Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIK TRADISI MAULID NABI MASYARAKAT DESA MALAWILI,

KECAMATAN AIMAS, KABUPATEN SORONG

Anisa Eka Oktavia, Lailatul Badriyah, Musdalifah Bugis

Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam STAIN Sorong

Email: www.anisaekaoktavia01@gmail.com , lailatulbadriyah676@gmail.com ,


musdalifabugis@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini mendeskripsikan praktik budaya lokal penduduk desa Malawili


mengenai perayaan Maulid Nabi. Perayaan ini memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW dan tradisi yang selalu dirayakan oleh umat muslim
di Indonesia. Salah satu daerah yang merayakan hari kelahiran Rasulullah ini
adalah desa Malawili, Aimas, kabupaten Sorong. Dan, perayaan Maulid Nabi
ini salah satu perayaan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam di desa
Malawili.

Kata kunci: Desa Malawili, Tradisi, Maulid Nabi.

A. PENDAHULUAN

Tradisi Maulid Nabi merupakan sebuah perayaan dalam rangka memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad Saw sebagai bentuk rasa cinta umat kepada sang Nabi. Tradisi ini banyak
dilakukan oleh umat Islam di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia sendiri, tradisi
maulid banyak dirayakan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi masyarakat
masing-masing, dan karena perbedaan tradisi dalam merayakannya, kemudian terjadi
pergulatan antara agama dan tradisi yang bagi sebagian kalangan umat muslim perayaan
maulid Nabi Saw dianggap bid’ah dan berlebihan sehingga justru menyebabkan
bercampurnya unsur-unsur syirik yang dilarang oleh agama. Dalam penelitian ini, penulis
tidak membahas mengenai dilarang atau tidaknya perayaan Isra’ Mi’raj ini, melainkan
membahas tradisi yang dilakukan oleh penduduk desa Malawili dalam memperingati perayaan
Maulid Nabi.

B. Sejarah Maulid Nabi di Indonesia.

Perayaan maulid nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat islam jauh setelah
nabi Muhammad wafat. Secara substansi peringatan mauled nabi merupakan ekspresi
kegembiraan dan penghormatan seluruh umat islam di dunia kepada nabi Muhammad saw.
Dalam sejarah penyebaran islam di nusantara, perayaan maulid nabi atau mauludan sudah
dilakukan oleh wali songo tahun 1404 M/808 H untuk sarana dakwah dengan ber bagai
kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain sebagai pertanda masuk
islam. Itulah sebabnya perayaan maulid nabi disebut perayaan syahadatain, yang oleh lidah
jawa diucapkan sekaten. Dan, sampai sekarang peringatan Maulid Nabi dijadikan sebagai
sarana dakwah kepada masyarakat agar mencintai Rasulullah Saw serta meneladani
perilakunya. Memperingati hari kelahiran Rasul Saw sebagai ekspresi kecintaan dan
memuliakannya, dan Allah telah mengisyaratkannya dalam QS. Al-A’raaf,7:157
(Asiyah,2016:25-26).

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”

C. Sekilas Tentang Desa Malawili

Provinsi Papua barat memiliki jumlah kecamatan/distrik sebanyak 30, memiliki jumlah desa
dan kelurahan sebanyak 252 dan memiliki pulau yang telah punya nama sebanyak 108 pulau.
Luas wilayah Provinsi Papua barat menurut data dari BPS 2018 seluas 6.544,23 km2 dengan
jumlah penduduk menurut data dari DKCS 2018 sebanyak 118.985 jiwa(www.nomor.net ).
Dari 252 desa dan kelurahan di Provinsi Papua Barat ini, ada salah satu desa yang disebut
dengan desa Malawili. Di desa ini, penduduknya memeluk agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu dan Budha. Dan, di desa ini, banyak sekali masyarakat pendatang dari pulau lain serta
hidup secara menetap disana dengan alasan bahwa di provinsi Papua Barat lebih mudah dalam
mendapatkan lapangan pekerjaan. Meskipun provinsi Papua Barat ini terletak di bagian Timur
Indonesia, akses untuk meneruskan kehidupan sudah terjamin dan tidak kalah dengan provinsi
lain, khususnya Desa Malawili ini.

D. Tradisi Maulid Nabi di Desa Malawili.

Bulan mauled adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar masyarakat Desa
Malawili. Bagi mereka, bulan Maulid adalah bulan yang dapat mempereratkan tali
silaturrahim antar anggota keluarga, tetangga, dan seluruh penduduk desa Malawili.

Di bulan Maulid, sebelum adzan Magrib berkumandang, kaum pria menggunakan baju
muslim dengan rapi dan pergi ke masjid untuk menyiapkan tempat. Sedangkan para ibu-ibu,
semenjak setelah ashar sibuk membuat nasi “berkat” sesuai dengan banyaknya anggota
keluarga di rumah mereka. Sehinnga menjelang waktu magrib tiba, berkat-berkat itu telah siap
dan dibawa oleh kaum pria ke masjid.
Adapun panitia pelaksana perayaan Maulid Nabi yang telah diberi amanah untuk acara ini,
sudah sibuk semenjak jauh hari dalam mempersiapkan agenda-agenda serta hiasan-hiasan
berupa pohon-pohon pisang yang telah ditanam di dalam ember cat besar. Mereka menghiasi
pohon-pohon itu dengan bermacam-macam kreasi. Satu batang pohon pisang dihiasi dengan
beraneka warna bunga yang di tengah bunga berupa telur, dan bermacam-macam buah. Semua
itu ditancapkan mengelilingi batang pohon pisang. Perayaan mauled Nabi di desa Malawili
dimulai setelah Isya’. Setelah sholat usai dilaksanakan, maka di tiap-tiap pengeras suara
masjid akan diputarkan sholawat-sholawat Nabi. hal ini menjadi tanda bahwa penduduk
muslim desa Malawili untuk melangkahkan kaki ke masjid.

Perayaan Maulid Nabi di Desa Malawili diisi dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-
Qur’an, sambutan-sambutan, membaca Sholawat-Sholawat Nabi yang di pimpin oleh grup
Hadrah remaja muslim, lalu mendengarkan Tausiyah dari penceramah, kemudian membaca
doa, dan terakhir pada acara membagi-bagikan nasi “berkat” secara acak kepada seluruh
hadirin yang datang dimulai dari anak-anak kecil, remaja, hingga orang dewasa dan Lansia.
Dalam pembagian nasi “berkat”, para pemain Hadrah menyanyikan sholawat-sholawat Nabi.
Apabila acara Maulid Nabi telah usai, seluruh hadirin akan saling berebutan untuk
mendapatkan buah-buahan, uang, dan telur yang tertancap pada batang-batang pohon itu.

Di malam Maulid Nabi ini, tercipta rasa kekeluargaan antar sesama dari yang anak-anak
hingga orang dewasa. Mereka tertawa bahagia, saling hormat-menghormati antar sesame
tanpa membedakan suku dan jabatan. Di malam Maulid Nabi, seluruh penduduk desa
Malawili saling berbaur dan tidak memperdulikan apapun sehingga tercipta rasa kekeluargaan
antar sesame umat muslim (Obrolan Santai dengan Ibu Rasmini, salah seorang penduduk
Desa Malawili pada Tanggal 7 April 2019).

E. Makna Sholawatan bagi penduduk Desa Malawili

Pengertian sholawat menurut arti bahasa adalah doa, sedangkan menurut istilah, salawat
adalah salawat Allah kepada Nabi Muhammad Saw.berupa rahmat dan kemuliaan. Salawat
dari malaikat kepada Nabi berupa permohonan rahmat dan kemuliaan Allah untuk Nabi
Muhammad, sementara salawat dari selain Nabi berupa permohonan rahmat dan ampunan.
Sholawat orang-orang beriman adalah permohonan rahmat dan kemuliaan kepada Allah untuk
Nabi (Wargadinata,2010:55-56).

Dalam Al-Qur’an, Allah menganjurkan para malaikat dan manusia untuk bersholawar kepada
Nabi.

ً ْ َ ُ ّ َ َ ْ َ َ ُّ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ ّ َّ َ َ َ ُّ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َّ َّ
)٥٦( ‫بِّۚ ياأيها اَّلِين آمنوا صلوا عليهِ وسلِموا تسلِيما‬
ِ ِ ‫إِن اَّلل ومَلئِكته يصلون لَع انل‬
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS.Al-Ahzab:56).

Menurut salah satu warga desa Malawili, Allah dan para Malaikat nya bersholawat kepada
Nabi Muhammad Saw, maka manusia juga sudah seharusnya mengucapkan sholawat kepada
Nabi.Semua umat islam percaya bahwa Nabi Muhammad Saw adalah nabi terakhir dan
penutup para Nabi sekaligus manusia yang paling sempurna di muka bumi. Kesempurnaannya
dapat dibuktikan dengan akhlak beliau terhadap sesame manusia, dan ciptaan-Nya.

Disebabkan kesempurnaan dan akhlak beliau, maka semau umat muslim sangat memuliakan
Nabi. Dan, dengan cara bersholawat kepada Nabi adalah salah satu bukti kemuliaan dan rasa
cinta umat muslim terhadap beliau (Wawancara bersama Khuriyatus Sa’adah, Rekanita
IPPNU kab.Sorong pada tanggal 7 April 2019).

Selain di dalam Al-Qur’an umat muslim dianjurkan bersholawat kepada Nabi, dalam hadits
juga banyak sekali mengenai keutamaan sholawat. Diantara hadits-hadits tersebut salah
satunya:

Rasulullah Saw bersabda: “barangsiapa yang membaca shalawat kepada ku sekali, maka Allah
akan memberikan balasan shalawat kepadanya sepuluh kali”. (HR. Muslim)

Sholawatan adalah salah satu agenda pelengkap dalam setiap kegiatan di Desa Malawili.
Dalam perayaan islam, pengajian, atau bahkan pernikahan. Ditambah pula para remaja-remaja
muslim yang ahli dalam menabuh rebana dan darbuka serta vocalis yang bersuara merdu.

F. Maulid Nabi Saw dan Simbol Pohon Pisang

Peringatan Maulid Nabi sebagai bagian dari syiar islam juga dilihat dari perspektif budaya
masing-masing daerah. Tradisi Maulid Nabi di Desa Malawili tidak pernah lepas dari tanaman
pohon pisang yang ditancapkan telur atau buah.

Pohon pisang yang padanya ditancapkan telur saat mauled, memiliki makna filosofi merujuk
pada firman Allah “ Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman.” (QS.Al-An’Am:99).
“ Berada di antara pohon bidara yang tak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya). Dan naungan yang terbentang luas. Dan air yang tercurah,” (QS.Al-Waqi’ah: 28-
31)

Demikian firman Allah yang menggambarkan bahwa pohon pisang harus dijadikan ibrah pada
momen maulid Ayat tersebut pada klausa Wa Thalhin Mandhuudin (pohon pisang bersusun)
sistematik sebagai melahirkan tunas-tunasnya. Demikian kenyataannya bahwa pohon pisang
tidak mati sebelum bertunas, memberi gambaran yang baik mengenai alih generasi.

Pada pohon pisang ada daun-daun, itu bagian dari tunas-tunas generasi yang diharapkan
mengayomi karena daun identic dengan wadah pengalas dan dijadikan penutup atau
pembungkus makanan saat maulid bagaikan paying, dengan harapan umat islam menjadi
payung dan saling memayungi. Daun pisang yang sudah digunakan dan mongering, atau
tangkai daun yang sudah kering dapat dimanfaatkan manusia sebagai bahan bakar kayu yang
lebih kuat. Hal ini dimaknakan sebagai pemberi energy kehidupan seperti yang dialami oleh
Nabi.

Batang pisang yang bentuknya berserat-serat panjang itu, dimanfaatkan manusia menjadi tali-
temali yang dipintal dan sebagian ada digunakan sebagai pita-pita untuk bahan anyaman
menjadi benda-benda pakai dan sebagai simbolisasi agar umat islam dapat bermanfaat dan
memberi manfaat. Bahkan batang pisang yang sudah lapuk dapat dijadikan sebagai penyubur
tanah pertanian. Hal ini pula menggambarkan melalui maulid, manusia mampu menjadikan
dirinya bermanfaat untuk sesamanya dan makhluk hidup lainnya (Farid,2016).

G. Simpulan

Dalam artikel ini, nampak bahwa tradisi dan agama dapat menyatu bahkan dapat menciptakan
kerukunan dari berbagai suku yang berbeda dalam satu naungan agama Islam. Hal ini telah
terjadi di desa Malawili melalui perayaan Maulid Nabi, dimana semua masyarakat desa
Malawili saling bekerja sama untuk terciptanya kegiatan tersebut. Tradisi yang ada di desa
Malawili memilki makna yang sangat mendalam dan sebagai salah satu kecintaan kepada sang
Nabi.

H. Daftar Pustaka

Udji Asiyah, Dakwah Kreatif Muharram, Maukid Nabi, Rajab dan Sya’ban,Jakarta : Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, 2016

www.nomor.net

Wildana Wargadinata, Spiritual Salawat, Malang: UIN-MALIKI Press,2010

Edi Kurniawan Farid, Substansi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw (Tinjauan Historis
dan Tradisi di Indonesia), ejournal.inzah.ac.id, Humanistika: Jurnal Keislaman 2, 2016.
Muhammad Adlin Sila, The Festivity of Maulid Nabi in Cikoang, South Sulawesi: Between
Remembering and Exxaggerating the Spirit of the Prophet, uinjkt.ac.id, Jakarta : Studia
Islamika, vol.8, No.3, 2001

Anda mungkin juga menyukai