Anda di halaman 1dari 46

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENGELOLA KELAS DI SMK NEGERI 04 PONTIANAK

OLEH :

DINA AULIA

NIM. 11811005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONTIANAK

2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 6

A. Kajian Penelitian Terdahulu ....................................................... 6

B. Landasan Teori ........................................................................... 8

1. Pengertian Kompetensi Guru ............................................ 8

2. Kompetensi Profesional Guru dalam Mengelola Kelas .... 10

a. Pengertian Mengelola Kelas ....................................... 11

b. Komponen Pengelolaan Kelas .................................... 13

c. Tujuan Pengelolaan Kelas .......................................... 25

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan

Kelas ........................................................................... 27

e. Pendekatan Pengelolaan Kelas ................................... 28

f. Prinsip dan Asumsi Pengelolaan Kelas ...................... 30

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 33

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 33

i
ii

B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 34

C. Sumber Data ............................................................................... 34

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .......................................... 35

E. Teknik Analisis Data .................................................................. 38

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 42


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005

Pasal 8 menyatakan, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Oleh karena itu kompetensi

pada setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru.

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selanjutnya pasal 10

menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yakni

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk

penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam

menjalankan fungsi sebagai guru.

Menurut Didi Pianda (2018:36) kompetensi merupakan potensi yang

dibawa seseorang ke tempat kerja, terdiri dari pengetahuan, sikap atau

keterampilan yang bersifat teknis maupun interpersonal. Kompetensi guru

pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dilakukan seseorang

dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang dapat terlihat.

Cut Fitriani (2017:90) menyatakan kompetensi profesional seorang

guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru

agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Idris Apandi

1
2

& Sri Rosdianawati (2017:4) mengemukakan guru profesional memiliki

penguasaan yang baik terhadap bahan ajar yang disampaikannya, menguasai

teknik menyampaikan materi kepada peserta didik, mampu mengelola kelas

dengan baik, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan peserta

didik, dan tentunya memiliki kepribadian yang matang.

Salah satu diantara kelima kompetensi profesional di atas yang pantas

dimiliki oleh guru adalah mengelola kelas. Hal ini cukup mendasar karena

apabila selama cara mengajar guru mampu mengelola kelas dengan baik,

mampu mengatur tata ruang kelas yang baik pula, tentu proses belajar

mengajar akan menciptakan suasana belajar yang mendukung dan

menyenangkan.

Rulam Ahmadi (2018:168) mengemukakan pengelolaan kelas

merupakan rangkaian tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk

memelihara suatu kelas sehingga memungkinkan siswa belajar dengan hasil

yang efisien dan berkualitas tinggi. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan

persyaratan utama untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif.

Pengelolaan kelas dapat dianggap sebagai tugas yang paling pokok dan

sekaligus paling sulit yang harus dilakukan oleh guru.

Pada saat melaksanakan pra-penelitian di SMK Negeri 04 Pontianak,

peneliti melihat secara umum guru Pendidikan Agama Islam belum maksimal

dalam mengelola kelas. Hal tersebut dilihat dari guru belum bisa

mengkondisikan siswa secara total sehingga menyebabkan siswa masih ada

yang berbicara saat pelajaran. Guru juga masih kurang dalam menciptakan
3

suasana belajar yang kondusif terutama saat pelajaran, siswa masih ada yang

keluar masuk kelas, sehingga interaksi antara guru dan siswa masih kurang.

Berangkat dari latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul “Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Mengelola Kelas di SMK Negeri 04 Pontianak.”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

penelitian adalah: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Mengelola Kelas di SMK Negeri 04 Pontianak. Untuk mempersempit

ruang lingkup penelitian, maka masalah tersebut dibagi atas beberapa

pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana cara guru Pendidikan Agama Islam dalam melakukan

penataan ruang kelas di SMK Negeri 04 Pontianak?

2. Bagaimana metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam

proses belajar mengajar di SMK Negeri 04 Pontianak?

3. Apa media yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam proses

belajar mengajar di SMK Negeri 04 Pontianak?

4. Bagaimanan cara guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan dan

mempertahankan motivasi belajar siswa di SMK Negeri 04 Pontianak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diketahui tujuan umum dalam penelitian adalah untuk mengetahui

kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas


4

di SMK Negeri 04 Pontianak. Sedangkan yang menjadi tujuan khusus dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui secara pasti mengenai:

1. Untuk mengetahui cara guru Pendidikan Agama Islam dalam melakukan

penataan ruang kelas di SMK Negeri 04 Pontianak.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru Pendidikan Agama

Islam dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 04 Pontianak.

3. Untuk mengetahui media yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam

dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 04 Pontianak.

4. Untuk mengetahui cara guru Pendidikan Agama Islam dalam

menciptakan dan mempertahankan motivasi belajar siswa di SMK Negeri

04 Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat pada penelitian ini adalah sebagai

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya referensi peneliti yang

berkaitan dengan Kompetensi Profesional guru Pendidikan Agama Islam

dalam mengelola kelas di SMK Negeri 04 Pontianak yang dapat dijadikan

sebagai bahan kajian atau masukan dalam pengadaan guru negeri di

sekolah SMK Negeri 04 Pontianak.


5

2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka kompetensi

profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas di

SMK Negeri 04 Pontianak.

b. Bagi Guru

Sebagai masukan dalam rangka membantu pelaksanaan pendidikan di

sekolah, melihat kemampuan diri dalam melaksanakan tugasnya

sehingga dapat diperbaiki dan mengangkat kualitas profesinya.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang karya ilmiah dan menambah pengalaman

ketika terjun ke masyarakat setelah menjadi guru dapat menerapkan

ilmu-ilmu pendidikan.

d. Bagi IAIN

Sebagai bahan referensi pengembangan keilmuan, khususnya Jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI) guna menetapkan kebijakan dalam

rangka menghasilkan calon guru yang mampu mengelola kelas dan

meningkatkan semangat belajar siswa.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian terhadap hasil penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui

hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dianggap mendukung

terhadap kajian teori dalam penelitian yang sedang dilakukan, serta

didasarkan pada teori-teori dari sumber kepustakaan yang dapat menjelaskan

dari rumusan masalah yang ada pada pembahasan skripsi ini.

Berdasarkan uraian beberapa kajian penelitian terdahulu yang

dianggap mrelevan, sehingga dapat dianalisis, dan dikritisi dan dilihat pokok

permasalahan dalam teorinya maupun metode. Jadi hasil penelitian

sebelumnya yang membahas tentang kompetensi profesional guru Pendidikan

Agama Islam, diantaranya:

Inggi Turnando (2020) dengan judul “Kompetensi Profesional

Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengelola Kelas di SMP Negeri 12

Kota Bengkulu”. Hasil penelitiannya bahwa kompetensi profesional guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 12 Kota Bengkulu, diantaranya

memperhatikan aspek dalam mengelola kelas, pendekatan dalam pengelolaan

kelas, strategi dalam pengelolaan kelas, peraturan dalam pengelolaan kelas,

dan penataan di dalam kelas. Adapun faktor-fakor yang mempengaruhi

kompetensi profesional guru dalam mengelola kelas meliputi watak atau

kepribadian siswa dan faktor yang berpengaruh juga yaitu dari dalam diri

guru itu sendiri, artinya hal yang harus diperhatikan itu berupa pengetahuan

6
7

tentang mengelola kelas dengan baik, motivasi mengajar yang baik dan minat

yang baik.

Sukmawati (2018) dengan judul “Kompetensi Profesional Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Mengelola Kelas di MA Muhammadiyah

Makasar”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi guru dalam

mengelola kelas untuk mencapai kondisi yang optimal, maka guru harus

dapat mengatur peserta didik dan mampu mengendalikan suasana belajar

menjadi menarik dan menyenangkan, jadi seorang guru tidak hanya satu atau

dua strategi yang digunakan dalam mengelola kelas tetapi harus banyak

metode atau strategi yang digunakan tergantung dari suasana dan kondisi

peserta didik agar suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang

diharapkan.

Rizky Shaleh (2011) dengan judul “Kompetensi Profesional Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Mengelola Kelas di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 21 Pekanbaru.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas

di SMP Negeri 21 Pekanbaru dengan persentase 72,8% adalah cukup baik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru

Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas di SMP Negeri 21

Pekanbaru seperti adanya faktor pendukung yaitu guru memperhatikan aspek

mengelola kelas selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga

memudahkan mereka untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal. Guru

mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan apabila terjadi gangguan


8

selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru memiliki motivasi, minat,

kesiapan mental dan kesiapan mengajar. Sedangkan faktor penghambatnya

seperti sikap, perilaku siswa yang bervariasi, keterbatasan buku paket yang

dimiliki oleh para siswa serta metode mengajar yang kurang variatif.

Berdasarkan penelitian tersebut, terlihat bahwa penelitian yang

dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan

pertama terlihat dari judul yang dipilih oleh peneliti berbeda dengan peneliti

lain. Perbedaan kedua adalah tempat dan waktu dilaksanakan penelitian.

Selama ini belum ada penelitian mengenai pelaksanaan pengelolaan kelas

oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 04 Pontianak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian yang sama terkait

judul penelitian ini.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Kompetensi Guru

Menurut Fauzi Eka Putra (2017:38) kompetensi merupakan

salah satu kemampuan seseorang yang memiliki keterampilan,

pengetahuan dan nilai dasar dalam menjalankan segala tugasnya.

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan keterampilan,

pengetahuan, dan perilaku seseorang agar dapat melaksanakan tugasnya

secara efisien dan mampu bertahan dalam dunia kerja dan melaksanakan

kinerja sesuai standar yang dimiliki profesinya. Jejen Musfah (2012:27)

kompetensi guru juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara

kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang


9

secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang

mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,

pembelajaran yang mendidik, pngembangan pribadi dan profesionalitas.

Menurut Hamzah B. Uno (2011:12) kompetensi menunjukkan

kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi

spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Hal

ini membuktikan bahwa kompetensi guru adalah pengetahuan,

keterampilan, perilaku yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam

proses pembelajaran berlangsung atau dalam melaksanakan tugasnya.

Cut Fitriani, dkk (2017:89) mengatakan kompetensi guru dapat

diartikan sebagai penguasaan terhadap suatu tugas (mengajar dan

mendidik), keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya. Dengan

demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan

kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan diwujudkan

dalam bentuk penguasaan keterampilan, pengetahuan maupun sikap

profesional dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai guru. Sedangkan

menurut Feralys Novauli M. (2015:46) kompetensi guru dapat diartikan

sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan

dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki

seorang guru dalam menjalankan profesinya.

Menurut Halid Hanafi, dkk (2018:33) kompetensi guru adalah

kemampuan yang harus dimiliki oleh guru terkait dengan tugas dan
10

tanggung jawabnya sebagai seorang guru dimana kemampuan tersebut

meliputi pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia,

pengetahuan tentang bidang studi yang digeluti, memiliki sikap yang baik

terkait dengan tugasnya, dan menguasai teknik mengajar yang baik.

Menurut Suryosubroto (2009:195) kompetensi profesional

mencakup strategi dalam pembelajaran di dalam kelas yaitu dengan

mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran atau tujuan seperti

yang diharapkan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran, pendidik-

pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

guru merupakan seorang pendidik yang memiliki tugas sebagai pengajar

pada suatu lembaga tertentu. Oleh karena itu, kompetensi guru merupakan

kemampuan seseorang dalam membentuk keilmuannya baik pada

teknologi, sosial maupun spiritual yang dapat dibentuk dalam sebuah

profesi guru. Bahkan kompetensi guru juga merupakan kemampuan

seorang guru dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya

dalam menjalankan tugasnya.

2. Kompetensi Profesional Guru dalam Mengelola Kelas

Menurut E. Mulyasa (2003:91) mengelola kelas merupakan

keterampilan guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang

kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam

pembelajaran. Sedangkan Wina Sanjaya (2005:174) mengatakan bahwa

mengelola kelas merupakan suatu keterampilan guru untuk menciptakan


11

dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya

manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Nurhasnawati (2002:31) mengartikan bahwa mengelola kelas

sebagai suatu keterampilan yang dimiliki guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang terbaik dan menyenangkan dan

mengembalikannya kekondisi yang optimal jika terjadi gangguan.

Adapun Kunandar (2007:69) mengungkapkan menjadi guru profesional

tentang mengelola kelas yang mendukung terciptanya tujuan

pembelajaran yang lebih berkualitas bertujuan untuk 1) mengidentifikasi

gangguan suasana pembelajaran baik secara perorangan maupun secara

kelompok, 2) menguasai pendekatan pengelolaan kelas, 3) mencegah dan

mengatasi gangguan suasana kelas dengan pendekatan yang tepat, dan 4)

melaksanakan administrasi kelas yang benar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengelola

kelas merupakan suatu usaha mengatur kegiatan proses belajar mengajar

secara sistematis, agar terwujud kondisi belajar yang kondusif, efektif dan

efisien.

a. Pengertian Mengelola Kelas

Deni Febriani (2017:189) mengatakan mengelola kelas

merupakan bentuk dari mendesain lingkungan fisik kelas erat

kaitannya dengan pengelolaan kelas, untuk menciptakan suasana kelas

yang efektif. Sehingga mengelola kelas termasuk ke dalam

kompetensi profesional seorang guru. Sehingga penataan lingkungan


12

yang tepat akan berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan

partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

Suyanto dan Asep Jihad (2013;102) “Classroom management

is a complek set of behaviors the teacher uses to establish and

maintain classroom conditions that will enable students to achieve

their instructional objectives efficiently – that will enable them to

learn”. Artinya, pengelolaan dalam kelas merupakan sekumpulan

perilaku kompleks yang digunakan oleh guru untuk menciptakan dan

memelihara suatu kondisi kelas sehingga siswa dapat mencapai tujuan

dalam pembelajaran secara efisien.

Rulam Ahamdi (2018:169) mengatakan pengelolaan kelas

adalah suatu kegiatan terencana dan berkesinambungan untuk

menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar

dengan mudah, aman dan tenang. Sehingga memungkinkan terjadinya

interaksi yang efisien dan efektif. Menurut Erwin Widiasworo

(2018:12) mengelola kelas adalah hal yang utama untuk menciptakan

pelajaran yang nyaman sehingga dalam proses belajar mengajar akan

memungkinkan siswa belajar dengan hasil yang efisien dan

berkualitas tinggi.

Menurut Rulam Ahmadi (2018:168) kegiatan pengelolaan

kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam

mendayahgunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang

seluas-luasnya kepada setiap personal dalam melakukan kegiatan-


13

kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang

tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan

kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.

Selanjutnya dalam buku Pedoman Guru Pendidikan Agama

Islam terbitan Depag RI, untuk mencapai proses mengajar di dalam

kelas perlu pengelolaan kelas yang dapat mengandung dua pengertian,

yaitu rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu dan dapat

pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi.

Dari pendapat di atas, diketahui bahwa kemampuan

mengelola kelas adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam

menciptakan suasana komunikasi yang eduktif antara guru dan peserta

didik yang mencakup segi kognitif, efektif, dam psikomotor, sebagai

upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan

tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengejaran.

b. Komponen Pengelolaan Kelas

Menurut Musfufah (2016:26) pengelolaan kelas yang baik

dapat dilakukan dengan beberapa komponen sebagai berikut:

1) Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif

Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang

belajar yang didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi

kelas yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan semangat dan

keinginan untuk belajar dengan baik seperti: pengaturan meja,


14

kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya siswa

yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika

perlu di iringi dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi

pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat

membangun gairah belajar siswa.

2) Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar

Dengan adanya penataan kelas yang baik akan

menimbulkan semangat belajar dan peserta didik tidak sukar untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

3) Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif

Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah

penciptaan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan

mengasyikkan serta mencerdaskan dan menguatkan.

4) Penetapan metode pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari

strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Variasi metode pembelajaran sangat banyak.

Metode-metode pembelajaran tersebut dipakai untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

5) Pemanfaatan media dan sumber belajar

Guru yang pandai adalah guru yang bisa membuat media

sebagai sumber belajar dan sebagai alat penyalur informasi dari

bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar


15

mengajar. Maka guru harus mengetahui bagaimana caranya

memanfaatkan macam-macam media yang ada supaya materi

pelajaran yang diberikan oleh guru dapat dicerna baik oleh anak

didik.

Adapun menurut Mu’awanah (2011:89) pengelolaan kelas

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Pengelolaan fisik

Pengelolaan fisik merupakan ketatalaksanaan dan

pengaturan ruangan kelas yang mendukung terjadinya proses

belajar mengajar secara efektifitas dan efisiesn, seperti pengaturan

pergantian udara, pengaturan cahaya, tempat duduk siswa, meja

kursi guru, papan tulis, alat-alat pelajaran dan sebagainya.

2) Pengelolaan yang menyangkut siswa

Hal ini merupakan upaya menciptakan dan mempertahan-

kan motivasi siswa untuk secara sadar berperan serta terlihat

dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Upaya

tersebut diwudujkan dalam bentuk kegiatan, tingkah laku atau

suasana yang diatur atau diciptakan oleh guru dengan merangsang

dan menantang siswa secara penuh. Pengelolaan kelas yang baik

akan menggerakkan terjadinya proses interaksi belajar mengajar

yang baik pula.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas dapat

dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:


16

1) Penataan ruang kelas

Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting karena

dapat membuat siswa nyaman dan betah dalam proses kegiatan

belajar. Menurut Kustawan dan Hermawan (2013:115)

menjelaskan bahwa menciptakan suasana belajar perlu

memperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas. Dari

penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pengelolaan kelas dapat

dilakukan dengan menata ruang kelas.

Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008:210) mengatakan

bahwa penataan ruang kelas berarti membangun dan memelihara

lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi

siswa. Untuk menciptakan suasana belajar maka perlu

diperhatikan pengaturan dan penataan ruang kelas. Penataan

ruang kelas dalam proses belajar mengajar membutuhkan

pengembangan variasi baik dari segi penataan tempat duduk

maupun perlengkapan yang menunjang dalam pencapaian tujuan

pembelajaran.

Adapun secara khusus, menurut John Afifi (2014:16)

penataan ruang kelas dapat diartikan sebagai usaha mengatur

kelas menjadi tempat belajar yang nyaman dan mampu

menjangkau tujuan pembelajaran bagi siswa. Tata ruang kelas

merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh

guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi


17

yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat

berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan

pembelajaran.

Tata ruang kelas merupakan kegiatan yang terencana dan

sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan

proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien,

sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Menurut Ahmad Rohani

(2004:127) lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh

penting terhadap hasil perbuatan belajar. Keberhasilan kegiatan

belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam

mengatur kelas. Pengaturan ruang kelas merupakan kegiatan

mengurus dan menata segala sarana belajar yang terdapat di

dalam ruang kelas oleh guru. Berbagai sarana belajar yang ada di

dalam kelas seperti meja dan kursi, papan tulis, penghapus,

penggaris, papan absensi, dan lain sebagainya.

Adapun dalam melakukan penataan ruang kelas terdapat

indikator seperti menurut Suharismi Arikunto (2008:304) seorang

pendidik dalam menata ruang kelas harus memperhatikan

beberapa tata cara pengaturan ruang kelas yaitu:

a) Guru menata tempat duduk siswa.

b) Guru menata alat peraga yang ada di dalam kelas.

c) Guru menata dan memperhatikan kedisiplinan siswa.


18

d) Guru menata ruang fisik kelas.

e) Guru menata kebersihan dan keindahan kelas.

f) Guru menata dan memperhatikan kelengkapan kelas.

g) Guru menata dan memperhatikan pajangan kelas.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penataan ruang

kelas yang baik dapat menentukan suasana pembelajaran yang

efektif. Yang mana pembelajaran yang efektif bermula dari iklim

kelas yang memungkinkan terciptanya suasana belajar yang baik,

maka dari itu perlu diperhatikan penataan ruang kelas dan isinya.

Lingkungan kelas yang ditata dengan baik dapat memungkinkan

terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar

siswa.

2) Penetapan metode pembelajaran

Menurut Abu Ahmadi (1979:31) tugas guru adalah

mengajar dan mendidik. Tugas ini merupakan faktor yang sangat

penting dalam pelaksanaan pendidikan, untuk dapat menunaikan

tugas tersebut maka seorang pendidik wajib memiliki segala

sesuatu yang berguna demi menjalankan tugasnya secara

profesional dalam hal ini tidak terlepas dari penguasaan beberapa

metode mengajar dalam proses pembelajaran demi menunjang

keberhasilan pembelajaran yang disajikannya, dan sebagai

seorang pendidik yang profesional tentunya tidak hanya

menguasai satu atau beberapa saja diantara metode mengajar


19

melainkan harus multi metode atau menguasai keseluruhan dari

metode mengajar sehingga proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif dan efisien.

Adapun menurut Ramayulis (2010:3) metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan

oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik

pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian,

metode pembelajaran merupakan alat untuk mencapai proses

pembelajaran yang diharapkan. Abu Ahmadi (2005:52)

mengatakan cara atau metode pembelajaran yang digunakan

untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang

ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Khusus metode

pembelajaran di kelas, efektifitas metode dipengaruhi oleh faktor

tujuan, faktor siswa, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri.

Dengan kata lain metode pembelajaran adalah teknik penyajian

yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi

pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau

secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami

dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik.

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya (2005:53)

dalam penggunaan suatu metode pembelajaran harus


20

memperhatikan beberapa indikator metode belajar yakni sebagai

berikut:

a) Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif, minat

atau gairah belajar murid.

b) Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan

kegiatan kepribadian murid.

c) Metode yang digunakan dapat memberikan kesempatan

kepada murid untuk mewujudkan hasil karya.

d) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa

untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.

e) Metode yang digunakan dapat mendidik murid dalam teknik

belajar sendiri dan cara memperoleh ilmu pengetahuan

melalui usaha pribadi.

f) Metode yang digunakan dapat meniadakan penyajian yang

bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman

atau situasi yang nyata dan bertujuan.

g) Metode yang digunakan dapat menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai serta sikap-sikap utama yang

diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa metode

mengajar adalah cara setiap guru dalam melaksanakan pendidikan

mengajar untuk dapat mencapai tujuan yang ingin dicapainya.


21

Tanpa memakai metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan

sifat dan corak mata pelajaran maka kemampuan-kemampuan dan

kondisi setempat, maka tujuan yang ingin dicapai sulit terwujud

dengan baik, sehingga dengan demikian memiliki nilai strategis

dalam upaya mensukseskan proses pembelajaran secara khusus

dan pendidikan secara umum.

3) Pemanfaatan media pembelajaran

Menurut Musfiqon (2012:38) media pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik

yang sengaja digunakan sebagai perantara guru (pendidik) dan

peserta didik dalam memahami materi pembelajaran agar lebih

efektif dan efesien.

Menurut Basyaruddin Usman menjelaskan tentang fungsi

media pembelajaran, yaitu:

a) Membantu memudahkan belajar bagi siswa atau mahasiswa

dan membantu memudahkan mengajar bagi guru dan dosen.

b) Memberikan pengalaman yang lebih nyata (yang abstrak

menjadi konkrit).

c) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak

membosankan).

d) Semua indra murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indra

dapat diimbangi dengan kekuatan indra yang lain.

e) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.


22

f) Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita.

Adapun menurut Sri Anita (2009:7) mengklasifikasikan

media pembelajaran menjadi 4, yaitu: media visual, media audio,

media audio visual, dan multimedia. Selanjutnya terdapat

indikator dalam memilih media pembelajaran menurut Nana

Sudjana (2002:4) yakni:

a) Ketepatan media dengan tujuan pengajaran.

b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.

c) Kemudahan memperoleh media.

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya.

e) Tersedia waktu untuk menggunakannya.

f) Sesuai dengan taraf berfikir anak.

Jadi dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa media

pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan

pesan, dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan

audien sehingga dapat mendorong proses belajar pada dirinya.

Penggunaan media secara kreatif akan memunkinkan siswa untuk

belajar lebih baik.

4) Menciptakan dan mempertahanakan motivasi belajar siswa

Menurut Nashar (2004:42) motivasi belajar adalah suatu

perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Clayton, motivasi belajar adalah kecenderungan siswa


23

dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat

untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

Tujuan umum motivasi adalah untuk menggerakkan atau

menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau

tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan

dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya

sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang

diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.

Menurut Catharina Tri Anni (2006:186) seorang guru

seharusnya mempunyai strategi untuk motivasi siswa-siswa di

dalam pembelajaran. Ada beberapa strategi motivasi belajar

antara lain sebagai berikut:

a) Membangkitkan minat belajar

Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah

sangat penting dan karena itu tunjukkanlah bahwa

pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi

mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan

pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan

dipelajari dan cara-cara mempelajarinya.


24

b) Mendorong rasa ingin tahu

Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara

untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu siswa

di dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran studi

kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan

sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat

digunakan untuk membangkitnya hasrat rasa ingin tahu

siswa.

c) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik

Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan

melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik dan

juga penggunaan variasi metode penyajian.

d) Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar

Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak

akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu

dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri dan bukan

dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.

Adapun terdapat indikator dalam motivasi belajar yang

perlu diperhatikan seperti yang diklasifikasikan oleh Hamzah B.

Uno (2009:3) sebagai berikut:

a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.


25

d) Adanya penghargaan dalam belajar.

e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang

mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara

sungguh-sungguh, yang pada akhirnya akan terbentuk cara belajar

siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi

kegiatan-kegiatannya. Dan juga dalam mengelola kelas, seorang

guru harus mampu menciptakan kondisi yang optimal dan

mempertahankan kondisi kelas tetap kondusif ketika tingkah laku

peserta didik menyimpang dan mengganggu proses belajar

mengajar.

c. Tujuan Pengelolaan Kelas

Erwin Widiasworo (2018:17) menyebutkan untuk mencapai

kelas yang kondusif, seorang guru harus mempunyai tujuan dalam

mengelola kelas yaitu seperti berikut:

1) Mewujudkan kondisi kelas sebagai lingkungan belajar atau

sebagai kelompok belajar yang memungkinkan berkembangnya

kamampuan masing-masing siswa.

2) Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi

belajar yang efektif.

3) Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga

kondusif bagi kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan


26

tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional, dan

intelektual,

4) Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial,

ekonomi, budaya, dan keindividualan.

Sedangkan menurut Hamzah B. (2008:23) tujuan umum

pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas

bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan

khususnya adalah mengembangkan kamampuan siswa dalam

menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang

memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa

untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Adapun tolak ukur keberhasilan tujuan pendidikan menurut

Radno Harsanto (2007:15), ada tiga hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

1) Tumbuhnya minat membaca dan kemampuan untuk mengerti

apa yang di baca.

2) Berkembangnya kemampuan untuk memahami pikiran orang

lain dengan tepat dan menganggapinya secara terbuka dan kritis.

3) Tumbuhnya kebiasaan mempelajari secara sistematis apa yang

dilakukan dan mulai mengadakan studi terbatas sebagai

pendasaran pembentukan pendapat pribadi.


27

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Hanya dengan mengetahui berbagai macam metode, mampu

merencanakan dengan baik saja, memang belum menjamin

kesuksesan seorang guru atau suatu tim pengajar di dalam

menciptakan proses mengajar dan belajar atau proses interaksi eduktif

yang baik. Salah satu faktor yang paling banyak berpengaruh adalah

faktor guru itu sendiri.

Suryosubroto (2009:153) menyebutkan faktor-faktor yang

sering mempengaruhi guru dalam pengelolaan kelas dalam proses

belajar mengajar yaitu:

1) Kepribadian

Termasuk di dalamnya tingkah laku, wibawa, karakter, dan lain-

lain yang akan berpengaruh terhadap proses interaksi.

2) Penguasaan bahan

Sukses tidaknya proses interaksi dengan baik akan terpengaruh

juga oleh menguasai tidaknya seorang guru menguasai bahan

(isi) pelajaran yang diberikan.

3) Penguasaan kelas

Menguasai tidaknya suasana kelas dari seorang guru akan

berpengaruh terhadap proses interaksi eduktif yang ada. Banyak

terjadi keributan kelas, penuh ketegangan, itu semua karena

antara lain guru tidak menguasai kelas.


28

4) Cara guru berbicara di dalam kelas

Cara guru berbicara atau berkomunikasi dengan murid sangat

besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Ada guru yang

berbicara gugup, terlalu cepat, terlalu lemah, atau di ulang-

ulang. Ini semua tentu akan berpengaruh terhadap komunikasi

atau interaksi eduktif. Dengan demikian harus diusahakan agar

berbicara dengan mudah dipahami oleh peserta didik.

5) Cara menciptakan suasana kelas

Suasana yang baik harus diciptakan oleh guru, agar terwujud

interaksi eduktif yang baik. Misalnya dalam hal menempatkan

murid di tempat duduknya, mengarahkan kegiatan belajar,

membantu murid, menghargai sikap dan pendapat murid,

semuanya ini harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip

individualitas.

6) Memperhatikan prinsip individualitas

Ini harus disadari sebab setiap murid mempunyai perbedaan

kemampuan, perbedaan kecakapan, dan lain-lain. Menghadapi

situasi seperti itu, maka seorang guru jangan terlalu

menyamakan kemampuan murid tersebut.

e. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Suyanto dan Asep Jihad (2013:102) mengatakan seorang

guru agar bisa menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, guru


29

harus bisa menciptakan pendekatan dengan siswa di dalam kelas,

yaitu:

1) Pendekatan otoriter. Pandangan ini menekankan pada perlunya

pengawasan dan pengaturan siswa.

2) Pendekatan intimidasi. Pandangan ini memberi peluang besar

guru untuk mengawasi dan menertibkan siswa dengan cara

intimidasi.

3) Pendekatan permisif. Pendekatan ini memberikan kebebasan

kepada siswa untuk melakukan apa yang ingin dilakukan, guru

hanya memantau apa yang dilakukan siswa tersebut.

4) Pendekatan “resep makanan”. Pendekatan ini menekankan

kepada guru untuk melihat dan mengawasi sejauh mana siswa

mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan,

apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.

5) Pendekatan pengajaran. Pendekatan ini memberi kesempatan

untuk menyusun rencana pengajaran dengan tepat sehingga

menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak

diharapkan.

6) Pendekatan modifikasi perilaku. Pendekatan ini menekankan

kepada guru mengupayakan perubahan perilaku yang positif

pada siswa.
30

7) Pendekatan iklim sosio-emosional. Dalam konteks ini, guru

menekankan terjalinnya hubungan yang positif antar guru dan

siswa.

8) Pendekatan sistem proses kelompok/ dinamika kelompok. Pada

pendekatan ini, guru ditekankan untuk meningkatkan dan

memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan kelas tidak dapat

terlepas dari motivasi kerja guru karena dengan motivasi kerja guru

akan terlibat sejauh mana motif dan motivasi guru untuk melakukan

pengelolaan kelas. Gaya dalam kepemimpinan yang tepat yang sering

digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan

memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.

f. Prinsip dan Asumsi Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas yang baik dapat pula tercapai dengan

adanya suatu prinsip dalam pengeolaan kelas. Menurut Dede Rosyada

(2004:123) strategi pengelolaan kelas adalah pola atau siasat, yang

menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam

menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif,

sehingga siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan

dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dede

Rosyada (2004:130) juga menyampaikan untuk mencegah timbulnya

tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya kegiatan belajar

mengajar, guru berusaha mendayahgunakan potensi kelas,

memfokuskan perhatian kepada peserta didik, memahami mereka


31

secara individu dan memberi pelayanan-pelayanan tertentu yang

merupakan wujud dukungan dari warga sekolah.

Rulam Ahmadi (2018:173) mengatakan untuk melaksanakan

pengelolaan kelas yang efektif, hendaknya didasarkan pada asumsi-

asumsi dalam pengelolaan kelas bahwa:

a) Anak-anak suka mengikuti aturan karena memang mereka

mengerti dan menerimanya.

b) Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala anak terlibat

secara teratur dalam aktivitas (belajar) yang mendorong minat dan

sikapnya.

c) Manajemen dan pengelolaan kelas hendaklah bertujuan untuk

memaksimalkan waktu anak untuk terlibat dalam kegiatan

produktif dari pada kegiatan kontra produktif, seperti menekankan

pengawasan atas perilaku anak yang menyimpang.

d) Tujuan guru adalah mengembangkan self-control (pengendalian

diri) dalam diri anak, bukan semata-mata melakukan pengawasan

yang menekan atas diri mereka.

Menurut Deni Febriani (2017:191) berdasarkan asumsi-asumsi

yang telah dijelaskan di atas, dapatlah dikembangkan prinsip-prinsip

pengelolaan kelas sebagai berikut:

a) Bahwa setiap aturan dan prosedur yang mengikat dan tempuh

haruslah direncanakan terlebih dahulu sebelum hal itu dapat

dilangsungkan.
32

b) Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh harus

jelas dan berguna.

c) Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara mandiri.

d) Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan.

e) Rencanakan kegiatan belajar yang independen atau individual dan

juga kegiatan belajar kelompok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya prinsip dan

asumsi-asumsi dalam pengelolaan kelas ini dapat menciptakan,

mempertahankan dan mengembalikan kondisi yang optimal dalam

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih

efektif dan efisien.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Sugiyono (2012:15) mengatakan metode penelitian kualitatif

adalah “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme

untuk meneliti pada kondisi yang objek alamiah, peneliti sebagai instrument

kunci”. Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, tindakan secara holistik. Sehingga data-data yang

diperoleh berupa kata-kata tertulis, ucapan lisan, bentuk perilaku yang

diamati melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

fenomenologi. Menurut Muhammad Idrus (2009:59) fenomenologi adalah

ilmu pengetahuan tentang apa yang tampak mengenai suatu gejala-gejala atau

fenomena yang pernah menjadi pengalaman manusia yang bisa dijadikan

tolak ukur untuk mengadakan suatu penelitian kualitatif. Pendekatan ini

adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang

terjadi pada objek penelitian dengan menggambarkan kejadian-kejadian yang

terjadi secara sistematis dengan meneliti berbagai macam kegiatan

masyarakat setempat. Tujuan dalam penelitian ini dibatasi untuk

menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya. Penelitian ini

33
34

dilakukan untuk mengetahui kompetensi profesional guru Pendidikan Agama

Islam dalam mengelola kelas di SMK Negeri 04 Pontianak.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 04 Pontianak, yang

beralamat di Jalan Komodor Yos Sudarso, Sungai Beliung, Kecamatan

Pontianak Barat, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland, dalam Lexy Moleong (2007:157)

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan

sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau

melalui perekaman video/ audio tapes, pengambilan foto, atau film.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,

melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang

tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang

diwawancarai dilakukan dengan Snowball sampling. Menurut Sugiyono

(2008:300) Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data yang pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu

memberikan data lengkap, maka harus mencari orang lain yang dapat

digunakan sebagai sumber data. Dalam penentuan sampel, pertama-tama

dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan satu atau dua orang ini

belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari
35

orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang

diberikan oleh dua orang sebelumnya. Dalam hubungan ini S. Nasution

(1988) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (narasumber) dianggap

telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundacy” datanya telah

jenuh, ditambah lagi sampel tidak memberikan informasi yang baru, artinya

bahwa dengan menggunakan narasumber selanjutnya boleh dikatakan tidak

lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

Adapun dalam penelitian ini akan difokuskan pada kelas XII. Jadi

sumber data dalam penelitian ini merupakan guru PAI yang mengajar pada

kelas XII dan beberapa siswa kelas XII. Dengan demikian untuk

mendapatkan informasi tentang kompetensi profesional guru Pendidikan

Agama Islam dalam mengelola kelas di SMK Negeri 04 Pontianak, maka

sumber datanya yaitu 2 guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai

sumber utama, dan sumber data penunjang yaitu beberapa siswa kelas XII di

SMK Negeri 04 Pontianak.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu proses

mengumpulkan data-data penelitian yang berkaitan dengan kompetensi

profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas di SMK

Negeri 04 Pontianak. Proses pengumpulan data ini terdiri dari beberapa

tahapan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.


36

1. Teknik Observasi

Menurut Hardani, Helmina Andriani, dan kawan-kawan

(2020:123) observasi ialah pengamatan dengan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Sedangkan menurut Muri

Yusuf (2017:385) observasi merupakan pengumpulan data yang tepat

untuk mencapai tujuan penelitian yang dirumuskan, maka sekurang-

kurangnya ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian oleh pengamat dan

pengumpulan data: apa yang diamati, apabila diamati dan bagaimana

mencatatnya dan berapa banyak kesimpulan pengamatan dilakukan.

Observasi dilakukan di SMK Negeri 04 Pontianak.

2. Teknik Wawancara

Menurut Sugiyono (2012:85) wawancara merupakan pertemuan

antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Sedangkan menurut Joko Subagyo (2004:39) mengatakan bahwa

wawancara adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para

responden. Wawancara bermakna berhadapan langsung anatar interview

dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan. Hasil

wawancara tersebut berupa jawaban dari responden yang berupa

informasi terhadap permasalahan penelitian dan dijadikan data dalam

penulisan ini. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan untuk


37

mengetahui bagaimana kompetensi guru profesional dalam mengelola

kelas.

3. Dokumentasi

Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar (2014:69)

mengatakan dokumentasi merupakan pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen. Adapun menurut Basrowi & Suwandi

(2008:158) dokumentasi juga merupakan suatu cara pengumpulan data

yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan

bukan berdasakan perkiraan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dokumentasi dalam

penelitian ini adalah dengan melengkapi surat-surat penelitian dan foto-

foto hasil penelitian. Hal ini sebagai bukti telah jalannya proses penelitian.

Adapun pengumpulan data dalam suatu penelitian, dibutuhkan

instrumen untuk menjawab apa yang menjadi pertanyaan. Penggunaan

instrumen sangat menentukan terhadap hasil penelitian. Adapun instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Pedoman Observasi

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah

mengamati partisipasi warga sekolah dalam melaksanakan kompetensi

profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam mengelola kelas di

SMK Negeri 04 Pontianak.


38

2. Pedoman Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana kompetensi profesional guru PAI di SMK Negeri 04

Pontianak. Pedoman wawancara terdiri dari beberapa pertanyaan yang

berkaitan dengan kompetensi profesional seorang guru dalam mengelola

kelas. Wawancara ini dilakukan pada guru bersangkutan berupa guru PAI

dan beberapa siswa kelas XII.

3. List Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan sejumlah data yang diperlukan sebagai pendukung

penelitian yang terdiri dari data guru dan data sekolah.

E. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan selama penelitan dan

analisis data yang berlangsung dapat mengarahkan data apa saja yang mesti

didapatkan dari lapangan. Pengumpulan dan analisis data dalam penelitian

kualitatif merupakan proses induktif. Penelitian ini menggunakan teknik

analisis data dengan langkah penelitian Miles dan Huberman.

Menurut Miles dan Huberman dalam Burhan Bungin (2017:70)

teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection), yaitu pengumpulan data yang

merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan


39

pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction), diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi

dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan,

mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan

sebagainya dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak

relevan.

3. Display Data, yaitu merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam

bentuk teks naratif. Penyajiaannya juga dapat berbentuk matrik,

diagram, tabel dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and

Verification) merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Setelah

melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil

penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan

merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data. Penarikan

kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.


40

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data sangan

dibutuhkan, dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan yang

digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai macam cara dan berbagai waktu. Peneliti melakukan

pengecekan kembali dari data yang diperoleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2014:82) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan

data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Upaya yang dilakukan untuk triangulasi adalah peneliti

membandingkan data hasil wawancara dengan guru bidang studi dengan

data hasil observasi, membandingkan hasil observasi dengan studi

dokumen yang peneliti lakukan dalam menguji keabsahan data.

2. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari dilakukannya member check

yaitu untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh oleh peneliti

sesuai dengan apa yang diperoleh oleh pemberi data hingga pemberi data

menyepakati bahwa data yang diperoleh itu valid.


41

Dalam hal ini peneliti akan meminta narasumber untuk melihat

kembali hasil wawancara dalam rangka memperbaiki informasi yang telah

diberikan apablia terdapat kekeliruan dan kekurangan. Member check akan

dilakukan pada setiap akhir wawancara antar peneliti dengan narasumber.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Abu Ahmadi. 1979. Didaktik Metodik. Semarang: Toha Putra
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
CV Pustaka Setia
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Burhan Bungin. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Catharina Tri Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press
Cut Fitriani, dkk. 2017. “Kompetensi Profesional Guru dalam Pengelolaan
Pembelajaran di MTs Muhammadiyah Banda Aceh”. Jurnal Magister
Administrasi Pendidikan. Vol 5. No 2. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala
Dede Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media
Deni Febriani. 2017. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Erwin Widiasworo. 2018. Cerdas Pengelolaan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press
Fauzi Eka Putra. 2017. “Kompetensi Komunikasi Pustakawan di Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan”. Jurnal „Iqra. Vol 11.
No 2. Medan: Universitas Negeri Sumatera Utara
Feralys Novauli M. 2015. “Kompetensi Guru dalam Peningkatan Prestasi Belajar
pada SMP Negeri dalam Kota Banda Aceh”. Jurnal Administrasi
Pendidikan. Vol 3. No 1. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala
Jean Ellis Ormrod. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
John Afifi. 2014. Inovasi-Inovasi Kreatif Manajemen Kelas dan Pengajaran
Efektif. Yogyakarta: Diva Press
Halid Hanafi dkk. 2018. Profesionalisme Guru dalam Pengelolaan Kegiatan
Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Deepublish
Hamzah B. Uno. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Hardani, Helmina Andriani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2014. Pengantar Statistika. Jakarta:
Bumi Aksara
Idris Apandi & Sri Rosdianawati. 2017. Guru Profesional Bukan Guru Abal-Abal.
Yogyakarta: Deepublish
Jejen Musfah. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta

42
43

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo


Kustawan dan Hermawan. 2013. Model Implementasi Pendidikan Inklusif Ramah
Anak. Jakarta: PT. Luxima Metro Medika
Lexy Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Mu’awanah. 2011. Strategi Pembelajaran Pedoman Untuk Guru dan Calon Guru.
Kediri: STAIN Kediri Press
Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga
Muri Yusuf . 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri
Musfufah. 2016. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas oleh Guru Mata Pelajaran
Akidah Akhlak di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Hidayatussibyan
Desa Sungai Ambangah Kabupaten Kubu Raya Tahun Pelajaran 2015/2016
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakarya
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdikarya
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan
Pembelajar. Jakarta: Delia Press
Nurhasnawati. 2002. Strategi Pengajaran Mikro. Pekanbaru: Fak. Tarbiyah IAIN
SUSQA
Radno Harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius
Ramyulis. 2010. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Rulam Ahmadi. 2018. Profesi Keguruan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
S. Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharismi Arikunto. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Adytia Media
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Suyanto dan Asep Jidah. 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Erlangga
Sri Anita. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. BAB IV. Pasal 8
dan Pasal 10
Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Edisi Pertama. Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup

Anda mungkin juga menyukai