Modern)
2. Periode Klasik
Periode klasik merujuk pada masa kemajuan dan kejayaan Islam yang dibagi
ke dalam dua fase, yakni fase ekspansi, integrasi dan kemajuan (650–1000 M) dan
fase disintegrasi (1000–1250 M).
Pada fase kemajuan, Islam mengalami internasionalisasi. Pada masa Bani
Umayyah, Islam mulai masuk ke Eropa melalui Spanyol. Pengaruh Islam meluas dari
Afrika Utara sampai ke Spanyol di belahan Barat, dan melalui Persia hingga ke India
di belahan Timur. Daerah-daerah itu tunduk di bawah kekuasaan Islam.
Ilmu pengetahuan dan arsitektur berkembang di kota-kota Spanyol yang
didiami oleh umat Islam seperti Cordoba dan Granada. Sistem penerangan jalan dan
sistem saluran air sangat baik. Bangunan dengan arsitektur mengagumkan juga
dibangun pada masa itu, seperti istana Az Zahra Cordoba dan istana Alhambra
Granada.
Sejumlah ulama besar juga bermunculan di fase ini. Seperti Imam Malik,
Imam Abu Anifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh. Ada juga
Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam dan Al-
Jubba’i dalam bidang Teologi. Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan alHallaj
dalam bidang Tasawuf. Al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam
bidang Falsafat. Lalu, ada Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam
bidang Ilmu Pengetahuan, dan lain-lain.[3]
lmu pengetahuan dalam bidang agama dan non agama mengalami
perkembangan pesat saat itu. Ini disebabkan karena peradaban Islam saat itu sangat
menjunjung tinggi akses ilmu pengetahuan yang terbuka dari berbagai sumber.
Mereka menghargai para ilmuwan lain meskipun berasal dari kelompok berbeda
seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi). Mereka sama-sama
berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia lebih baik.
Sayangnya, pada fase disintegrasi, keutuhan umat Islam dalam bidang politik
mulai pecah. Baghdad dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan pada tahun 1258.
Selain itu, jika sebelumnya secara politik daerah-daerah Islam tunduk pada
kekhalifahan pusat, kekhalifahan sebagai simbol keutuhan politik mulai runtuh dan
digantikan pemerintahan otonom di berbagai kawasan. [4]
3. Periode Pertengahan
Periode pertengahan sejarah peradaban Islam juga dibagi dalam dua fase, yaitu
fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar. Pada fase kemunduran (1250 – 1500
M), desentralisasi dan disintegrasi meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan
juga antara Arab dan Persia semakin bertambah nyata.
Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri dari
Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara. Sementara itu, bagian Persia
yang berpusat di Iran terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah.
Fase kedua adalah tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran
(1700 – 1800 M). Tiga kerajaan besar yang dimaksud adalah kerajaan Usmani di
Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India. Perhatian terhadap
ilmu pengetahuan sangat kurang di masa ini. Hasilnya, umat Islam semakin mundur
saat tiga kerajaan tersebut mendapat banyak tekanan. [5]
Kekuatan militer dan politik menurun. Kerajaan Safawi dihancurkan oleh
serangan-serangan bangsa Afghan, Kerajaan Mughal diserang raja-raja India,
Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, sementara Mesir dikalahkan Prancis (Napoleon
Bonaparte). Tentara muslim yang kalah harus angkat kaki dari benua Eropa dan
kerajaan-kerajaan barat bersatu dan mengusir Islam dari Eropa. Pada saat itu, Eropa
bertambah kaya dan maju. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang dimilikinya
meningkat ke dunia Islam. Akhirnya Napoleon menduduki Mesir di tahun 1748 M.
Saat itu Mesir adalah salah satu pusat peradaban Islam yang terpenting.[6]
4. Periode Modern