1.1 Latar Belakang Amir Hamzah adalah seorang anak yang lahir dari keturunan bangsawan Langkat, ia lahir pada tahun 1911 di Tanjung Pura, Langkat. Ia tumbuh dan besar di lingkungan yang kental akan tradisi Islam dan memiliki rasa keagamaan yang kuat dalam keluarganya. Walaupun, saat Amir Hamzah masih kanak-kanak Ia sempat menduduki pendidikannya di sekolah umum yang dikelola oleh Belanda, pada saat yang bersamaan Ia juga mendapatkan pendidikan keagamaan di Madrasah Maslurah. Bahkan ketika keluarga pindah ke Binjai tepatnya pada tahun 1924, ia tetap memperoleh pendidikan khusus agama Islam. Amir Hamzah masuk Langkatsche School ( Sekolah Dasar berbahasa Belanda) pada tahun 1918. Selain bersekolah, ia juga mengaji Al-Qur’an dan belajar agama Islam di belakang Masjid Azizi. Kemudian ketika remaja, Amir Hamzah masuk sekolah MULO tepatnya pada Agustus 1925 di voor klas (kelas pendahuluan) sampai kelas dua dan kemudian melanjutkan ke Surakarta di Pulau Jawa pada Juli 1928. Kemudian Amir Hamzah juga belajar di kota Jakarta, melanjutkan belajar di kelas dua dan tiga di Christelijk MULO Majengan. Setelah selesai, ia melanjutkan pendidikan di AMS (Aglemeene Middlebare School). Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru merupakan keturunan bangsawan Langkat dan masih termasuk keluarga dekat Sultan Langkat. Di sisi lain ibu Amir Harnzah bernama Tengku Mahjiwa, seorang keturunan bangsawan Melayu juga. Ayahnya bergelar Tengku Muhammad Adil, yang pada masa hidupnya menjadi pangeran atau wakil Sultan Langkat yang memerintah Langkat Hulu, yang berkedudukan di Kota Binjai. Tengku Muhammad Adil kemudian diberi gelar Pangeran Bendahara Paduka Raja. Sebuah gelar dan jabatan yang tinggi ketika itu dalam konteks Kesultanan Langkat. Tengku Muhammad Adil bersaudara sepupu dengan Sultan Langkat yang bergelar Sultan Makhmud Abdul Jalil Rakhmatsyah. Walaupun Amir Hamzah seorang keturunan bangswan Langkat, bahkan beliau masih keluarga dekat Sultan Langkat, namun ketika masih berjayanya kekuasaan kaum bangsawan dalam sistem pemerintahan kesultanan, beliau tidak pernah memperlihatkan, apalagi membanggakan dan menyombongkan darah keturunan kebangsawannya. Amir Hamzah dibesarkan di dalam lingkungan adat Melayu Lama, dan didik menurut adab Islam mazhab Syafi'I (Takari, dkk, 2015 : 227 – 238) Dalam bidang politik Amir Hamzah tergabung dalam Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada Kongres Pemuda ini Amir Hamzah menjadi anggota Indonesia Muda dari Solo. Indonesia Muda adalah sebuah organisasi yang terdiri para pemuda dan pemudi Indonesia yang bertujuan untuk menyatukan perkumpulan-perkumpulan yang bersifat kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes dan lain sebagainya. Maksudnya ialah untuk membentuk dan memperkuat satu kesatuan yang berwawasan kebangsaan Indonesia. Dalam organisasi Indonesia Muda dari Solo ini, Amir Hamzah terpilih menjadi Ketua tepatnya pada Kongres Muda Pertama yang diadakan pada bulan Desember 1930 di Solo, kala itu usia Amir Hamzah terbilang muda yaitu kurang dari 20 Tahun. Selain itu besarnya keinginan Amir Hamzah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dilatar belakangi oleh salah satu kegiatan yang Ia tekuni yaitu mengajar di sekolah-sekolah yang berorientasi kebangsaan atau perguruan nasional di Batavia. Pada masa itu kegiatan mengajar dilakukan bukan karena untuk mendapatkan uang atau memperoleh gaji, melainkan untuk membantu memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia atau dapat dikatakan juga pada masa itu pendidikan menjadi bagian integral dari perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. Selain itu aktivitas perjuangan politik yang dilakukan oleh Amir Hamzah disertai juga dengan kultural dengan ikut berkabung kedalam kelompok Pujangga Baru di Batavia, kelompok ini menerbitkan majalah Pujangga yang dijadikan sebagai media untuk menyebar luaskan gagasan-gagasan mereka mengenai pembaharuan ke tengah masyarakat. Semenjak itu Ia banyak dikenal oleh orang-orang. Setelah Negara Republik Indonesia berdiri Amir Hamzah turut andil, Ia dipercayai menjadi seorang Perdana Menteri, sebagai Menteri dan Pejabat Tinggi Negara. Kurang lebih 3 bulan setelah Republik Indonesia merdeka, dengan surat Ketetapan Gubernur Sumatera No. 5 tanggal 20 Oktober 1945 Amir Hamzah diangkat menjadi Asisten Residen Republik Indonesia untuk daerah bekas Kesultanan Langkat yang berkedudukan di Binjai. Dari berbagi pemaparan sebelumnya terlihat jelas bahwa Amir Hamzah memiliki peranan dalam perjuangan pergerakan nasional. Keterlibatannya dalam usaha perjuangan pergerakan nasional tersebut menjadi bagian dari proses Ia menjadi seorang pahlawan. Keikutsertaan Amir Hamzah dalam sejarah perjuangan bangsa secara resmi diakui dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106/TK/Tahun 1975 Tentang Penetapan Gelar Pahlawan Nasional yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepadanya. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa penganugerahan gelar Pahlawan Nasional itu adalah “sebagai penghargaan atau tindak kepahlawanannya yang cukup mempunyai mutu dan nilai perjuangan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela Negara dan Bangsa” Ahmad(dalam, Umry, 2005 : 9). Amir Hamzah diperkirakan telah menulis lima puluh puisi, delapan belas potongan puisi prosa, dua belas artikel, empat cerita pendek, tiga koleksi puisi dan satu buku karya asli. Sebagian besar karya-karya Amir diterbitkan dalam Poedjangga Baroe. Buku-buku yang berisikan kumpulan puisi Amir Hamzar diberi judul Njanji Soenyi (EYD : Nyanyi Sunyi) dan Boeah Rindoe (EYD : Buah Rindu). Puisi karya Amir menyiratkan tentang cinta, agama dan konflik bathin yang mendalam. Amir disebut sebagai “Raja Penyair Zaman Poedjangga Baroe” dan menjadi satu- satunya penyair Indonesia berkelas internasional dari era pra-RevolusiNasional Indonesia. Setelah wafat pada tahun 1969 Amir banyak di berikan penghargaan seperti Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugrah Seni. Dan Setelah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia yaitu Amir Hamzah , selain itu sebuah taman yang di Jakarta di dekat Monumen Nasional dinamai dengan namanya yaitu Taman Amir Hamzah. Dari sudut pandang yang lain, karya-karya Amir dianggap karya sastra terbaik yang mengungguli eranya. Berikut pembahasan mengenai beberapa karya Amir Hamzah. Padamoe Djoea (EYD : Padamu Jua),Doa,Hanya Satu,Berdiri Aku, Malam, Berlagu Hatiku, Di Dalam Kelam. Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poeteraatau yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama penanya Amir Hamzah merupakan putra Langkat, Sumatra Timur kelahiran 28 Februari 1911. Namun sayang, masa hidup Amir tidak begitu panjang, Amir berpulang pada usia 35 tahun di Binjai, Langkat tanggal 20 Maret 1946. Amir wafat dalam peristiwa konflik sosial berdarah di Sumatra yang disulut oleh Partai Komunis Indonesia. Dan amir Hamzah merupakan korban dari kcpentingan-kcpentingan politik. dan intrik-intrik dari berbagai kalangan yang memang mcnginginkannya harus dikorbankan. Amir Hamzah tcntu saja mcmahami realitas ini, sebagai resiko dari perjuangannya, baik dalam konteks membentuk peradaban bangsanya yang agung (mahawangsa), atau juga dalam politik (baik di masa penjajahan Belanda, Jepang, dan masa awal kemerdekaan yang masih menyisakan pertentangan ideologi dan kepentingan).