Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEPARASI

“SEDIMENTASI DALAM PEMBUATAN PATI KENTANG”

Disusun oleh :
KELOMPOK 5

1. Herna Apriani K. 191710101032/THP 5C


2. Sahra Rimadhani 191710101083/THP 5C
3. Sabrina Maghfy 191710101106/THP 5C
4. Halimatus Sakdiyah 191710101121/THP 5C

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang pekat konsentrasinya)
(Setiyadi dkk., 2013). Sedimentasi termasuk metode pemisahan antara padatan
dengan cairan menggunakan gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting
dalam berbagai proses industri, misalnya pembuatan pati.

Pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui proses
fotosintesis. Pati memiliki bentuk Kristal bergranula yang tidak larut dalam air pada
temperature ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk tergantung pada jenis
tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam makanan
(Niken dkk., 2013)). Salah satu bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan
pati yaitu kentang. Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu jenis
sayuran yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Pati kentang mengandung
amilosa sekitar 23% dan amilopektin 77% (Niken dkk., 2013).

Proses pengendapan merupakan salah satu proses utama pada pembuatan pati
kentang. Oleh karena itu dalam pratikum ini dilakukan penelitian untuk mengetahui
berapa lama pengendapan akan dihasilkan dengan menggunakan bahan kentang.
Sehingga dari percobaan tersebut diharapkan dapat mengetahui kecepatan
pengendapan yang dihasilkan dari beberapa variasi berat bahan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan
berat kentang terhadap kecepatan pengendapan.
BAB 2. METODOLOGI PRATIKUM

2. 1 Alat dan bahan

2.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini adalah sebagai berikut :
1. Baskom
2. Pisau
3. Neraca digital
4. Parutan
5. Piring plastik
6. Mangkuk
7. Wadah sampel

2.1.2 Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kentang
2. Air
3. Kertas sampel
4. Kain Saring
2.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

Kentang

Pengupasan kulit

Pencucian

Pengecilan ukuran

Penimbangan 3 variasi

100 gr 150 gr 200 gr

Pemarutan

Penyaringan Ampas

500
ml air Pencampuran

Pengendapan (3; 6; 9; 12 jam)

Endapan pati

Praktikum sedimentasi pati kentang menggunakan kentang dengan berbagai


ukuran. Kentang yang telah disiapkan akan dikupas terlebih dahulu untuk
memudahkan dalam pemarutan. Selanjutnya kentang yang telah dikupas akan
dicuci menggunakan air bersih yang bergunak untuk menghilangkan kotoran pada
permukaan kentang. Kemudian, kentang dipotong-potong menjadil ukuran yang
lebih kecil untuk memudahkan dalam proses pemarutan. Kentang dengan ukuran
yang lebih kecil ditimbang menggunakan neraca digital dan dibagi menjadi 3
variasi berat bahan. Variasi pertama dengan berat kentang 100 gr, variasi kedua
dengan berat kentang 150 gr, dan variasi ketiga dengan berat kentang 200 gr.
Pembagian ketiga variasi tersebut bertujuan untuk menghasilkan atau mengetahui
perbedaan hasil endapan yang diperoleh.

Selanjutnya, ketiga variasi berat bahan kentang dilakukan pemarutan hingga


dihasilkan sari kentang murni. Kemudian, sari kentang pada setiap variasi berat
bahan disaring menggunakan kain saring untuk menghasilkan sari kentang murni
tanpa adanya ampas. Setelah sari kentang murni didapatkan, lalu setiap sari kentang
dicampurkan dengan 500 ml air pada wadah yang berbeda. Setiap wadah dilakukan
pendiaman atau pengendapan dengan variasi waktu yaitu 3, 6, 9, dan 12 jam untuk
menghasilkan endapan pati kentang. Setiap 3 jam sekali diambil data pengamatan
untuk mengetahui tinggi zona bening yang terbentuk.
BAB 3. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 Variasi 1 (100 gr)
Tabel 1. Data Pengamatan Tinggi Zona Bening Variasi 1
Waktu (t) Tinggi zona bening (x)
3 jam 7 cm
6 jam 8 cm
9 jam 9,1 cm
12 jam 10 cm

3.1.2 Variasi 2 (150 gr)


Tabel 2. Data Pengamatan Tinggi Zona Bening Variasi 2
Waktu (t) Tinggi zona bening (x)
3 jam 8 cm
6 jam 10 cm
9 jam 12 cm
12 jam 14 cm

3.1.3 Variasi 3 (200 gr)


Tabel 3. Data Pengamatan Tinggi Zona Bening Variasi 3
Waktu (t) Tinggi zona bening (x)
3 jam 6 cm
6 jam 8,5 cm
9 jam 9 cm
12 jam 11 cm
BAB 4. PEMBAHASAN

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan


cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang pekat
konsentrasinya). Sedimentasi merupakan metode pemisahan antara padatan dengan
cairan menggunakan gaya gravitasi. Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai
laju pengurangan atau penurunan ketinggian daerah batas antara slurry (endapan)
dan supernatant (liquid jernih) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran
fluida karena konveksi. Pati merupakan sumber salah satu karbohidrat primer dan
merupakan bahan baku dalam industri pangan, farmasi maupun kosmetik. Beberapa
pati industri yang banyak digunakan adalah pati singkong, jagung, kentang dan
gandum (Deka and Sit, 2016). Pada praktikum kali ini, dilakukan ekstraksi pati
kentang dengan 3 variasi perlakuan, yakni variasi 1: 100gr kentang, variasi 2: 150gr
kentang dan variasi 3: 200gr kentang dengan perlakuan banyak air yang sama yakni
500 ml. Berdasarkan hasil pengamatan endapan pati kentang terhadap 3 variasi
perlakuan, diperoleh hasil sebagai pembahasan berikut.

Berdasarkan tabel 1. hasil pati variasi 1 (100gr), menunjukkan tinggi zona


bening endapan pati kentang terendah terdapat pada lama waktu pengendapan
selama 3 jam dengan tinggi 7 cm, sedangkan zona bening tertinggi ada pada lama
waktu pengendapan 12 jam dengan tinggi 10 cm. Pada tabel 2. hasil pati variasi 2
(150gr), menunjukkan zona bening terendah ada pada lama waktu pengendapan 3
jam dengan tinggi zona bening 6 cm, sedangkan zona bening tertinggi ada pada
lama waktu pengendapan 12 jam dengan tinggi 11 cm. Dan pada tabel 3. hasil pati
variasi 3 (200gr), menunjukkan zona bening terendah ada pada lama waktu
pengendapan 3 jam dengan tinggi 8 cm, sedangkan zona bening tertinggi terdapat
pada lama waktu pengendapan 12 jam dengan tinggi 14 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa, semakin lama waktu pengendapan, maka tinggi zona bening yang
dihasilkan semakin tinggi dan semakin banyak bahan yang digunakan maka tinggi
zona bening yang dihasilkan semakin tinggi dan endapan pati yang dihasilkan
semakin banyak. Tinggi rendahnya hasil rendemen atau endapan pati juga dapat
disebabkan oleh factor pengolahan, misalnya pada saat proses pemerasan yang
dilakukan kurang optimal sehingga sel pati tidak terekstraksi dengan sempurna
(Mustafa, 2015). Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur panen
optimum dan kondisi cuaca pada saat panen. Kadar pati umbi yang dipanen pada
saat musim hujan akan lebih rendah karena kadar air yang tinggi (Khairunnisa dkk,
2016).

Variasi 1 Variasi 2
12 15
10
8 10
6
4 y = 0,3367x + 6 5 y = 0,6667x + 6
2 R² = 0,9986 R² = 1
0 0
0 5 10 15 0 5 10 15

(a) (b)

Variasi 3
12
10
8
6
4 y = 0,5167x + 4,75
2 R² = 0,9468
0
0 5 10 15

(c)
Gambar 1. Kecepatan sedimentasi pada 3 variasi

Pada keadaan awal, konsentrasi slurry adalah seragam pada semua bagian
tabung/toples. Kecepatan sedimentasi konstan terlihat pada grafik (gambar 1) yang
membentuk garis lurus untuk periode awal. Periode ini disebut free settling, dimana
padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini
disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga
pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar
partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih cepat,
menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi
kecepatan turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan
penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun yang besar) relatif sama atau
konstan. Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak
seragam diikuti bagian bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian
batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel
berkurang, kondisi ini disebut hindered settling.
BAB 5. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, didapat kesimpulan dari percobaan


3 variasi pati kentang yaitu, semakin banyak bahan yang digunakan maka semakin
banyak endapan pati yang dihasilkan dan semakin banyak bahan yang digunakan
maka kecepatan pengendapan lebih cepat dan tinggi zona bening yang dihasilkan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Arnida Mustafa. 2015. Analisis Proses Pembuatan Pati Ubi Kayu (Tapioka)
Berbasis Neraca Massa. AGROINTEK, 9 (2).

Khairunnisa, R., Nisa, M., Riski, R., & Fatmawaty, A. 2016. Evaluasi Sifat Alir
Dari Pati Talas Safira (Colocasia esculenta var Antiquorum) Sebagai Eksipien
Dalam Formulasi Tablet. Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences,
1(1): 22–26.

Niken, Ayuk., Adepristian, Dicky. 2013. Isolasi Amilosa Dan Amilopektin Dari
Pati Kentang. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2 (3): 57-62

Nita Aryanti, Yovita Asih Kusumastuti dan Wida Rahmawati. 2017. Pati Talas
(Colocasia Esculenta L. Schott) Sebagai Alternatif Sumber Pati Industri.
Momentum, 13 (1).

Setiyadi., Lourentius, Suratno., Ariella, Ezra., Prema, Gede. 2013. Menentukan


Persamaan Kecepatan Pengendapan Pada Sedimentasi. Widya Teknik, 1 (2).

Setiyadi, Suratno Lourentius, Ezra Ariella W, Gede Prema M.S. 2017. Menentukan
Persamaan Kecepatan Pengendapan Pada Sedimentasi. Jurnal Ilmiah Widya
Teknik.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar Keterangan

Variasi bahan yang digunakan

Pencampuran setiap variasi


bahan dengan 500 ml air

Pendiaman untuk
menghasilkan endapan

Anda mungkin juga menyukai