Anda di halaman 1dari 18

TRADISI SERAKALAN (PEMBACAAN DZIKIR NAZAM)

PADA ADAT MELAYU SAMBAS KALIMANTAN BARAT

Yuda Abdul Gafur

Abstrak
Tradisi Dzikir Nazam Al-Barzanji sebagai tradisi tutur bernuansa Islami
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu fungsi menghibur, menghibur
masyarakat yang sedang bekerja dalam mempersiapkan acara di tempat
piste gamber. Fungsi media dakwah, kendatipun penembangan dan
kandungan pesannya bernuansa islami berdasarkan syari’at Islam. Fungsi
peringatan, kandungan pesan dalam Dzikir Nazam Al-Barzanji juga
mengandung peringatan-peringatan dalam mengoreksi prilaku kehidupan
kita sehari-hari (introspeksi diri). Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, dengan deskriptif analitik. Sedang pendekatan dalam penelitian
ini adalah pendekatan fenomenologi dan historis-filosofis, dimana
penelitian ini menengok sejarah munculnya tradisi ini, apakah tradisi
lisan ini memang ada di zaman nabi atau zaman Sahabat dan tabi’in atau
sesudahnya. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa Dzikir Nazam
memiliki tiga fungsi, diantaranya yaitu hiburan, setiap hajatan
masyarakat mesti persiapan seperti masak dilakukan semalam suntuk dan
melalui Dzikir Nazam, masyarakat terhibur dalam bekerja. Fungsi
dakwah, potensi Dzikir Nazam dapat dijadikan media dakwah kendati pun
memiliki pesan-pesan ajaran Islam. Fungsi peringatan, kandungan kitab
Dzikir Nazam dapat dijadikan introspeksi bagi masyarakat yang
mendengarkan. Peran struktur sosial seperti tokoh masyarakat dan agama
adalah sebagai pengendali dan pengawasan, lembaga adat Melayu
menyelenggarakan berbagai kegiatan dan masyarakat sebagai unsur
pendukung lestarinya tradisi ini menjadi generasi penerus dan atau yang
mengundang Dzikir Nazam dalam acara-acara besar merupakan rekasi
rasa suka (girang) yang masih dilakukan sampai saat ini, sehingga
terlihat eksistensinya.

Kata Kunci : Tradisi Dzikir Nazam, Nilai Nilai

A. Pendahuluan
Sambas dikenal sebagai Serambi Mekkah Kalimantan Barat,
ajaran dan berbagai tradisi Islam tumbuh dan berkembang di
masyarakat sana. Dari situ juga lahirlah sejumlah ulama besar dan
berpengaruh. 1 Salah satu tradisi keagamaan yang hingga kini masih
1
Nasrullah, dkk, Pembaruan Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad
Basiuni Imran (1906-1976 M), Jurnal Diskursus Islam, Vol. 6 No. 1, April

1
2

dilestarikan masyarakat Sambas ialah zikir nazam. Itu sebuah


tradisi yang berkembang bersamaan dengan penyebaran agama
Islam di kabupaten yang berada di kawasan pantai utara Kalimantan
Barat ini.
Zikir nazam merupakan seni bersyair dalam bahasa Arab
yang dilantunkan dengan pelaguan tertentu. Kesenian itu dimainkan
secara berkelompok dan diiringi dengan alat musik perkusi, semisal
rebana, ketumba, dan tamborin. Syair tersebut berpedoman pada
kitab Barzanji karya Syekh Jafar Albarzanji, dan umumnya terdiri
dari dua larik serangkap dengan jumlah kata empat hingga enam
selarik. Skema syairnya berjenis monorima, yakni a-a, a-b, dan c-b,
dengan beberapa variasi. Selain mengandung pesan moral
keagamaan dan ungkapan rasa syukur kepada sang Khalik, tradisi
zikir nazam juga memperkuat hubungan sosial karena kerap
dijadikan ajang silaturahim. 2
Zikir nazam sebenarnya berasal dari kesasastraan Arab-
Persia kemudian menyebar ke Asia Tenggara hingga ke jazirah
Melayu pada abad ke-16 Masehi. Tradisi itu pada mulanya
dijadikan sebagai media penyebaran Islam oleh para ulama dan
pedagang dari Arab. Menurut pegiat zikir nazam Nasaruddin, tradisi
ini pertama kali diperkenalkan dan dipopulerkan di Sambas oleh
Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi. Seorang ulama besar asal
Sambas yang mendirikan tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah. Tradisi
ini biasanya digelar di surau atau rumah warga pada setiap Kamis
malam. Namun, kerap pula dipertunjukkan pada acara pernikahan
dan selamatan kelahiran anak (aqiqah). Tradisi lisan itu kemudian
berkembang dan menyebar ke sejumlah daerah lain di Kalbar

2018.
2
Nurul Hidayat, Dakwah Berbasis Kearifan Lokal (Study Etnografi
Terhadap Tradisi Dzikir Nazâm Al-Barzânji Sebagai Media Dakwah Di Desa
Mulia, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas,Provinsi Kalimantan
Barat), (UIN Sunan Ampel, Surabaya: 2018), hlm. 32
3

melalui migrasi warga Sambas, yang dikenal gemar merantau


tersebut.
Berikut ini adalah salah satu kajian tentang tradisi serakalan
(pembacaan dzikir nazam) pada acara resepsi pernikahan adat
melayu sambas.
Agar lebih terfokus, maka penulis membuat beberapa
rumusan sebagai berikut:
1. Apa yang disebut dengan serakalan.
2. Apa saja bacaan serakalan.
3. Bagaimana pelaksanaan serakalan di Sambas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan
deskriptif analitik. Sedang pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan fenomenologi dan historis-filosofis, dimana penelitian
ini menengok sejarah munculnya tradisi ini, apakah tradisi lisan ini
memang ada di zaman nabi atau zaman Sahabat dan tabi’in atau
sesudahnya.

B. Pembahasan
1. Tinjauan Umum tentang Al Barzanji
Al-Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak
yang isinya bertutur tentang biografi Muhammad, mencakup
nasab-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak
hingga menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat
mulia yang dimilikinya, serta berbaga peristiwa untuk dijadikan
teladan manusia. Judul aslinya adalah ‘Iqd al-Jawahir (Kalung
Permata). Namun, dalam perkembangannya, nama pengarangnya
yang lebih masyhur disebut, yaitu Syekh Ja‘far ibn Hasan ibn
Abdul Karim ibn Muhammad al-Barzanji. Dia seorang sufi yang
lahir di Madinah pada 1690 M dan meninggal pada 1766 M. 3
3
Imam Nawawi, Dalil Amalan Warga Nahdiyyin (NU), Islam dengan
Sunnah dan Bid’ah hasanah Group, E-Book, 2011, hal. 98., di unduh pada
tanggal 19 Desember 2019.
4

Di Indonesia, tradisi Berjanjen bukan hal baru, terlebih di


kalangan Nahdliyyin (sebutan untuk warga NU). Berjanjen tidak
hanya dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, namun kerap
diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara
kelahiran, akikah dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan
upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren,
Berjanjen telah menjadi kurikulum wajib.
Maulid Nabi pada mulanya adalah perayaan kaum
Syi‘ah Fatimiyah 4 di Mesir untuk menegaskan kepada publik
bahwa dinasti tersebut benar-benar keturunan Nabi. Bisa
dibilang, ada nuansa politis di balik perayaannya. Dari kalangan
Sunni, pertama kali diselenggarakan di Suriah oleh Nuruddin
pada abad XI. Pada abad itu juga Maulid digelar di Mosul Irak,
Mekkah dan seluruh penjuru Islam. 5
Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan
karya Ja‘far al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini
tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan
segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk
tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan
cara umat Islam di berbagai negeri menghormati sosok dan
perjuangan Nabi Muhammad SAW. 6

2. Selayang Pandang tentang Sambas

4
Pada awalnya, maulid aslinya adalah perayaan syi’ah; maulid mulai
muncul pada abad ke-5/ ke-11, dan maulid tidak selalu dirayakan pada tanggal
yang sama pada tahun 517 yang dirayakan pada 13 rabi’ul awal sedangkan Ibn
at-Tuwair perayaan ini selalu jatuh pada tahun 12 rabi’ul awal. Dirayakan pada
siang hari, dimana pada saat praktiknya ada khutbah dan pembacaan al-Qur’an.
Dan bertujuan untuk memberikan persembahan-persembahan kepada pejabat-
pejabat dan mengukuhkan hubungan erat antara Fatimi dan ahl bait, dengan
maksud memupuk kesetiaan terhadap imam- Khalifah Fatimi. Perayaan maulid
tetap ada meskipun kekuasaan Fatimi jatuh dan menyebar hingga ke sunni . Baca
Nico Capten, Perayaan Hari lahir Nabi Muhammad Saw, terj. Lilian D.
Tedjasudhana, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 28-29.
5
Imam Nawawi, Dalil Amalan warga NU..., hlm. 101-104
6
Ibid.
5

Kesultanan Sambas didirikan pada tahun 1080 H atau


tahun 1687 Masehi dengan Sulthan yang pertama Raden
Sulaiman yang bergelar Sulthan Muhammad Syafiuddin I. 7
Sambas terletak pada bagian paling utara dari Propinsi
Kalimantan Barat. Terletak antara 108° - 110° BT dan 0,33° -
2,8° LU dengan batas wilayah sebelah utara berbatas dengan
Sarawak (Malaysia), sebelah barat berbatas dengan Laut Natuna,
sebelah selatan berbatas dengan Kabupaten Pontianak, dan
sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Pontianak. 8
Sambas sebuah kota yang terbesar dengan luas 20.940
Km². Pada tahun 1915 berpenduduk 123.000 jiwa terdiri dari 100
orang Eropa, 26.000 orang dayak, 67.000 orang melayu, jawa
Bugis, 30.000 orang cina, 270 orang Arab dan Timur asing
lainnya. Pada tahun 1998, wilayah bekas kesultanan Sambas ini
berpenduduk 895.900 jiwa, merupakan salah satu kerajaan tertua
dan kerajaan Islam yang besar di Kalimantan barat. 9 Juga pernah
disebut Sambas sebagai “Serambi Mekah 10 ”.
Sambas secara sosio-kultur sebagian besar masyarakatnya
adalah suku melayu yang beragama Islam. Selanjutnya dikatakan
bahwa Sambas identik dengan Islam. 11 Walaupun melayu itu
bukan Islam, akan tetapi kenyataannya dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat terdapat kecenderungan itu. Pengertian mereka
adalah bahwa melayu seakan-akan identik dengan Islam. Ini
7
Achmad D. & M. Zaini, Perkembangan Kabupaten Sambas dan
Sejarahnya, (Singkawang: 1989), hal. 23.
8
Ibid., hal. 1.
9
Ansar Rahman dkk., Kabupaten Sambas; Sejarah Kesultanan dan
Pemerintahan Daerah, (Pontianak: Dinas Pariwisata PEMDA Kab. Sambas,
2001), hal. 8
10
Dikenal dengan “Serambi Mekah” atau “Serambi Mesir”, ini
disebabkan karena di daerah itu terdapat alim ulama yang belajar di Mekah dan
Mesir. Setiap di daerah hampir semuanya memiliki “orang alim” (tuan guru)
yang puluhan tahun bermukim sambil belajar agama di tanah suci Mekah dan
Madinah. Misalnya Lihat Muhammad Rahmatullah, Pemikiran Fikih maharaja
Imam Kerajaan Sambas Muhammmad Basiuni Imran (1885-1976) , (Pontianak:
Bulan sabit Press, 2003), hal. 30.
11
Ibid., hal. 30.
6

semua adalah suatu fenomena yang sudah berjalan ratusan tahun


yang lalu. Bangsa Cina, Arab, India, Pakistan, Kamboja,
Muangthai dan Vietnam yang pernah tinggal didaerah ini larut
dalam masyarakat melayu yang Islam. 12

3. Fenomena Tradisi Serakalan (Pembacaan Dzikir Nazam)


Pada Acara Resepsi Pernikahan Adat Melayu Sambas
a. Latar belakang munculnya tradisi serakalan di Sambas
Tradisi Serakalan tidak lepas dari sejarah datangnya
tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah. Karena memang yang
membawa mengenalkan barzanji atau yang dikenal di
masyarakat Sambas sebagai serakalan (dzikir Nadzam) adalah
murid-murid dari Ahmad Khatib Sambas (1803-1875), yaitu
Shaykh Muhammad Sa’ad (1807-1922) dan Shaykh Nurdin
(1835-1895) yang memang berasal dari daerah Sambas. 13
Penyebaran yang paling dominan dari kurang
tersosialisasinya ajaran tarekat qadiryah-naqsabandiyah di
Sambas adalah penyebarannya tidak melalui lembaga-lembaga
pendidikan semacam pondok pesantren, seperti halnya di pulau
Jawa. Media penyebarannya di wilayah ini hanya berpusat di
rumah-rumah guru sehingga ia hanya tersebar di kalangan
masyarakat awam dalam skala yang terbatas, akibatnya tarekat
ini tidak memperoleh perkembangan yang berarti. 14
Meskipun perkembangan tarekat Qadiriyah-
naqsabandiyah tidak sepesat di pulau Jawa, namun sebuah
tradisi baku utamanya qadiriyah, yang berkembang luas adalah
barzanji 15 (masyarakat Sambas menyebutnya Zikir nazam). Pada
12
Ibid., hal. 31.
13
Erwin Mahrus, dkk., Shaykh Ahmad Khatib Sambas (1803-1875), Sufi
dan Ulama Besar di Kenal Dunia, (Kalimantan Barat: UNTAN PRESS, 2003),
hal. 73.
14
Ibid., hal. 79-80.
15
Barzanji tidak lain adalah sebuah karya paling populer tentang maulid
(perayaan kelahiran Nabi) yang ditulis oleh Ja’far bin hasan bin ‘Abd. Al-Karim
7

awalnya, teks keagamaan yang memuat do’a dan puji-pujian


terhadap Nabi dan Ahl bait ini tidak hanya dibaca pada tanggal
12 rabi’ul Awal, bertepatan hari kelahiran Nabi Muhamamd,
akan tetapi berjalannya waktu, turun temurun menjadi tradisi
dan digunakan pada banyak acara lain; pada berbagai siklus
kehidupan manusia seperti pemotongan rambut bayi untuk
pertama kalinya (‘aqiqah), khitanan, perkawinan, selamatan
(memenuhi nazar dan menempati rumah baru), dan ritual tolak
bala (menagkal bahaya). Dan kemudian juga menjadi sebuah
seni budaya. 16 Akan tetapi di sini tidak dibahas tuntas mengenai
masalah tarekat qadiriyah, karena fokusnya adalah pada tradisi
serakalan (bacaan zikir nazam) pada acara resepsi pernikahan di
Sambas.

b. Pengertian Serakalan
Serakalan adalah serapan dari bahasa Arab “Asyraqa”,
mengambil dari kata lengkapnya “Asyraqal badru ‘alaina”
yang arti bebasnya “telah hadir rembulan di tengah-tengah kita”.
Serakalan merupakan ritual keagamaan Islam tradisional yang
mengkombinasikan syair-syair pujian Shalawat kepada Nabi
dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan
“marhabanan” atau “debaan” (maulid ad-Diba’iy). Dan yang
dibaca dalam serakalan adalah shalawatan dari kitab al-
Barzanji. 17
Serakalan dalam pesta pernikahan diperkenalkan ke
masyarakat Sambas kira-kira pada tahun 1897. Selain sebagai
shalawat ke atas junjungan Nabi Muhammad saw, menurut salah
satu tokoh agama di daerah ini, serakalan dilakukan sebagai

bin Muhamamd al-Barzanji (1690-1764), lahir di madinah dan menghabiskan


seluruh usianya di sana.
16
Erwin mahrus, dkk., Shaykh Ahmad Khatib..., hal. 81.
17
Wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Gapura tanggal 11
Januari 2020.
8

acara tambahan dari pesta pernikahan, yang kemudian lama


kelamaan justru serakalan ini menjadi salah satu rangkaian
kegiatan resepsi pernikahan, dan hingga kini menjadi rangkaian
acara wajib dalam resepsi pernikahan. Ada juga sebagian
masyarakat yang mengatakan bahwa serakalan adalah untuk
mengisi acara resepsi pernikahan agar lebih meriah 18 .
Memang Pada ritual atau acara lain, syair shalawat ini
menjadi bacaan pembuka ketika para jamaah dibaiyyah berdiri
(mahallul qiyaam) dalam melantunkan kidung berjanji (maulid
al-barzanji). Hal ini merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang
berkaitan erat dengan peristiwa kedatangan rasulullah hijrah di
madinah. Akan tetapi fenomena di Sambas ini justru menjadi
tradisi serakalan di setiap acara syukuran. Dan menjadi tradisi
wajib dalam acara resepsi pernikahan. Tokoh masyarakat
mengatakan bahwa Acara Pernikahan adalah acara yang sakral,
merupakan majlis tempat berkumpulnya sanak keluarga dan
masyarakat bersuka cita, jadi sudah sepatutnya pada acara ini
dilantunkan zikir dan shalawat ke atas junjungan nabi
Muhammad saw.
Serakalan ini dilakukan oleh tamu undangan laki-laki.
Perlu diketahui bahwa, tamu undangn laki-laki dan perempuan
itu dipisah tempat duduknya. Tamu laki-laki biasanya
ditempatkan pada tarup 19 diluar rumah dan tamu perempuan di
dalam rumah mempelai.

c. Pelaksanaan Serakalan (Pembacaan Dzikir Nazam)


Pada intinya serakalan adalah salah satu prosesi dalam
acara resepsi pernikahan. hal yang pertama dilakukan adalah
18
Menurut narasumber mengatakan “daripada datang pada acara dan
hanya menyantap hidangan, lebih baik mengisinya dengan acara serakalan,
sehingga acara semakin menjadi lebih meriah”.
19
Tarup adalah tenda memanjang yang dibuat khusus untuk para tamu
laki-laki dalam melaksanakan serakalan (pembacaan dzikir nazam).
9

pembukaan acara dari panitia yang telah ditunjuk sebagai


pembawa acara. Kemudian memberikan waktu kepada tuan
rumah atau yang mewakili untuk memberikan sambutan. Dan
acara inti selanjutnya adalah serakalan (pembacaan zikir nazam)
yang dipimpin oleh panitia, dan pembacaannya ini diiringi
dengan gendang atau rebana, dibaca dengan duduk sela’
membuat formasi seperti shaf shalat memanjang dan saling
berhadapan, dapat digambarkan kegiatannya adalah sebagai
berikut: 20
i. Pembukaan
ii. Sambutan tuan rumah
iii. Acara inti majlis “serakalan”, yang dibaca yaitu:
a) Asaalamu’alaika (pembacaannya dilakukan dengan duduk
sela’ “Sila”)
Salah satu lafadz-nya yaitu:

b) Pembacaan “barzanji Nazam” ( )


Dibawah ini ada salah satu yang dibaca yaitu:

20
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 11 Januari 2020.
10

c) Membaca “Asyrakal” (pembacaannya dilakukan dengan


berdiri bersama-sama s/d selesai setelah selesai semua
duduk kembali).

d) Do’a (diawali dan diakhiri dengan shalawat)


Salah satu yang dilafadzkan:
11

e) Sambutan dari tamu (salah seorang dari tamu)


f) Pandangan umum (salah seorang yang dipandang tahu/
mengerti) bersamaan dengan penyajian hidangan oleh
panitia
g) Penutupan acara dan tamu undangan menikmati hidangan
yang telah disediakan.
Demikian gambaran pembacaan serakalan yang dilaksanakan
dalam acara resepsi pernikahan.

4. Nilai – Nilai dalam Tradisi Serakalan (Pembacaan Dzikir


Nazam) Pada Acara Resepsi Pernikahan Adat Melayu
Sambas
Ada nilai – nilai pendidikan dan sosial yang bisa diambil
dari tradisi serakalan yang ada di Sambas. Selain nilai – nilai
spiritual peninggalan Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasi yang
membawa Tariqah Qadriyah Wa Naqsyabandiyah. Nilai
pendidikan dan sosial itu ialah nilai – nilai kebersamaan dan
saling menghormati adat istiadat setempat dan memperkuat
silaturrahim antar persaudaraan masyarakat Sambas itu sendiri.

C. Penutup
Dari pemaparan tersebut di atas, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, antara lain:
12

1. Serakalan adalah serapan dari bahasa Arab “Asyraqa”,


mengambil dari kata lengkapnya “Asyraqal badru
‘alaina” yang arti bebasnya “telah hadir rembulan di
tengah-tengah kita”.
2. Serakalan merupakan ritual keagamaan Islam tradisional
yang mengkombinasikan syair-syair pujian Shalawat
kepada Nabi (kitab al-Barzanji) dalam istilah lain, ritual
ini dapat pula disebut dengan “marhabanan” atau
“debaan” (maulid ad-Diba’iy). Serakalan pada intinya
adalah salah satu prosesi dari acara resepsi pernikahan
dan merupakan ritual wajib.
3. Serakalan dilaksanakan dengan beramai-ramai dan dibaca
oleh tamu undangan laki-laki, serakalan dibaca dalam
acara resepsi pernikahan, karena merupakan acara yang
sakral. Supaya mendapatkan berkah yang melimpah baik
bagi yang punya hajat dan kedua mempelai maupun bagi
tamu undangan hingga masyarakat setempat, maka
dilaksanakanlah serakalan (zikir nazam) sebagaimana
yang diterangkan oleh hadis Nabi. Fungsi peringatan,
kandungan kitab Dzikir Nazam dapat dijadikan
introspeksi bagi masyarakat yang mendengarkan. Peran
struktur sosial seperti tokoh masyarakat dan agama
adalah sebagai pengendali dan pengawasan, lembaga adat
Melayu menyelenggarakan berbagai kegiatan dan
masyarakat sebagai unsur pendukung lestarinya tradisi ini
menjadi generasi penerus dan atau yang mengundang
Dzikir Nazam dalam acara-acara besar merupakan rekasi
rasa suka (girang) yang masih dilakukan sampai saat ini,
sehingga terlihat eksistensinya.
13

Daftar Referensi
Achmad D. & M. Zaini, 1989. Perkembangan Kabupaten Sambas dan
Sejarahnya, Singkawang.
Capten, Nico, 1994, Perayaan Hari lahir Nabi Muhammad Saw, terj.
Lilian D. Tedjasudhana, Jakarta: INIS.
Hidayat, Nurul, 2018, Dakwah Berbasis Kearifan Lokal (Study
Etnografi Terhadap Tradisi Dzikir Nazâm Al-Barzânji Sebagai
Media Dakwah Di Desa Mulia, Kecamatan Teluk Keramat,
Kabupaten Sambas,Provinsi Kalimantan Barat), UIN Sunan
Ampel, Surabaya.
Mahrus, Erwin, dkk., 2003, Shaykh Ahmad Khatib Sambas (1803-
1875), Sufi dan Ulama Besar di Kenal Dunia, Kalimantan
Barat: Untan Press.
Nasrullah, dkk, Pembaruan Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad
Basiuni Imran (1906-1976 M), Jurnal Diskursus Islam, Vol. 6
No. 1, April 2018.
Nawawi, Imam, 2011.Dalil Amalan Warga Nahdiyyin (NU), Islam
dengan Sunnah dan Bid’ah hasanah Group, E-Book.
Rahman, Ansar dkk., 2001, Kabupaten Sambas; Sejarah Kesultanan
dan Pemerintahan Daerah, Pontianak: Dinas Pariwisata
PEMDA Kab. Sambas.
Rahmatullah, Muhammad, 2003, Pemikiran Fikih maharaja Imam
Kerajaan Sambas Muhammmad Basiuni Imran (1885-1976),
Pontianak: Bulan sabit Press.
14

Lampiran – Lampiran
1. Dokumentasi

Dzikir Nazam Barzanji dalam Acara Pernikahan Adat Melayu


Sambas “Pembacaan Asyarkal dengan Posisi Berdiri”

Dzikir Nazam Barzanji dalam Acara Pernikahan Adat Melayu


Sambas “Pembacaan Assalamu’alaik dengan Posisi Duduk”
15

Dzikir Nazam Barzanji dalam Acara Peringatan Maulid Nabi


Muhammad SAW yang lebih dikenal dengan “Dzikir Maulud”

Proses Pengajaran Cara Bermain “Gendang” atau Rebana terhadap


Generasi Muda
16

Proses Latihan untuk Acara Dzikir Maulud Se – Desa Gapura, di


Dusun Sungai Puguk Desa Gapura, Sambas
17

Pengenalan dan Penghafalan Fasal di Kitab Dzikir Nazam Al


Barzanji “Surat Dziker” (Istilah dari orang Sambas) kepada
Generasi Muda
18

Sepenggal Naskah Fasal “Assyarkal” atau “Assalamu’alaik”

Anda mungkin juga menyukai