Anda di halaman 1dari 5

Kebangsaan Indonesia

Partai politik Partai Indonesia


Gerakan Rakyat
Indonesia
Partai Persatuan
Indonesia (Parpindo)

Suami/istri RA Siti Sundari


(m. 1937⁠–⁠1962)

Anak Dang Rahadian


Sinayangsih Yamin

Pendidikan Meester in de
Rechten

Alma mater Rechtshoogeschool


te Batavia

Pekerjaan Politikus, sastrawan

Tanda tangan
Sunting kotak info (https://id.wikipedia.org/w/index.p

Latar belakang
Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunt o pada 24 Agust us 1903. Ia merupakan put ra
dari pasangan Usman Baginda Khat ib dan Sit i Saadah yang masing-masing berasal dari
Sawahlunt o dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima ist ri, yang hampir
keseluruhannya kelak menjadi int elekt ual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin ant ara lain:
Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wart awan t erkemuka;
dan Ramana Usman, pelopor korps diplomat ik Indonesia. Selain it u sepupunya, Mohammad
Amir, juga merupakan t okoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Yamin mendapat kan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang,


kemudian melanjut kannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakart a. Di AMS
Yogyakart a, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa sepert i Yunani, Lat in,
dan Kaei. Namun set elah t amat , niat unt uk melanjut kan pendidikan ke Leiden, Belanda harus
diurungkannya karena ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di
Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakart a, yang kelak menjadi Fakult as
Hukum Universit as Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meest er in de Recht en (Sarjana
Hukum) pada t ahun 1932.[3][4]

Kesusastraan
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia
sast ra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pert amanya dit ulis menggunakan
bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatra, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada t ahun 1920.
Karya-karya t erawalnya masih t erikat kepada bent uk-bent uk bahasa Melayu Klasik.

Pada t ahun 1922, Yamin muncul unt uk pert ama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air;
yang dimaksud t anah airnya yait u Minangkabau di Sumat ra. Tanah Air merupakan himpunan puisi
modern Melayu pert ama yang pernah dit erbit kan.

Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Okt ober 1928.[5] Karya ini
sangat pent ing dari segi sejarah, karena pada wakt u it ulah Yamin dan beberapa orang pejuang
kebangsaan memut uskan unt uk menghormat i sat u t anah air, sat u bangsa, dan sat u bahasa
Indonesia yang t unggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa,
muncul juga pada t ahun yang sama.
Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bent uk sonet a yang dipinjamnya dari lit erat ur
Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih
lebih menepat i norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi
penulis yang lebih muda. Ia juga menerbit kan banyak drama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga
ment erjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranat h
Tagore.

Pada awal 1930-an, Yamin akt if di kalangan jurnalis, bergabung dengan dewan redaksi surat
kabar Panorama, bersama Liem Koen Hian, Sanusi Pane dan Amir Sjarifuddin.[6][7] Pada
pert engahan t ahun 1936, bersama rekan-rekannya Liem, Pane dan Sjarifuddin, Yamin memulai
surat kabar lain, Kebangoenan (1936–1941), yang—sepert i halnya Panorama—dit erbit kan oleh
Siang Po Print ing Press milik Phoa Liong Gie.[6]

Politik

Yamin duduk di tengah Pengurus


Besar Jong Sumatranen Bond.

Karier polit ik Yamin dimulai ket ika ia masih menjadi mahasiswa di Jakart a. Ket ika it u ia
bergabung dalam organisasi Jong Sumat ranen Bond[8] dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda
yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar t ersebut , ia menet apkan Bahasa
Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. organisasi
Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persat uan.
Kemudian set elah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi sert a bahasa ut ama
dalam kesusast eraan Indonesia.

Pada t ahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang
hukum di Jakart a hingga t ahun 1942. Pada t ahun yang sama, Yamin t ercat at sebagai anggot a
Part indo. Set elah Part indo bubar, bersama Adnan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia
mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).[9] Tujuan Gerindo adalah unt uk meningkat kan
kesadaran publik akan ide-ide nasionalis dengan mengorganisir rakyat . Akan t et api, pendirian
Gerindo juga mencerminkan keinginan yang semakin besar di pihak banyak nasionalis sayap kiri
unt uk bekerja sama dengan Belanda. Kesediaan ini muncul baik dari keput usasaan at as prospek
unt uk mengorganisir perlawanan nasionalis yang efekt if dalam menghadapi kekuat an milit er
dan polisi Belanda dan dari keyakinan bahwa kolaborasi melawan fasisme (t erut ama fasisme
Jepang) memiliki priorit as t ert inggi dalam urusan dunia. Gerindo berharap melalui kerjasama it u
Belanda akan membent uk badan legislat if t ersendiri di wilayah jajahan. Yamin dikeluarkan dari
organisasi pada t ahun 1939 karena melanggar perat uran, t ermasuk berkampanye melawan
calon Gerindo lainnya dalam pemilihan dewan kot amadya Bat avia. Ia kemudian mendirikan
Part ai Persat uan Indonesia (Parpindo). Dari t ahun 1938 (at au 1939) hingga 1942, Yamin menjadi
anggot a Volksraad pada t ahun 1939, sebuah badan penasihat yang dibent uk pada t ahun 1917
oleh Belanda di Hindia Belanda.[3][10]

Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bert ugas pada Pusat Tenaga Rakyat
(PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerint ah Jepang. Pada t ahun
1945, ia t erpilih sebagai anggot a Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak
asasi manusia dimasukkan ke dalam konst it usi negara.[11] Ia juga mengusulkan agar wilayah
Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor
Port ugis, sert a semua wilayah Hindia Belanda.[12] Soekarno yang juga merupakan anggot a
BPUPKI menyokong ide Yamin t ersebut . Set elah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden
Republik Indonesia yang pert ama, dan Yamin dilant ik unt uk jabat an-jabat an yang pent ing dalam
pemerint ahannya.

Yamin kemudian mengklaim bahwa pada t anggal 29 Mei 1945 ia menyampaikan pidat o t ent ang
dasar filosofis dan polit ik t ert ent u unt uk negara baru yang diusulkan dan menyebut kan lima
prinsip bangsa, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila dan kemudian dimasukkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Ini akan menjadi dua hari sebelum pidat o
Soekarno menguraikan Pancasila pada 1 Juni.[13][14]

Yamin dan Sunario Sastrowardoyo


dalam perundingan status Nugini
Belanda di Den Haag, 1950

Klaim kepenulisan Yamin at as Pancasila dipert anyakan oleh Dr. Mohammad Hat t a, Mr.
Soebardjo, Mr. A. Maramis, Prof. A.G. Pringgodigdo, Prof. Sunario dan semua anggot a BPUPK
yang masih hidup yang kemudian diwawancarai. Namun, fakt a bahwa Yamin t ampaknya sat u-
sat unya orang yang memiliki cat at an lengkap t ent ang sidang-sidang BPUPK, yang ia gunakan
unt uk buku t erbit an t ahun 1959 Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945.
Yamin adalah anggot a Panit ia Sembilan yang bert ugas mulai merancang undang-undang dasar.
Panit ia ini menghasilkan Pembukaan, yang memuat int isari pidat o Soekarno 1 Juni. Yamin, yang
banyak bekerja dalam menghasilkan rancangan ini, menyebut nya Piagam Jakart a.[15] Ket ika
BPUPK bert emu unt uk sidang kedua, mulai 10 Juli, sebuah komit e yang t erdiri dari 19 anggot a,
dengan Soepomo memainkan peran ut ama, menghasilkan rancangan konst it usi selama t iga hari.
Yamin kecewa karena t idak dit unjuk dalam komit e ini, dan menolak unt uk menerima
pengangkat annya di komit e lain yang membahas masalah keuangan. Ket ika rancangan undang-
undang it u divot ing pada 16 Juli, Yamin mengkrit iknya dan menjadi sat u-sat unya anggot a
BPUPK yang t idak langsung menerimanya. Yamin kemudian mengklaim bahwa ia t elah
menghasilkan rancangan undang-undang yang sangat mirip dengan versi Soepomo, t et api t idak
ada bukt i unt uk ini, dan Hat t a secara khusus membant ah bahwa Yamin t elah menyerahkan
dokumen semacam it u kepada BPUPK.[16][17]

Pada t anggal 17 Agust us 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan


keesokan harinya, Panit ia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bert emu dan menugaskan
komisi t ujuh: Soekarno, Mohammad Hat t a, Soepomo, Soebardjo, Ot t o Iskandardinat a, Yamin
dan Wongsonegoro unt uk menghasilkan versi final UUD.[18]

Yamin (tengah) berkunjung ke


Schiphol pada 1954

Set elah kemerdekaan, jabat an-jabat an yang pernah dipangku Yamin ant ara lain anggot a DPR
sejak t ahun 1950, Ment eri Kehakiman (1951), Ment eri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
(1953–1955), Ket ua Dewan Perancangan Nasional; dibant u 3 Wakil Ket ua, yait u Ukar
Brat akusumah, Soekardi & Sakirman melalui UU No. 80 t ahun 1958[19] (1958–1963), Ment eri
Sosial dan Kebudayaan (1959–1960), Ket ua Dewan Pengawas IKBN Ant ara (1961–1962) dan
Ment eri Penerangan (1962–1963).

Pada saat menjabat sebagai Ment eri Kehakiman, Yamin membebaskan t ahanan polit ik yang
dipenjara t anpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang t ahanan
yang dicap komunis at au sosialis. At as kebijakannya it u, ia dikrit ik oleh banyak anggot a DPR.
Namun Yamin berani bert anggung jawab at as t indakannya t ersebut . Kemudian disaat menjabat
Ment eri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian
universit as-universit as negeri dan swast a di seluruh Indonesia. Di ant ara perguruan t inggi yang
ia dirikan adalah Universit as Andalas di Padang, Sumat era Barat dan Universit as Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai