Abstrak
Tradisi Dzikir Nazam Al-Barzanji sebagai tradisi tutur bernuansa Islami
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu fungsi menghibur, menghibur
masyarakat yang sedang bekerja dalam mempersiapkan acara di tempat
piste gamber. Fungsi media dakwah, kendatipun penembangan dan
kandungan pesannya bernuansa islami berdasarkan syari’at Islam. Fungsi
peringatan, kandungan pesan dalam Dzikir Nazam Al-Barzanji juga
mengandung peringatan-peringatan dalam mengoreksi prilaku kehidupan
kita sehari-hari (introspeksi diri). Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, dengan deskriptif analitik. Sedang pendekatan dalam penelitian
ini adalah pendekatan fenomenologi dan historis-filosofis, dimana
penelitian ini menengok sejarah munculnya tradisi ini, apakah tradisi
lisan ini memang ada di zaman nabi atau zaman Sahabat dan tabi’in atau
sesudahnya. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa Dzikir Nazam
memiliki tiga fungsi, diantaranya yaitu hiburan, setiap hajatan
masyarakat mesti persiapan seperti masak dilakukan semalam suntuk dan
melalui Dzikir Nazam, masyarakat terhibur dalam bekerja. Fungsi
dakwah, potensi Dzikir Nazam dapat dijadikan media dakwah kendati pun
memiliki pesan-pesan ajaran Islam. Fungsi peringatan, kandungan kitab
Dzikir Nazam dapat dijadikan introspeksi bagi masyarakat yang
mendengarkan. Peran struktur sosial seperti tokoh masyarakat dan agama
adalah sebagai pengendali dan pengawasan, lembaga adat Melayu
menyelenggarakan berbagai kegiatan dan masyarakat sebagai unsur
pendukung lestarinya tradisi ini menjadi generasi penerus dan atau yang
mengundang Dzikir Nazam dalam acara-acara besar merupakan rekasi
rasa suka (girang) yang masih dilakukan sampai saat ini, sehingga
terlihat eksistensinya.
A. Pendahuluan
Sambas dikenal sebagai Serambi Mekkah Kalimantan Barat,
ajaran dan berbagai tradisi Islam tumbuh dan berkembang di
masyarakat sana. Dari situ juga lahirlah sejumlah ulama besar dan
berpengaruh. 1 Salah satu tradisi keagamaan yang hingga kini masih
1
Nasrullah, dkk, Pembaruan Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad
Basiuni Imran (1906-1976 M), Jurnal Diskursus Islam, Vol. 6 No. 1, April
1
2
2018.
2
Nurul Hidayat, Dakwah Berbasis Kearifan Lokal (Study Etnografi
Terhadap Tradisi Dzikir Nazâm Al-Barzânji Sebagai Media Dakwah Di Desa
Mulia, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas,Provinsi Kalimantan
Barat), (UIN Sunan Ampel, Surabaya: 2018), hlm. 32
3
B. Pembahasan
1. Tinjauan Umum tentang Al Barzanji
Al-Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak
yang isinya bertutur tentang biografi Muhammad, mencakup
nasab-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak
hingga menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat
mulia yang dimilikinya, serta berbaga peristiwa untuk dijadikan
teladan manusia. Judul aslinya adalah ‘Iqd al-Jawahir (Kalung
Permata). Namun, dalam perkembangannya, nama pengarangnya
yang lebih masyhur disebut, yaitu Syekh Ja‘far ibn Hasan ibn
Abdul Karim ibn Muhammad al-Barzanji. Dia seorang sufi yang
lahir di Madinah pada 1690 M dan meninggal pada 1766 M. 3
3
Imam Nawawi, Dalil Amalan Warga Nahdiyyin (NU), Islam dengan
Sunnah dan Bid’ah hasanah Group, E-Book, 2011, hal. 98., di unduh pada
tanggal 19 Desember 2019.
4
4
Pada awalnya, maulid aslinya adalah perayaan syi’ah; maulid mulai
muncul pada abad ke-5/ ke-11, dan maulid tidak selalu dirayakan pada tanggal
yang sama pada tahun 517 yang dirayakan pada 13 rabi’ul awal sedangkan Ibn
at-Tuwair perayaan ini selalu jatuh pada tahun 12 rabi’ul awal. Dirayakan pada
siang hari, dimana pada saat praktiknya ada khutbah dan pembacaan al-Qur’an.
Dan bertujuan untuk memberikan persembahan-persembahan kepada pejabat-
pejabat dan mengukuhkan hubungan erat antara Fatimi dan ahl bait, dengan
maksud memupuk kesetiaan terhadap imam- Khalifah Fatimi. Perayaan maulid
tetap ada meskipun kekuasaan Fatimi jatuh dan menyebar hingga ke sunni . Baca
Nico Capten, Perayaan Hari lahir Nabi Muhammad Saw, terj. Lilian D.
Tedjasudhana, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 28-29.
5
Imam Nawawi, Dalil Amalan warga NU..., hlm. 101-104
6
Ibid.
5
b. Pengertian Serakalan
Serakalan adalah serapan dari bahasa Arab “Asyraqa”,
mengambil dari kata lengkapnya “Asyraqal badru ‘alaina”
yang arti bebasnya “telah hadir rembulan di tengah-tengah kita”.
Serakalan merupakan ritual keagamaan Islam tradisional yang
mengkombinasikan syair-syair pujian Shalawat kepada Nabi
dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan
“marhabanan” atau “debaan” (maulid ad-Diba’iy). Dan yang
dibaca dalam serakalan adalah shalawatan dari kitab al-
Barzanji. 17
Serakalan dalam pesta pernikahan diperkenalkan ke
masyarakat Sambas kira-kira pada tahun 1897. Selain sebagai
shalawat ke atas junjungan Nabi Muhammad saw, menurut salah
satu tokoh agama di daerah ini, serakalan dilakukan sebagai
20
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 11 Januari 2020.
10
C. Penutup
Dari pemaparan tersebut di atas, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, antara lain:
12
Daftar Referensi
Achmad D. & M. Zaini, 1989. Perkembangan Kabupaten Sambas dan
Sejarahnya, Singkawang.
Capten, Nico, 1994, Perayaan Hari lahir Nabi Muhammad Saw, terj.
Lilian D. Tedjasudhana, Jakarta: INIS.
Hidayat, Nurul, 2018, Dakwah Berbasis Kearifan Lokal (Study
Etnografi Terhadap Tradisi Dzikir Nazâm Al-Barzânji Sebagai
Media Dakwah Di Desa Mulia, Kecamatan Teluk Keramat,
Kabupaten Sambas,Provinsi Kalimantan Barat), UIN Sunan
Ampel, Surabaya.
Mahrus, Erwin, dkk., 2003, Shaykh Ahmad Khatib Sambas (1803-
1875), Sufi dan Ulama Besar di Kenal Dunia, Kalimantan
Barat: Untan Press.
Nasrullah, dkk, Pembaruan Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad
Basiuni Imran (1906-1976 M), Jurnal Diskursus Islam, Vol. 6
No. 1, April 2018.
Nawawi, Imam, 2011.Dalil Amalan Warga Nahdiyyin (NU), Islam
dengan Sunnah dan Bid’ah hasanah Group, E-Book.
Rahman, Ansar dkk., 2001, Kabupaten Sambas; Sejarah Kesultanan
dan Pemerintahan Daerah, Pontianak: Dinas Pariwisata
PEMDA Kab. Sambas.
Rahmatullah, Muhammad, 2003, Pemikiran Fikih maharaja Imam
Kerajaan Sambas Muhammmad Basiuni Imran (1885-1976),
Pontianak: Bulan sabit Press.
14
Lampiran – Lampiran
1. Dokumentasi