Disusun Oleh :
Ramadhani Rahman
NIM : 18.11.1370
Mahrudin
NIM : 18.12.1420
Dosen Pembimbing :
AL FALAH BANJARBARU
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
telah diwariskan oleh nenek moyang, terutama terlihat pada masyarakat yang
dibawa oleh para penyebar agama Islam dengan kebudayaan lokal yang sudah ada
terhimpun dalam bingkai upacara daur hidup. Rangkaian upacara daur hidup itu
Sebenarnya, upacara ini telah menjadi ritual wajib yang sudah menjadi tradisi jauh
sebelum ajaran Islam dianut oleh orang-orang Suku Banjar. Dulu, upacara adat ini
2
dikenal dengan sebutan upacara Baayun Anak. Sejalan dengan masuknya Islam,
maka kemudian upacara Baayun Anak dipadukan dengan ajaran agama Islam dan
I.2 Tujuan
I.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Penjelasan
Upacara Baayun Mulud atau Baayun Anak adalah salah satu bagian dari
rangkaian upacara daur hidup yang berlaku di dalam tradisi orang-orang Suku
tradisi yang menjadi rangkaian dari upacara daur hidup urang (orang) Banjar,
upacara Baayun Mulud/Baayun Anak juga dapat dijadikan sebagai sarana upacara
tolak bala.
1. Asal-usul
urang Banjar juga masih memegang teguh tradisi dan adat-istiadat yang telah
diwariskan oleh nenek moyang, terutama terlihat pada masyarakat yang hidup di
kehidupan urang Banjar (dan juga Dayak) yang dahulu menganut ajaran
Seiring dengan masuk dan berkembangnya ajaran agama Islam dalam kehidupan
urang Banjar, maka terjadilah proses akulturasi antara ajaran yang dibawa oleh
para penyebar agama Islam dengan kebudayaan lokal yang sudah ada sebelumnya,
Baayun Anak.
5
terhimpun dalam bingkai upacara daur hidup. Rangkaian upacara daur hidup itu
Sebenarnya, upacara ini telah menjadi ritual wajib yang sudah menjadi tradisi jauh
sebelum ajaran Islam dianut oleh orang-orang Suku Banjar. Dulu, upacara adat ini
dikenal dengan sebutan upacara Baayun Anak. Sejalan dengan masuknya Islam,
maka kemudian upacara Baayun Anak dipadukan dengan ajaran agama Islam dan
sebagai sarana atau media untuk mengenalkan si anak kepada Datu Ujung, yakni
sosok leluhur yang digambarkan sakti mandraguna dan memiliki pengaruh yang
sangat besar. Urang Banjar pada zaman dahulu meyakini bahwa anak-anak
mereka bisa memperoleh keberkatan dalam hidupnya, tidak mudah menangis, dan
terhindar dari segala marabahaya. Untuk itu, pada zaman dahulu, setiap anak
harus melalui upacara Baayun Anak sebagai tanda penghormatan dan sekaligus
Mangkurat).
kepada leluhur, diselaraskan dengan ajaran Islam, yakni agar si anak dapat
6
mendapat sifat-sifat baik seperti yang dimiliki oleh Nabi Muhammad. Akulturasi
terhadap tradisi ini terjadi secara damai dan harmonis serta menjadi substansi
yang berbeda dengan sebelumnya karena tradisi lama berubah menjadi tradisi
Selaras dengan itu, namanya pun berganti dari Baayun Anak menjadi Baayun
Mulud karena ritual adat ini diselenggarakan pada setiap bulan Mulud/Rabi’ul
Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad. Ditelisik dari namanya, istilah “Baayun
Mulud” terdiri dari dua kata, yaitu “baayun” dan “mulud”. Kata “baayun” berarti
berasal dari bahasa Arab “maulud”, merupakan ungkapan masyarakat Arab untuk
Mulud mempunyai arti sebagai berikut: “Kegiatan mengayun anak (bayi) sebagai
ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad, sang pembawa rahmat bagi
sekalian alam”.
Baayun Anak atau Baayun Mulud adalah proses budaya yang menjadi salah satu
simbol kearifan dakwah ulama Banjar dalam mendialogkan makna hakiki ajaran
agama dengan budaya masyarakat Banjar. Maulid adalah simbol agama dan
pembawa Islam, untuk mengikuti ajaran dan petuahnya. Sedangkan Baayun Anak
terangkum deskripsi biografi Nabi Muhammad sekaligus doa, upaya, dan harapan
untuk meneladaninya.
Mengayun anak ini ada yang mengayun biasa dan ada yang badundang.
badundang adalah mengayun dengan memegang tali ayunan. Yang lebih menarik
adalah menidurkan anak ini sang ibu sambil bernyanyi, bernyanyi dengan suara
merdu berayun-ayun atau mendayu-dayu. Lirik lagu ini sangat puitis. Liriknya
seperti ini :
Isi lirik ini adalah pujian anaknya yang cantik ( cakap ) dan doa agar anaknya
Seandainya anaknya masih rewel tidak juga mau tidur, biasanya sang ibu berkata :
Baayun anak ini terkadang sengaja diadakan pada acara Maulid Nabi yakni
tanggal 12 Rabiul Awal. Dengan maksud agar mendapat berkah kelahiran Nabi
Muhammad SAW.
Pada perkembangannya, maayun anak ini menjadi sebuah tradisi budaya yang
setiap tahun digelar dengan istilah “ Baayun Maulud” Baayun Maulud ini
sungguh berisi pesan-pesan religiusitas, filosofis dan local wisdom ( kearifan local
).
Upacara Baayun Anak sebagai bagian tradisi dakwah Islam sebenarnya sudah
yakni pada dekade kedua abad ke-14 Masehi. Pada awalnya, upacara ini hanya
diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga besar kerajaan yang lahir pada bulan
Safar karena bulan ini dipercaya sebagai bulan yang penuh bala atau malapetaka.
Oleh karena itu, untuk menghindari tertimpanya hal-hal yang tidak diinginkan
pada anak, maka si anak wajib diayun sebagai bentuk ritual tolak bala.
Seiring dengan berjalannya waktu, ritual adat ini juga populer di kalangan
sungai. Peruntukan upacara ini tidak lagi hanya bagi anak lahir di bulan Safar tapi
dengan sebutan Baayun Mulud. Tradisi ini rutin diselenggarakan saban tahun,
pada setiap tanggal 12 bulan Mulud atau Rabiul Awal tahun Hijriyah (dalam
Upacara Baayun Mulud dilakukan ketika anak berusia 0-5 tahun. Namun
atau Baayun Mulud ini ada yang diselenggarakan di rumah, namun bisa juga
dilakukan di balai desa, masjid, atau di tempat yang lapang secara massal.
9
a. Ayunan (Baayun)
Ayunan dibuat dari tapih bahalai atau kain sarung wanita yang pada ujungnya
diikat dengan tali atau pengait. Ayunan ini biasanya digantungkan pada
penyangga ruangan tengah rumah. Pada tali tersebut diikatkan Yasin, daun
jariangau, kacang parang, dan katupat guntur, dengan tujuan sebagai penangkal jin
(mahluk halus) atau penyakit yang dapat mengganggu bayi. Posisi bayi yang
diayun ada yang dibaringkan dan ada pula posisi duduk dengan istilah
“dipukung”.
Kain ayunan ini terdiri atas 3 (tiga) lapis. Lapisan paling atas menggunakan kain
sarigading atau sasirangan (kain tenun khas Banjar). Pada zaman dahulu, kain
sasirangan yang bisa digunakan untuk ayunan dalam upacara Baayun Anak harus
menggunakan kain kuning (kain belacu yang diberi warna kuning dari sari
kunyit), dan lapisan paling bawah memakai kain bahalai (kain panjang tanpa
sambungan jahitan).
b. Hiasan Ayunan
Hiasan ayunan terdiri dari janur pohon nipah atau pohon kelapa atau pohon enau.
Baayun Anak atau Baayun Mulud antara lain berbentuk tangga puteri, tangga
10
Hiasan lain yang biasanya ditambahkan dapat berupa buah pisang, kue cucu, kue
cincin, dan hiasan-hiasan lain. Selain itu, pada tali ayunan juga diberi beraneka
c. Piduduk
yang termasuk dalam piduduk antara lain 3,5 liter beras, 1 biji gula merah, sedikit
garam (untuk anak laki-laki) atau sedikit garam ditambah dengan minyak goreng
d. Sesaji
Sesaji adalah perlengkapan atau syarat upacara. Sesaji yang diperlukan dalam
pelaksanaan upacara adat Baayun Mulud antara lain telur dan nasi lamak (lakatan)
atau nasi ketan bersantan. Sesaji disajikan di dalam piring yang diisi dengan
susunan nasi lamak, kue apem, kue cucur, inti kelapa, telur ayam rebus, papari,
pisang, dan tape ketan. Sesaji lainnya dan piduduk ditempatkan pada sebuah
ember ukuran kecil, yakni berupa beras, buah kelapa yang sudah dikupas kulitnya,
4. Tata Laksana
a. Tahap persiapan
11
direncanakan diikuti oleh banyak peserta, seperti pada tahun 2007 yang diikuti
mesjid – mesjid yang mempunyai nilai – nilai historis dan dianggap keramat.
masyarakat.
Sehari sebelum pelaksanaan upacara, para orang tua hendak mengayun anaknya
(baca : mengikuti upacara Baayun Mulud) atau keluarga yang hendak mengayun
Setelah itu, dilanjutkan dengan membuat ayunan. Membuat ayunan bisa dilakukan
masing.
Kemudian, tali pengikat ayunan dihias dengan beraneka ragam hiasan seperti
janur yang telah dibuat beraneka ragam bentuk, buah – buahan dan kue – kue.
12
pelaksanaan upacara.
Pada malam hari menjelang pelaksanaan upacara Baayun Mulud, para ibu sibuk
dimulai.
b. tahap pelaksanaan
pelaksanaan upacara Baayun Mulud ditandai oleh dua kegiatan penting, yaitu :
pembacaan syair – syair arab yang berisi pujian – pujian kepada Nabi Muhammad
sebagai berikut :
Pada hari pelaksanaan upacara, para peserta akan mendatangi tempat pelaksanaan
upacara. Bagi yang berasal dari luar daerah biasanya datang menggunakan
angkutan umum. Ada juga yang datang ke lokasi acara sehari sebelum hari
mesjid.
Peserta yang datang, biasanya langsung mencicipi penganan khas Banjar yang
dalam masjid.
13
Sekitar jam 10.00 pagi, acara segera dilaksanakan dengan dipimpin oleh tokoh
Ketika para pembaca syair – syair sedang bersiap –siap, para orang tua segera
Ketika syair – syair tersebut dibacakan, para orang tua segera mengayun putra –
putri mereka yang berada di dalam ayunan secara perlahan – lahan dengan cara
Setelah syair – syair barisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW selesai
Selanjutnya, upacara Baayun Mulud ditutup dengan pembacaan doa dan makan
bersama.
Prosesi Upacara
Setelah semua peralatan dan bahan tersedia, maka prosesi upacara adat Baayun
upacara, yakni di ruangan bagian depan. Sebelumnya, ayunan tersebut telah diisi
Orang-orang yang hendak menyaksikan jalannya upacara Baayun Mulud ini bisa
siapa saja, termasuk warga dari lain kampung. Bahkan, tidak jarang pula ada
orang yang sudah tua ikut upacara ini karena mereka merasa pada waktu kecil
dulu tidak sempat melakukan Baayun Mulud. Para hadirin upacara ini diatur tata
letaknya, yaitu memadati bagian sisi ayunan. Kaum laki-laki berjajar pada bagian
depan ruang utama masjid atau rumah, tepatnya di barisan depan jajaran ayunan.
Sementara itu, semua syarat upacara diletakkan di bawah ayunan. Demikian pula
di setiap tiang utama masjid diletakkan piduduk yang ditempatkan pada dua buah
piring makan, yakni beras kuning dengan inti kelapa yang diletakkan tepat di
tengah-tengahnya.
Setelah semua siap, maka dimulailah acara pembacaan Kitab Maulid Nabi.
dimulai dengan pembacaan Syair Maulid yang dipimpin oleh seorang Tuan Guru
(ulama) dengan diiringi irama tetabuhan rebana. Syair-syair Maulid yang umum
dibawakan pada acara Baayun Anak seperti syair Mawlud Barjanzi, Mawlud
Saat syair-syair itu dibacakan, tepatnya ketika akan memasuki kalimat asyraqal,
anak yang akan diayun dibawa ke tempat upacara. Setelah batu pipih yang tadi
ke dalam ayunan. Pada saat yang sama, yakni ketika memasuki kalimat asyraqal,
karena saat-saat itulah dipercaya bahwa ruh Nabi Muhammad hadir untuk
Sembari para hadirin berdiri, anak yang berada di dalam ayunan itu mulai diayun-
sebelumnya telah dikaitkan pada pangkal ayunan (Data dari Museum Lambung
Mangkurat). Dalam tradisi urang Banjar, dikenal dua macam cara mengayun,
Ketika momen pembacaan kalimat asyraqal berlangsung, ibu si anak yang sedang
diayun itu turut khidmat dan ikut melafalkan lantunan kalimat syair sambil
mengangkat anaknya ke pangkuan. Pada waktu yang bersamaan, Tuan Guru yang
Tapung tawar adalah tahap prosesi dalam memberi berkat dengan mengusap jidat
anak dan memercikannya dengan air khusus yang biasanya disebut dengan air
tutungkal. Air ini terdiri dari campuran air, minyak buburih, dan rempah-rempah.
Setelah selesai prosesi tapung tawar, para hadirin duduk kembali. Pembacaan doa
dilakukan dengan pengulangan sebanyak 7 (tujuh) kali. Setelah tapung tawar, ada
sejumlah kalangan tertentu yang melanjutkan upacara ini dengan prosesi naik
turun tangga manisan tebu atau acara batumbang, namun ada juga yang langsung
ke acara penutup.
16
Prosesi upacara Baayun Mulud ditutup dengan pembacaan doa yaitu doa Khatam
diakhiri dengan ceramah yang disampaikan oleh seorang ulama. Setelah semua
rangkaian acara dilaksanakan, maka tiba saatnya bagi seluruh hadirin untuk
SAW, maka upacara tersebut ditandai oleh pembacaan syair – syair yang berisi
pujian, shalawat dan doa–doa untuknya. Syair – syair tersebut dibaca dengan cara
dilagukan secara merdu dan indah. Adapun syair – syair yang dibaca dalam
upacara ini, di antaranya adalah : syair barzanji, syair syarafal anam dan syair
doba’i.
Dalam pelaksanaan upacara Baayun Mulud atau Baayun Anak, terdapat beberapa
Anak yang sedang diayun tidak boleh dalam keadaan tertidur sewaktu upacara
7. Nilai-nilai
Pelaksanaan upacara Baayun Mulud atau Baayun Anak, yang kemudian berpadu
Meneladani dan mengambil berkah atas keluhuran dan kemuliaan yang dimiliki
Wujud nyata kearifan lokal dalam menterjemahkan hadits dan perintah Nabi
untuk menuntut ilmu sejak dari buaian (ayunan). Ilmu yang dituntut adalah ilmu
yang telah dianjurkan oleh Nabi, yakni mencakup ilmu dunia dan ilmu akhirat.
Dalam pelaksanaan upacara ini terkandung harapan agar si anak yang diayun
Sebagai bentuk pelestarian tradisi leluhur namun dengan tetap menjaga nilai-nilai
keislaman.
Sebagai salah satu upaya untuk mewariskan dan mengenalkan tradisi urang Banjar
Selain itu, doa-doa dan berbagai perlengkapan yang digunakan dalam upacara
susunan bahan-bahan dalam piduduk, antara lain beras dimaksudkan agar paras
muka si anak menjadi lebih rupawan, kelapa dan gula memuat maksud supaya
tutur kata si anak menjadi halus dan senantiasa berkata-kata manis (baik), garam
dengan harapan agar pembawaan si anak menjadi berwibawa, dan minyak goreng
18
(bagi anak perempuan) ditujukan supaya si anak menjadi orang yang peka
terhadap sekitarnya.
Awalnya, tradisi ini adalah upacara nenek moyang orang Banjar yang masih
dengan arif meniupkan ruh Islam dalam tradisi yang disebut Baayun Mulud ini.
Sarat nilai filosofis, pesan religiusitas, dan kearifan lokal (local wisdom).
dalam upacara daur hidup manusia. Setelah bayi dilahirkan, memberi nama yang
Pemberian nama dalam adat Banjar dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama
dilakukan langsung oleh bidan yang membantu kelahiran anak tersebut. Proses ini
terjadi saat bidan melakukan pemotongan tangking (tali/tangkai) pusat, pada saat
itu bidan akan memberikan nama sementara yang diperkirakan cocok untuk anak
tersebut.
seperti ditanam) serbuk rautan emas dan serbuk intan ke dalam lubang pangkal
pusatnya. Hal ini dimaksudkan agar si anak kelak kalau sudah dewasa memiliki
semangat keras dan hidup berharga seperti sifat intan dan emas.
Pada upacara ini akan dimulai dengan membaca ayat suci al-Quran kemudian
diteruskan dengan pemberian nama resmi kepada anak yang dilakukan oleh
patuan guru yang sudah ditunjuk. Begitu pemberian nama selesai diucapkan,
rambut si anak dipotong sedikit, pada bibirnya diisapkan garam, madu, dan air
19
kelapa. Ini dimaksudkan agar hidup si anak berguna bagi kehidupan manusia
seperti sifat benda tersebut. Anak yang sudah diberi nama ini akan dibawa
berkeliling oleh ayahnya untuk ditapung tawari dengan minyak likat baboreh.
Tapung tawar diberikan oleh beberapa orang tua yang hadir di acara tersebut
Upacara ini dilakukan di dalam masjid, pada ruangan tengah masjid dibuat ayunan
yang membentang pada tiang-tiang masjid. Ayunan yang dibuat ada tiga lapis,
lapisan atas digunakan kain sarigading (sasirangan), lapisan tengah kain kuning
(kain belacu yang diberi warna kuning dari sari kunyit), dan lapisan bawah
memakai kain bahalai (kain panjang tanpa sambungan jahitan). Pada bagian tali
mengunakan buah-buahan atau kue tradisional seperti cucur, cincin, kue gelang,
Kepada setiap orang tua yang mengikutsertakan anaknya pada upacara ini harus
menyerahkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang berisi beras kurang lebih tiga
setengah liter, sebiji gula merah, sebiji kelapa, sebiji telur ayam, benang, jarum,
sebongkah garam, dan uang perak. Piduduk ini bukan seperti sarana kemusyrikan
orang yang hadir. Sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus merekatkan ikatan
Dalam upacara nanti akan dibacakan berbagai syair, seperti syair Barzanji, syair
Syarafal Anam, dan syair Diba’i. Anak-anak yang ingin diayun akan dibawa saat
perlahan-lahan dengan cara menarik selendang yang diikat pada ayunan. Maksud
diayun pada saat itu adalah untuk mengambil berkah atas kemuliaan Nabi
Muhammad SAW, orang tua yang hadir ber-harap anak yang diayun menjadi
Baayun asal katanya dari ‘ayun’, jadi bisa diterjemahkan bebas ‘melakukan proses
ayunan/buaian’. Bayi yang mau ditidurkan biasanya akan diayun oleh ibunya,
tertidur lelap. Asal kata ‘mulud’ dari sebutan masyarakat untuk peristiwa maulud
Tradisi yang dilakukan secara massal ini sebagai pencerminan rasa syukur kepada
Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya atas kelahiran Nabi Muhammad
SAW yang membawa rahmat bagi sekalian alam, upacara ini diibaratkan
merdu.
Upacara baayun mulud dilaksanakan pada pagi hari dimulai pukul 10.00, lebih
upacara ini akan merasa sangat bahagia dan beruntung. “Tradisi ini sarat dengan
21
sejarah, muatan nilai, filosofis, akulturasi dan prosesi budaya yang berharga bagi
Uniknya, peserta Baayun Mulud ini tidak terbatas pada bayi yang ada di kampung
yang melaksa-nakan saja, tetapi boleh saja peserta dari kampung lain ikut
meramaikan. Bahkan saat ini ada saja orang yang sudah dewasa ikut baayun.
“Tujuannya beragam, ada yang sekedar ingin ikut-ikutan tetapi sebagian besar
karena nazar, ingin sembuh dari penyakit, membuang sial, mencari berkah, serta
sebagai ucapan syukur setelah satu keinginan telah terwujud,” ujar Abdul Khaer,
Menurutnya, tradisi semacam ini haruslah tetap dilestarikan sebagai salah satu
bagian dari kekayaan khazanah budaya Nusantara. Terlebih, Baayun Mulud juga
pada tradisi nenek moyang. “Sehingga, dengan cara seperti ini Islam bisa
Setelah Islam diterima dan dinyatakan sebagai agama resmi kerajaan oleh pendiri
kerajaan Islam Banjar, Sultan Suriansyah, pada tanggal 24 September 1526, maka
pinggir sungai (DAS) sebagai jalur utama transportasi dan perdagangan ketika itu.
Jalur masuknya Islam ke Banua Halat adalah, jalur lalu lintas sungai dari
Tabirai sampai ke Banua Gadang. Dari Banua Gadang dengan memudiki sungai
22
Banua Halat biasanya melaksanakan acara Aruh Ganal. Upacara ini dilaksanakan
padi, sehingga sebagai ungkapan rasa syukur sehabis panen mereka pun
melaksanakan Aruh Ganal, yang diisi oleh pembacaan mantra dari para Balian.
Setelah Islam masuk dan berkembang serta berkat perjuangan dakwah para ulama,
persembahan kepada para dewa dan leluhur, nenek moyang di Balai, akhirnya
Sistem dan pola pelaksanaan upacara tetap. “Akulturasi terhadap tradisi ini terjadi
secara damai dan harmonis serta menjadi substansi yang berbeda dengan
sebelumnya, karena ia berubah dan menjadi tradisi baru yang bernafaskan Islam,”
nilai Islam.
anak) bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw (12 Rabiul
Awal 1432 H). Baayun asal katanya “ayun’ yang diartikan “melakukan proses
ayunan”. Bayi yang mau ditidurkan dalam ayunan biasanya akan diayun oleh
ibunya Asal kata maulid berasal dari peristiwa maulid (kelahiran) Nabi
mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid atau bersamaan dengan
peringatan maulid Nabi Muhammad Saw. Orang Banjar, kadang menyebut maulid
dengan sebutan mulud, sehingga disebut baayun mulud atau ayun mulud.
Selain Kuin Utara Banjarmasin, tradisi baayun maulid tahun ini akan
Mukarramah desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara Kabupaten Tapin.
masjid, maka di Kuin Utara mengambil tempat di areal komplek pekuburan yakni
adanya akulturasi budaya antara unsur kepercayaan lama dan Islam. Sebelum
24
upacara maayun anak mengalami akulturasi dengan agama Hindu dan Islam. Hal
tersebut dapat dibedakan dari: (a) maksud dan tujuan upacara; (b) Pelaksanaan
Berdasarkan tradisi asalnya, tata cara maayun anak dalam upacara baayun maulid
sebenarnya berasal tradisi bapalas bidan sebagai sebuah tradisi yang berlandaskan
ini maka berkembang pula budaya yang serupa dengan baayun anak yakni baayun
pertujukan topeng) dan baayun madihin (mengayun bayi sambil melagukan syair
madihin).
Ketika Islam masuk dan berkembang, upacara bapalas bidan tidak lantas hilang,
Daud (1997) seorang bayi yang baru lahir dinyatakan sebagai anak bidan sampai
bapalas bidan juga dilaksanakan oleh orang Dayak Meratus. Setelah bayi lahir,
beras, gula dan sedikit uang kepada bidan atau balian yang menolong. Biasanya
sekaligus pemberian nama kepada sang bayi. Termasuk nantinya saat anak sudah
mulai berjalan (turun) ke tanah dari rumah (umbun) juga dengan upacara mainjak
Bapalas bidan selain dimaksudkan sebagai balas jasa terhadap bidan, juga
merupakan penebus atas darah yang telah tumpah ketika melahirkan. Dengan
pelaksanaan palas bidan ini diharapkan tidak terjadi pertumpahan darah yang
keluarga sendiri. Karena menurut kepercayaan darah yang tumpah telah ditebus
Pada upacara bapalas bidan ini si anak dibuatkan buaian (ayunan) yang diberi
hiasan yang menarik, seperti udang-udangan, belalang dan urung ketupat berbagai
bentuk, serta digantungkan bermacam kue seperti cucur, cincin, apam, pisang dan
lain-lain.
Kepada bidan yang telah berjasa menolong persalinan itu diberikan hadiah
segantang beras, jarum, benang, seekor ayam (jika bayi lahir laki-laki, maka
diserahkan ayam jantan dan jika perempuan diberikan ayam betina), sebiji kelapa,
rempah-rempah dan bahan untuk menginang seperti sirih, kapur, pinang, gambir,
perlengkapan langgatan pada acara tradisional aruh ganal yang yang dilaksanakan
orang DayakMeratus.
Ketika Islam datang ke daerah ini, acara bapalas bidan dan maayun anak tidak
dilarang, hanya kebiasaan yang tidak sesuai sedikit demi sedikit ditinggalkan.
(simbolika) juga disesuaikan atau diisi dengan nilai-nilai Islam. Maayun anak
masjid Banua Halat sudah berlangsung lama, sejak ratusan tahun silam. Meski
para ulama sepakat bahwa peringatan maulid nabi tidak pernah dilaksanakan di
masa Nabi Muhammad Saw masih hidup, generasi sahabat, dan bahkan masa tiga
rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya atas
kelahiran Nabi Muhammad Saw yang membawa rahmat bagi sekalian alam.
merupakan sebuah simbol akan kecintaan kepada nabi dan sekaligus harapan umat
Islam yang selalu mengenang, meneladani kehidupan, dan mengharap syafaat dari
Terlepas dari motif masing-masing peserta baayun yang nota bene diikuti oleh
maulid nabi adalah untuk membesarkan nabi sekaligus berharap berkah atas
27
kemuliaan Nabi Muhammad Saw, disertai doa agar sang anak yang diayun
menjadi umat yang taat, bertakwa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, serta
kehidupannya sejak kecil maupun dewasa hatinya selalu terpaut untuk selalu
Sultan Suriansyah yang nota bene komplek pekuburan kurang selaras dengan
filosofi agar anak yang diayun hatinya terpaut dengan masjid. Apalagi orang
maayun anak dekat kuburan nanti kapidaraan (diganggu makhlus halus/roh orang
mati).
Oleh karena itu, maka seyogyanya tradisi baayun maulid yang diselenggarakan
sebagai lokasi haul Sultan Suriansyah dan keluarga raja-raja Banjar lainnya.
Inilah dialetika agama dan budaya. Budaya berjalan seiring dengan agama dan
agama datang menuntun budaya. Sehingga dengan model relasi yang seperti itu
mereka tetap menjaga dan me-lestarikan sebuah tradisi dengan prinsip “setiap
budaya yang tidak merusak akidah dapat dibiarkan hidup”, sekaligus mewariskan
dan menjaga nilai-nilai dasar kecin-taan umat kepada Nabi Muhammad SAW,
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Upacara Baayun Mulud atau yang juga dikenal dengan sebutan Baayun Anak
oleh ajaran Islam dan menjadi agama kemudian dianut oleh mayoritas urang
tetap menghargai dan mengakomodasi budaya lama yang sudah terlanjur menjadi
Baayun Mulud atau Baayun Anak merupakan sebuah tradisi yang dapat dimaknai
budaya lokal serta lebih menyatu dengan lingkungan hidup masyarakat setempat.
Dengan demikian, upacara adat Baayun Mulud atau Baayun Anak sudah menjadi
salah satu simbol pertemuan antara tradisi dan ajaran agama. Mengayun anak,
jelas sebuah tradisi lokal yang dilakukan oleh masyarakat Banjar dan Dayak
dan silaturrahmi merupakan anjuran dan perintah agama Islam. Kedua ritus ini
secara harmoni telah bersatu dalam kegiatan Baayun Mulud/Baayun Anak, yang
29
Pada masa sekarang ini, tradisi Baayun Mulu atau Baayun Anak kerap
tahun sekali sebagai salah satu sarana untuk menyebarluaskan informasi secara
III.2 Saran
Dengan adanya makalah ini maka kita lebih mengenal dan menghargai aset
budaya sejarah banjar dengan menjaga dan melestarikannya agar tidak terlupakan.
30
Daftar pustaka
2012) .