Anda di halaman 1dari 2

KAJIAN KARAKTER KETOKOHAN NASIONAL MUHAMMAD YAMIN

Oleh : NAMA/NIM

Muhammad Yamin adalah pahlawan nasional yang menyatukan suku bangsa untuk
kemerdekaan Indonesia. Muhammad Yamin mendambakan Indonesia yang lebih besar dari
Sriwijaya atau Majapahit. Menghadapi Indonesia yang berpotensi hancur, ia pun menciptakan
ikon Gadjah Mada yang pernah berikrar mempersatukan nusantara. Lebih dari sekadar
meminjam ide dari Gadjah Mada. Ia mengambilnya dari sebuah gambar yang dicetak pada kotak
uang terakota yang ia yakini berasal dari zaman Majapahit. Ekspresi itulah yang kami panglima
perang Majapahit, Pak Yamin, merasa perlu mencari ekspresi wajah yang kini dikenalnya
sebagai wajah Gadjah Mada. Muhammad Yamin adalah seorang Minangkabau yang terpesona
dengan Jawa dan kemegahan Majapahit. Ia mempelajari budaya Jawa dan menguasai bahasa
Sansekerta. Mulai dari wilayah Indonesia hingga Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara,
Timor Portugis, Irian, dan Papua Nugini. Ia lebih memimpikan persatuan Indonesia daripada
yang dibayangkan Hatta dan Sjahrir. Sejarah bisa memiliki kegilaannya sendiri. Oleh karena itu,
revolusi Indonesia harus dipandang secara agak santai. Tidak perlu pujian karena mozaik dibuat
oleh orang biasa. Muhammad Yamin hanyalah salah satunya. Muhammad Yamin juga dikenal
karena membuat Perjanjian Damai Pemuda, yang menjadi teks Leuma Pemuda. Penggagas
konsep Sumpah Pemuda, Bapak Muhammad Yamin, terlibat aktif dalam Kongres Pemuda
pertama (30 April - 2 Mei 1926). Muhammad Yamin menjunjung persatuan dan kebesaran
Indonesia, yang juga terobsesi dengan Sukarno. Selain gagasan wilayah Indonesia dan
pengusulan bendera pemuda, Yamin turut andil dalam pembuatan lambang Garuda Pancasila dan
juga disebut-sebut menciptakan kata "Pancasila" dalam sajak Indonesia Raya.

Profesor Mohammad Yamin, H.H. (lahir di Talaw, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24


Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah seorang
penulis, sejarawan, budayawan, politikus dan pengacara, yang dihormati sebagai pahlawan
nasional Indonesia. Beliau adalah salah seorang pelopor puisi modern Indonesia dan pelopor
Janji Pemuda serta “Pencipta Citra Indonesia” yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
Ia merupakan anak dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang berasal dari
Sawahlunto dan Padang Panjang.
Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, hampir semuanya kemudian menjadi
intelektual berpengaruh. Muhammad Yamin memiliki beberapa saudara antata lain : Muhammad
Yaman sebagai seorang pendidik, Djamaluddin Adinegoro sebagai wartawan terkenal, dan
Ramana Usman sebagai pelopor diplomasi Indonesia. Selain itu, sepupunya Mohammad Amir
juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Yamin mengenyam pendidikan dasar
di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Palembang dan kemudian melanjutkan ke Algemeene
Middelbare School (AMS) di Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta ia mulai mempelajari sejarah
kuno dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Namun setelah lulus, ia berencana
untuk melanjutkan studinya di Leiden, Belanda harus tutup setelah kematian ayahnya. Ia
kemudian belajar di Law Hogeschool (RHS, yang kemudian menjadi Fakultas Hukum
Universitas Indonesia), Jakarta, dan memperoleh gelar Meester in de Rechtsen (Sarjana Hukum)
pada tahun 1932.

Mohammad Yamin memulai karir menulisnya pada tahun 1920-an ketika dunia sastra
Indonesia mulai terbentuk. Karya pertamanya ditulis dalam bahasa Melayu pada tahun 1920 di
Jong Sumatra, sebuah majalah berbahasa Belanda. Karya-karya awalnya masih terikat dengan
bentuk Melayu klasik. Pada tahun 1922, Yamin memulai debutnya sebagai penyair dengan
syairnya Tanah Air; apa arti kampung halamannya Minangkabau di Sumatera. Tanah Air adalah
kumpulan puisi Melayu modern yang pertama kali diterbitkan. Kelompok Yamin lainnya,
Teumpah Daratku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah
karena Yamin dan beberapa pejuang bangsa lainnya saat itu memutuskan untuk menghormati
tanah air, bangsa dan Indonesia. Bahasa. Dramanya Ken Arok dan Ken Dedes, berdasarkan
sejarah Jawa, juga diterbitkan pada tahun yang sama.

Sumber :

1. Gunawan dalam Majalah Tempo Edisi tentang Muhammad Yamin, yang dirilis tanggal
18 Agustus 2013
2. Ainuttijar: 2014 diunduh pada tanggal 12 Mei 2015
3. Rahman 49 dalam Majalah Tempo Edisi Muhammad Yamin yang dirilis 18 Agustus
2014, hal. 66-67

Anda mungkin juga menyukai