Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

SEJARAH PENDIDIKAN ARAB PRA ISLAM

Dosen Pengampu: Dr. Usman M. Pd

Disusun Oleh:
Ismuniarsih ( 12001213 )
Yulia Tata Fhebiola ( 12001204 )
Raihan Abidin ( 12001349 )

KELAS F/SEMESTER 3

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung atas kucuran rahmat dan karuniaNya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah sebagai penunjang mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Shalawat dan salam juga kami persembahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
melalui syariat beliaulah kita semua mengenal Allah ‘Azza Wa Jalla.

Adapun makalah ini mengangkat sebuah judul Sejarah Pendidikan Arab Pra Islam.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Sejarah
Pndidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Usman M.Pd selaku dosen mata
kuliah Sejarah Pendidkan Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membagikan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kamis, 6 Januari 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 2
1. Kondisi Arab Pra Islam...................................................................................................... 2
2. Pendidikan Bangsa Arab Pra Islam...................................................................................... 3
3. Lembaga Pendidikan Arab Pra Islam................................................................................... 5
4. Jenis-Jenis Pembelajaran Arab Pra Islam............................................................................. 7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 8
1. Kesimpulan....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti peradaban lainnya, peradaban Islam lahir dalam sebuah kesederhanaan lalu
kemudian berkembang secara berangsur menjadi lebih kompleks. Ia bermula dalam
satu konteks ruang yang sempit, katakanlah Makkah dan Madinah, lalu mencakup
Jazirah Arabia, namun kemudian meluas secara berangsur menjadi peradaban yang
menguasai teritori yang sangat luas. Kegiatan pendidikan Islam pun berkembang
mengikuti pola yang tak jauh berbeda dengan peradaban Islam secara umum.
Pendidikan dalam Islam mulai dengan sesuatu yang sederhana, lalu menjadi lebih
kompleks dan kemudian mencapai tingkat yang sangat tinggi.

Makalah ini akan membahas beberapa aspek dari kegiatan pendidikan Islam pada
periode yang paling awal, yakni masa pra islam. Dari sudut pandang sejarah pendidikan,
tak salah kalau kita menyebut periode ini sebagai sebuah awal yang sederhana.
Sederhana dalam bentuk dan struktur, namun demikian menentukan arah dan sifat
perkembangan pendidikan Islam di masa-masa berikutnya. Pada masa awal ini,
pendidikan Islam berjalan sederhana, namun sangat penting.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Arab pra Islam ?
2. Bagaimana pendidikan bangsa Arab pra Islam?
3. Apa saja lembaga pendidikan Arab pra Islam ?
4. Apa saja jenis-jenis pembelajaran bangsa Arab pra Islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kondisi Arab pra Islam
2. Untuk mengetahui pendidikan bangsa Arab pra islam
3. Untuk mengetahui lembaga pendidikan Arab pra islam
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pembelajaran bangsa Arab pra islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kondisi Arab Pra Islam


Bangsa Arab pra-Islam biasanya disebut Arab jahilyah. Bangsa yang belum
berperadaban, bodoh dan tidak mengenal aksara. Namun, bukan berarti tidak seorang
pun dari penduduk masyarakat Arab yang tidak mampu membaca dan menulis, karena
beberapa orang sahabat Nabi diketahui sudah mampu membaca dan menulis sebelum
mereka masuk Islam. Ibnu Saad mengatakan, “Bangsa Arab jahiliyah dan permulaan
Islam menilai bahwa orang yang sempurna adalah yang dapat menulis, berenang, dan
melempar panah”. Bahkan Ibnu Habib al-Baghdadi sempat menulis nama-nama
bangsawan pada masa jahiliyah dan permulaan Islam. Hanya saja baca tulis ketika itu
belum menjadi tradisi, tidak dinilai penting, tidak pula menjadi tolak ukur kepintaran
dan kecendikiaan seseorang.
Secara asal-muasalnya masyarakat keturunan Arab terbagi menjadi dua golongan
besar. Pertama, berasal dari keturunan Qathan yaitu golongan Qathaniyun yang
berada bewilayah di bagian Selatan. Kedua, dari keturunan Ismail bin Ibrahim yaitu
golongan Adnaniyun yang berada di wilayah bagian Utara. Tetapi, dalam
perjalanannya, kedua golongan ini saling berbaur akibat dari perpindahan penduduk
Jauh sebelum kedatangan Islam, jazirah Arab bagian Utara telah ditemukan tradisi
baca tulis. Tradisi tulis menulis di jazirah Arab terus berlanjut sampai datangnya
Islam. Berdasarkan kabar dari sebagian sejarawan bahwa pada saat datangnya Islam
di Mekah hanya terdapat tujuh belas orang yang dapat menulis. Namun kabar itu
menurut Azami belum lengkap mengingat Mekah merupakan kota kosmopolitan,
pasar barter, dan persimpangan jalan yang dilalui para kafilah. Lagi pula, data yang
dikemukakan ternyata belum memasukkan sejumlah nama yang juga dikenal
memiliki kemampuan tulis menulis. Meskipun sumbernya benar. Shubhiy al- Shalih
berpendapat bahwa kabar ini pasti bukan berdasarkan hasil penelitian yang
komprehensif, melainkan hanya perkiraan yang masih samar-samar.
Apalagi jika mau menengok kembali sejarah peradaban dan sastra Arab pra Islam,
maka dapat diperkirakan bahwa jumlah orang Arab yang melek huruf, tentu lebih

2
banyak lagi. Bangsa Arab, terutama Arab bagian Utara, dikenal sebagai orang-orang
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menggubah sebuah syair. Syair-syair itu
diperlombakan kemudian yang unggul ditulis dan digantungkan di dinding Ka’bah.
Melalui tradisi sastra tersebut, diketahui bahwa peristiwa peristiwa besar dan penting
secara faktual ikut memberi pengaruh serta mengarahkan perjalanan sejarah mereka.
Nilai- nilai yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa penting itu, mereka abadikan
dengan berbagai cara, seperti kisah, dongeng, nasab, nyanyian dan syair. Orang Arab
pra-Islam dan awal kebangkitan Islam, tidak atau belum menulis sejarah. Peristiwa-
peristiwa sejarah disimpan dalam ingatan mereka. Bukan hanya karena mereka buta
aksara, tetapi juga karena mereka beranggapan bahwa kemampuan mereka lebih
terhormat. Semua peristiwa sejarah itu diingat dan diceritakan berulagulang secara
turun-temurun. Demikian pula dengan hadis hadis Nabi.
Masyarakat Arab pra-Islam sebetulnya memiliki tradisi atau kebiasaan tersendiri
untuk mengukir semua sejarah yang ada pada zamannya. Mereka tidak menggunakan
tulisan untuk mengabadikan sejarah, melainkan dengan tradisi lisan yang mereka
anggap lebih dihargai dan hormati.
Untuk melacak jauh kebelakang sejarah perjalanan dan warisan turun temurun
masyarakat Arab pada masa jahiliyah. Maka kita harus mengarahkan pada tradisi lisan
yang mereka miliki. Orang-orang Arab sebelum Islam memang telah mengenal tradisi
yang menyerupai bentuk sejarah lisan. Itulah yang disebut dengan hari-hari penting
(al-Ayyam) dan silsilah (al-Ansab) pada masyarakata Arab pra-Islam.

2. Pendidikan Bangsa Arab Pra Islam


Ketika Islam diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw., di
Makkah Jazirah Arabia pada awal abad ke-7, penduduk Makkah dikenal sebagai
masyarakat pedagang yang sukses. Makkah telah menjadi pusat perdagangan yang
maju untuk kawasan Jazirah Arabia. Kota ini juga merupakan kota transit bagi jalur
perdagangan yang membentang dari Pantai Timur Laut Tengah hingga ke India.1
Perdagangan, tampaknya, merupakan alasan terpenting dalam hubungan antara
Jazirah Arab dan dunia luar yang secara geografis dianggap sangat ‘jauh’. Sebagai
ilustrasi, jarak antara Makkah-Jakarta mencapai 7.903 km dan jarak MakkahMedan
adalah 6.658 km.
Kota Makkah juga merupakan pusat keagamaan bagi kawasan sekitar, berkat
keberadaan ka’bah di sana. Ka’bah adalah sebuah monumen keagamaan yang

3
dibangun jauh sebelum turunnya agama Islam, oleh Nabi Ibrahim as. Sejak
pembangunannya, fungsi keagamaan ka’bah terus berlangsung, mengalami pasang
surut, dan mengalami berbagai perkembangan. Lalu, dengan datangnya Islam, ka’bah
diambilalih dan menjadi bagian integral dari sistem keagamaan Islam, khususnya
sebagai arah kiblat dalam salat dan salah satu sentra kegiatan dalam ibadah haji.
Akan tetapi bangsa Arab saat itu tidak dikenal sebagai bangsa yang istimewa
pencapaiannya dalam hal intelektual. Begitupun harus dicatat bahwa bangsa Arab pra-
Islam sangat dikenal dengan kemampuan mereka di bidang puisi. Di bidang ini
bangsa Arab sudah mencapai standar yang sangat tinggi, sehingga terus dipakai
sebagai rujukan kualitas puisi Arab hingga pada masa Islam. Di samping itu, bangsa
Arab juga sudah menguasai keterampilan navigasi yang cukup tinggi sehingga
memungkinkan mereka mampu mengarungi padang pasir luas dalam perjalanan jauh
kafilahkafilah perdagangan mereka. Demikian pula bagi bangsa Arab yang masih
hidup secara nomaden, keterampilan navigasi begitu esensial bagi kelangsungan
hidup mereka.
Bangsa Arab pra-Islam belum mengenal tulis-baca secara meluas. Tidak pula
terdapat kegiatan pendidikan yang formal di kalangan bangsa Arab. Kemampuan
tulis-baca dan pendidikan formal hanya terdapat di kalangan yang sangat terbatas,
kebanyakannya adalah masyarakat Yahudi dan Kristen kawasan ini. Karenanya, nilai-
nilai yang terkandung dalam syair-syair mereka dan keterampilan hidup yang
terbungkus dalam keahlian navigasi diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya
melalui jalur transmisi lisan semata. Hal inilah yang melatar belakangi adanya
kebanggaan yang sangat tinggi terhadap kemampuan hafalan di kalangan bangsa Arab.
Menarik untuk melihat bahwa ternyata daerah yang relatif kurang berkembang
secara intelektual ini, dalam kenyataannya, diapit oleh dua peradaban yang memiliki
akar intelektual sangat tinggi, yakni Persia di sebelah Timur dan Yunani di sebelah
Barat. Kedua peradaban ini secara berurutan disangga oleh struktur politik kerajaan
Sasaniyah dan Bizantium. Pada gilirannya nanti, kedua peradaban ini memiliki peran
historis yang penting dalam kemajuan intelektual Muslim. Keduanya berperan sebagai
penyedia bahan awal bagi aktivitas intelektual umat Islam.

4
3. Lembaga Pendidikan Arab Pra Islam
Sebagai sebuah bangsa yang tidak mengembangkan tradisi menulis, maka catatan
tentang keberadaan lembaga pendidikan Arabia pra dan awal Islam sangat terbatas.
Beberapa yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut;

A. Dar al-Arqam ibn Abi al-Arqam


Sejarah mencatat bahwa tempat pertama yang dimanfaatkan sebagai wadah
pelaksanaan pendidikan adalah rumah seorang pengikut Muhammad saw. yang
bernama Al-Arqam ibn Abi al-Arqam. Rumah tersebut menurut catatan ada di
dekat kaki bukit Safa. Tidak banyak catatan sejarah tentang aktivitas di rumah Al-
Arqam tersebut. Tetapi adalah masuk akal untuk menyimpulkan bahwa di rumah
tersebut Rasululllah saw. membina para pengikutnya dengan menyampaikan
ajaran-ajaran Alquran yang diterimanya dari Allah swt.
B. Kuttab
Lembaga pendidikan kuttab sesungguhnya telah berkembang di dunia Arab
sebelum datangnya Islam. Lembaga ini kemudian diadopsi oleh umat Islam untuk
mempercepat proses penguasaan keterampilan menulis dan membaca.
Pemanfaatan kuttab sebagai lembaga pendidikan oleh umat Islam telah bermula
sejak masa Rasulullah saw. Sebagaimana diketahui, bangsa Arab sebelum Islam
tidak mengembangkan tradisi tulis yang baik, dan karenanya jumlah orang yang
mampu tulis baca sangatlah terbatas. Pada awal masa turunnya Alquran, orang
Quraysy yang mampu tulis baca hanyalah sekitar 17 orang.
Dari sudut pandang isi pendidikan di kuttab terutama sekali berkaitan dengan
pelajaran menulis dan membaca. Akan tetapi, belakangan, sejalan dengan
berkembangnya masyarakat Islam, Alquran juga menjadi bagian integral dari
pendidikan di lembaga kuttab, mulai dari belajar membaca, menuliskan, dan juga
menghafalkan Alquran. Dapat dikatakan bahwa dalam perkembangannya, kuttab
menjadi semacam lembaga pendidikan dasar bagi anak-anak muslim, sebelum
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam sejarah pendidikan islam masa awal, dikenal dua bentuk kuttab yaitu :
a. Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis
baca.
b. Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al-qur’an dan dasar-dasar
keagamaan.

5
C. Rumah-rumah Para sahabat
Pada masa awal perkembangan pendidikan Islam rumah-rumah para sahabat
biasa digunakan sebagai tempat pembelajaran. Awalnya, hal tersebut terjadi
sebagai cara menyiasati keterbatasan lembaga pendidikan yang tersedia. Tradisi
ini bermula dengan pemanfaatan rumah Al-Arqam yang sudah disebutkan di atas.
Rasulullah saw. juga melakukan hal yang sama setelah hijrah ke Madinah.
Berbagai kelompok mendatangi beliau ke rumahnya untuk mendapatkan
pendidikan, dan beliau mengajari mereka di sana.
Akan tetapi, di samping kepraktisan, ada alasan lain dari penggunaan rumah
sebagai lembaga pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di rumah memungkinkan
para sahabat/ulama memberikan sentuhan personal terhadap pendidikan dan para
muridnya. Dengan alasan-alasan tersebut, pemanfaatan rumah sebagai lembaga
pendidikan tidak pernah berhenti, bahkan setelah umat Islam mengembangkan
berbagai lembaga pendidikan yang lebih maju dan terspesialisasi.
D. Masjid
Masjid adalah lembaga pendidikan lain yang sudah dikenal dalam peradaban
Islam sejak masa yang paling awal. Ketika sampai di Madinah dalam peristiwa
hijrah (1/622), salah satu kegiatan pertama Rasulullah saw. adalah membangun
sebuah masjid yang kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Masjid ini
kemudian menjalankan berbagai fungsi karena keterbatasan sarana prasarana
yang dimiliki umat Islam kala itu. Nabi menggunakan masjidnya sebagai tempat
mengajari para pengikutnya tentang berbagai aspek ajaran Islam yang terus
berkembang sejalan dengan turunnya wahyu Alquran. Tidak hanya Nabi, akan
tetapi para pengikutnya juga saling belajar dan mendiskusikan berbagai hal di
Masjid Nabawi. Dengan demikian tradisi menggunakan masjid sebagai tempat
pendidikan diawali di Masjid Nabawi sendiri.
Penggunaan masjid sebagai lembaga pendidikan Islam terus berlangsung pada
masa-masa sesudahnya. Umar ibn al-Khattab mendapat tempat khusus dalam
konteks ini, karena dialah yang memulai pengangkatan guru-guru secara resmi
untuk mengajar di masjid-masjid. Seyyed Hossein Nasr menyatakan bahwa
khalifah ini lah yang menjadikan masjid dapat disebut pula sebagai ‘sekolah’. Di
masjid-masjid para penuntut ilmu berkumpul dan mendapatkan pengajaran dari
para ulama. Sebuah masjid dapat saja menjadi tempat mengajar beberapa ulama
pada saat yang bersamaan. Kelompok-kelompok belajar di masjid biasa disebut

6
sebagai halaqah, mengacu pada lingkaran yang terbentuk oleh para penuntut ilmu
yang mengelilingi gurunya. Pada dasarnya tidak ada batasan tentang ilmu apa
yang boleh diajarkan oleh seorang ulama di dalam halaqah masjid.

4. Jenis-Jenis Pembelajaran Arab Pra Islam


Menurut Munir Mursyi yang dikutip oleh Ramayulis, pendidikan bangsa Arab pra
islam dilaksanakan melalui peniruan dan cerita. Jadi anak-anak tumbuh dan
berkembang dengan meniru dan mendengar hikayat orang dewasa. Kaum Arab
mengekspresikan dan membanggakan nilai-nilai kemasyarakatan dakam kabilahnya
melalui syair-syair. Ilmu yang mereka kenal terbagi menjadi 3 bidang ilmu
pengetahuan yaitu :

a. Ilmu tentang nasab : keturunan, sejarah dan perbandingan


b. Ilmu ru’ya
c. Ilmu astronomi
d. Ilmu qifayah

Masyarakat Arab sebelum islam menerapkan pola pendidikan keluarga yang


diarahakan pada pemberian pembiasaan, keterampilan, sifat dan karakter yang harus
dimiliki oleh sesorang dalam kehidupan keluarga. Pendidikan dalam arti
mencerdaskan masyarakat dengan memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
kerja yang sistematis belum dijumpai. Pendidikan dalam arti yang kedua ini hanya
menjadi kaum elite. Itulah sebabnya, pada masa itu orang yang cerdas, dapat
membaca, menulis dan berhitung jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari.

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dengan melihat pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa
Arab pra-Islam pada masa itu, dikenal jauh dari berperadaban bahkan jauh dari kata
manusiawi. Peperangan terjadi di mana-mana, judi, mabukmabukan, mengundi nasib,
berzina dan lain sebagainya. Sehingga, masyarakatnya dikenal dengan sebutan jahiliyah.
Tetapi, ada satu hal yang sangat menonjol di dalam tradisi masyarakat Arab pra-Islam
yaitu dikenal dengan tradisi menghafal. Masyarakat Arab pra-Islam bukan berarti tidak
ada yang tau menulis akan tetapi, mereka lebih merasa terhormat ketika bisa
menghafalkan secara lisan tentang suatu peristiwa, dibandingkan dengan menulis.
Masyarakat Arab pra-Islam mempertontonkan kelebihan di bidang sastranya melalui
syair-syair yang diperlombakan.

Mesjid dan kuttab merupakan lembaga pendidikan awal yang membawa perubahan
perubahan radikal dalam penyebaran Islam. Mesjid lebih lebih fokus kepada
pembelajaran ilmu agama, sementara kuttab lebih menitik beratkan pada alat yang
digunakan untuk mempelajari dan memahami agama tersebut. Walaupun pada akhirnya
kuttab juga mengalami perkembangan dengan menambamuatan-muatan kurikulumnya
dengan mengajarkan al-Qur'an dan pengetahuan agama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Asari, Hasan.. Sejarah Pendidikan Islam ( membangun relevansi masa lalu dengan masa
kini dan masa depan). Medan : Perdana Publishing,2018.

Muzhiat, Aris. Historiografi Arab Pra Islam. Jurnal agama dan budaya, vol.17 No.2
Desember 2019.

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : kencana, 2011.

Sungkowo, dkk. .Sejarah Pendidikan Islam. Malang : CV Literasi Nusantara Abadi,2021.

Anda mungkin juga menyukai