BAB 1. PENDAHULUAN
Ba’ayun Maulid atau kerap disebut baayun anak adalah salah satu tradisi upacara yang
ditujukan untuk anak-anak menjelang dewasa. Tradisi ba’ayun mauled ini dilakukan dengan
mengayunkan bayi untuk membuatnya tidur dengan lelap. Baayun sendiri memiliki arti
melakukan aktivitas ayunan atau buaian sedangkan Maulid memiliki arti ungkapan
masyarakat Arab untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sehingga Ba’ayun
Maulid memiliki arti sebuah kegiatan mengayunkan anak (bayi) umur 0-5 tahun sebagai
ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW sang pembawa rahmat bagi seluruh
umat Islam. Orang Banjar pada zaman dahulu meyakini bahwa anak-anak mereka bisa
memperoleh keberkatan dalam hidupnya, tidak mudah menangis, dan terhindar dari segala
marabahaya. Untuk itu pada zaman dahulu, setiap anak harus melalui upacara Ba’ayun Anak
sebagai tanda penghormatan dan sekaligus memberi persembahan kepada Datu Ujung.
(Jamalie, 2014)
Niat atau tujuan yang mendasari para orang tua mengikutkan anaknya dalam pelaksanaan
baayun maulid ini tentu bermacam-macam. Namun secara umum, anak yang diayun
orangtuanya dalam upacara baayun maulid ini diharapkan dapat meneladani perilaku sera
akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, dimudahkan hidupnya, dan selalu
melaksanakan ajaran agama Islam dengan baik.
Kemudian, bagi masyarakat Desa Banua Halat, baayun maulid merupakan tradisi yang
tidak boleh ditinggalkan, jadi harus dilaksanakan dimanapun mereka berada. Mereka
mempercayai apabila baayun maulid tidak dilaksanakan, maka anak mereka bisa sakit-
sakitan. Ada juga sebagian orang yang mengikuti upacara baayun maulid dalam rangka
untuk melaksanakan nazar, misalnya nazar apabila sembuh dari suatu penyakit, maka
mereka akan mengikuti baayun maulid.
Tradisi ini juga menjadi tradisi yang menjadi bentuk dakwah Islam bagi masyarakat
Banjarmasin sehingga selain melaksanakan tradisi Ba’ayun, juga terjadi penyebaran ajaran
Islam kepada masyarakat sekitar. Selain itu tujuan utama dari pelasanaan Ba’ayun maulid ini
adalah untuk merayakan maulid Nabi yang jatuh tepat pada 12 Rabiul Awal sehingga
masyarakat berharap mendapatkan keberkahan dari Nabi Muhammad SAW.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ba’ayun Maulid atau Ba’ayun anak merupakan salah satu tradisi masyarakat Banjar
yang dilaksanakan untuk memperingati Maulid Nabi dengan mengayunkan anak (bayi)
agar dapat tertidur dengan lelap. Tradisi ini berasal dari Kabupaten Tapin, Desa Banua
Halat menyebar luas hingga dilaksanakan di berbagai daerah di Kalimantan Selatan sejak
tahun 1990-an.Pelaksanaanya pada Masjid Sultan Syuriah Banjarmasin didasari karena
masjid tersebut merupakan pusat kegiatan islam di kota Banjarmasin sehingga selain untuk
memperingati Maulid Nabi, pelaksanaanya di Masjid Sultan Syuriah menjadi wisata bagi
masyarakat yang berkunjung dan sebagai sarana penyebaran dakwah Islam.
Sejauh ini pelaksanaan tradisi Ba’ayun Maulid bertujuan sebagai bentuk tradisi turun-
temurun masyarakat Banjar dan untuk mendapatkan keberkahan dari Nabi Muhammad
SAW di hari kelahirannya yaitu 12 Rabiul Awal. (Jamalie, 2014)
3.2 Saran
Tradisi Ba’ayun Maulid merupakan tradisi masyarakat Banjar yang dapat menjadi ciri
khas untuk menarik wisatawan asing untuk berwisata Religi, untuk itu pengenalan tradisi
ini ke dunia luar perlu lebih diperbanyak sehingga tradisi ini dapat lebih dikenal ke luar
provinsi dan bahkan ke luar negara.
DAFTAR PUSTAKA
Jamalie, Z. 2014. Akulturasi dan Kearifan Lokal dalam Tradisi Baayun Maulid pada Masyarakat
Banjar. Jurnal el-Harakah Volume 16 No. 2 Tahun 2014.
Koranbajar. 2018. Tradisi Ba’ayun Maulid Bagian 1 : Asal-usul Baayun Maulid. Diakses dari
Tradisi Baayun Maulid Bagian 1: Asal-usul Baayun Maulid – koranbanjar.NET pada 11
Maret pukul 18.25
Syaiful Anwar. 2020. Setiap Tahun Ada Kegiatan Baayun Maulid di Masjid Sultan Suriansyah
Banjarmasin. Diakses dari https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/07/08/setiap-tahun-
ada-kegiatan-baayun-maulid-di-masjid-sultan-suriansyah-banjarmasin pada 8 Maret 2023
pukul 15.12 WIB.