. Bahkan di semua kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan pasti ada nama “Jalan
Emmy Saelan”. Selain itu, pemerintah juga membangun sebuah monumen sebagai bentuk
penghormatan. Monumen itu berdiri tepat di lokasi gugurnya Emmy, itulah Monumen
Mahaputera Emmy Saelan.
Daftar Pustaka

Tim Redaksi Kumparan. 2018. Misi Kumandangkan Proklamasi di Sulawesi. Diunduh dari
halaman situs https://kumparan.com/kumparannews/misi-kumandangkan-proklamasi-di-
sulawesi-1534484528517081739. Diakses pada tanggal 5 November 2019 pukul 08.50 WIB.

Kasim, Nur. 2011. Sejarah dan Perkembangan Pemerintahan Kota Makassae Diunduh dari
halaman situs https://nurkasim49.blogspot.com/2011/12/i.html. Diakses pada tanggal 4
November 2019 Pukul 00.05 WIB

Tim Redaksi Kumparan. 2017. Emmy Saelan Perempuan Makassar di Medan Perang. Diunduh
dari situs https://kumparan.com/potongan-nostalgia/emmy-sa. Diakses pada tanggal 3
November 2019 pukul 21.30 WIB

Wikipedia. 2019. Emmy Seelan. Diunduh dari halaman situs


https://id.wikipedia.org/wiki/Emmy_Saelan. Diakses tanggal 3 November 2019 pukul 11.30
WIB

Hamzah, Amriani. 2015. Emmy Saelan. Diunduh dari halaman situs


http://amrianihamzah.blogspot.com/2015/03/emmy-saelan.html. Diakses pada tanggal 5
November 2019 pukul 19.00 WIB

MN. Awi. 2013. Daeng Kebo Laskar Perempuan Republik 1924 – 1947. Diunduh dari
halaman situs http://rumahkampungkota.blogspot.com/2013/02/daeng-kebo-laskar-
perempuan-republik.html. Diakses pada tanggal 2 November 2019 pukul 20.40

Nurmaningsih, Nurmaningsih (2014) Aksi Protes Pejuang Kemerdekaan Laskar Lipan


Bajeng di Polongbangkeng (1950-1952). Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Makassar.

Nurliana, N. (1986). Peranan wanita Indonesia di masa perang kemerdekaan, 1945-1950.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Administrator. 2017. Kandas Cinta Beda Agama. Diunduh dari halaman situs
https://majalah.tempo.co/read/152988/kandas-cinta-beda-agama. Diakses pada tanggal 2
November 2019 pukul 18.30 WIB
Dewie. Riana. 2015. Diunduh dari halaman situs
https://www.kompasiana.com/rianadewie/5535b9876ea834fb2ada42f3/belajar-dari-ra-kartini-
pejuang-wanita-di-masa-ini-adalah-kita-sendiri. Diakses pada tanggal 5 November 2019 pada
pukul 16.45 WIB

Sendow, Michael. 2012. Wolter 24 tahun Pahlawan yang Mati Muda. Diunduh dari halaman
situs https://www.kompasiana.com/michusa/5519122781331149739de12c/wolter-24-tahun-
pahlawan-yang-mati-muda. Diakses pada tanggal 5 November 2019 pada pukul 19.20 WIB

Isnaeni, Hendri F.. 2017. Diunduh dari halaman situs https://historia.id/50-tapak-perempuan-


nusantara/articles/emmy-saelan-DrBLl. Diakses pada tanggal 5 November 2019 pada pukul
11.00 WIB

Wahyuni, Andi. 2013. Diunduh dari halaman situs


http://andiwahyuni2ipa1terpadu.blogspot.com/2013/11/sejarah-perguruan-sma-nasional-
makassar.html. Diakses pada tanggal 5 November 2019 pukul 11.30 WIB.

Admistrator. 2017. Diunduh dari halaman situs https://majalah.tempo.co/read/152985/gadis-


yang-bermimpi-jadi-dokter. Diakses pada tanggal 2 November pukul 22.00 WIB

Wikipedia. 2019. Diunduh dari halaman situs


https://id.wikipedia.org/wiki/Pembantaian_Westerling. Diakses pada tanggal 5 November
2019 pukul 21.45 WIB

Kristianti, Elin Yunita. Diunduh dari halaman situs


https://www.liputan6.com/global/read/661935/pembantaian-westerling-di-sulawesi-belanda-
akhirnya-minta-maaf. Diakses pada tanggal 1 November 2019 pukul 13.30 WIB

AMS Centre. 2017. Diunduh dari halaman situ


https://amscentre.wordpress.com/2017/09/06/perjuangan-para-kesatria-perang-lapris-takalar/.
Diakses pada tanggal 5 November 2019 pukul 17.00 WIB

Ilyas. Ulfa. 2017. Emmy Saelan Kisah Pejuang Wanita di Garis Depan. Diunduh dari halaman
situs https://gmnifisipui.weebly.com/emmy-saelan-kisah-pejuang-wanita-di-garis-depan.html.
Diakses pada tanggal 3 November 2019 pukul 23.00
Lampiran

Nama Lengkap : Muh. Fiqri Abdi Rabbi


Tempat / Tanggal Lahir : Makassar / 17 April 2001
Jenis Kelamin :L
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Wisma Mahasiswa Sulawesi Selatan Latimodjong
No. Telp / Hp : 082347598418
E-mail : fiqri162017athirah@gmail.com

Saya dengan identitas yang tertera di atas menyatakan bawa karya saya yang berjudul
“Emmy Saelan Martir Perempuan dari Timur : Dari Perawat jadi Laskar” adalah karya asli
dan karya tersebut tidak sedang diikutsertakan dalam perlombaan sejenis.

Bandung, 5 November 2019

.
Riwayat Hidup

Nama Lengkap : Muh. Fiqri Abdi Rabbi


Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Wisma Mahasiswa Sulawesi Selatan Latimodjong

Jurusan/Program Studi : Sains Informasi Geografi

Universitas : Universitas Pendidikan Indonesia

Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 17 April 2001

Email : fiqri162017athirah@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SD Negeri Pao-pao

SMP : SMPN 1 Sungguminasa

SMA : SMA Islam Athirah Bone

Perguruan Tinggi : Jurusan Sains Informasi Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Komisi Pemilihan Umum Siswa ( KPUS ) SMA Islam Athirah Bone periode 2017-2018

2. Ketua Komisi Pemilihan Umum Siswa ( KPUS ) SMAS Islam Athirah Bone periode tahun 2018/2019

3. Ketua Divisi Pendidikan dan Kerohanian Wisma Mahasiswa Latimodjong 2019-2020

PRESTASI

1. Juara 3 OSK Geografi Tahun 2017


2. Juara 3 Bidang Geografi TOS Competition 2017
3. Juara 1 Cerdas Cermat Perpustakaan Dinas Perpustakaan &Arsip Daerah Sulsel 2017
4. Juara 3 Cerdas Cermat Al-Qur’an Olimpiade Al-Qur’an Al-Fityan School Gowa 2017
5. Peringkat 4 Nasional LTJJ Geografi Pelatihan-OSN.com 2018
6. Juara 1 Cerdas Cermat Sejarah Se-Sulselbar UNM 2018
7. Juara 1 OSK Geografi 2018
8. Juara 3 Cerdas Cermat PPKn Se-Sulawesi UNM 2018
9. Juara 1 Cerdas Cermat Sosiologi Se-Sulselbar UNM 2018
10. Juara 1 OSP Geografi 2018
11. Perwakilan Sulawesi Selatan dalam Olimpiade Sains Nasional bidang Geografi 2018
12. Juara 3 Cerdas Cermat Perpustakaan Dinas Perpustakaan & Arsip Daerah Sulsel 2018
13. Medali Perak BTA 8 Competition Vol. 2 Bidang Geografi 2018
14. Juara 2 Bidang Geografi Khalifa Science Competition
15. Juara Lomba Ranking 1 Hasanuddin Shariah Festival
16. Juara 2 Kategori Tim Khalifa Science Competition
17. Juara 3 Essay Gravitasi Fisika UNM
18. Juara 3 Bidang Geografi SCI Fun Competition
19. Juara 2 Kategori Tim SCI Fun competition
20. Medali Perunggu BTA 8 Competition Bidang Studi Geografi tahun 2018
21. Juara II Lomba Essay Museum Olahraga Nasional 2019
22. Artikel Terbaik Geografi Future Leadership

Anda mungkin juga menyukai