Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufik serta
hidayah-Nya sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Sholawat serta salam tetap kami haturkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan,dan yang selalu kita nantikan syafaatnya di akhirat kelak.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Drs.Imam
Taulabi,M.Pd.I yang telah membimbing kita pada mata kuliah Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah ini dengan penuh keikhlasan .Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah membaca makalah ini,semoga bisa menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................................1
B.Rumusan Masalah..........................................................................................1
C.Tujuan Penelitian............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A.Kesimpulan........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kota Madinatul Munawarah merupakan kota yang dipilih oleh Allah SWT
sebagai tujuan hijrah Rasulullah SAW dan sebagai dakwah Islam. Oleh karena itu
kota Madinah dikenal dengan sebutan daarul hijrah (negeri hijrah) dan
markazudda’wah (pusat dakwah). Selain kehendak Allah SWT untuk memuliakan
penduduknya dan rahasia-rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain Allah
SWT, kota Madinah juga mempunyai keistimewaan yaitu letaknya yang strategis.
Kota Madinah berbeda dengan Makkah, dari sisi budaya dan kebiasaan
masyarakatnya. Rasulullah SAW menghadapi masyarakat yang berbeda dengan
masyarakat Makkah. Dan ini menjadi tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi
Rasulullah SAW dalam menyampaikan risalah kerasulannya. Masyarakat Madinah
adalah masyarakat yang plural, baik agama, suku, budaya, dan ekonomi.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan Nabi Muhammad SAW di Madinah?
2. Apa saja peristiwa penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW di
Madinah?
3. Apa saja strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kehidupan Nabi Muhammad SAW selama periode
di Madinah.
2. Untuk mengetahui peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan
Nabi Muhammad SAW saat di Madinah.
3. Untuk Mengetahui strategi apa saja yang digunakan Nabi
Muhammad SAW dalam berdakwah selama periode di Madinah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid -1, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994, hlm. 116.
2
Yatsrib (Madinah) adalah negara yang baru terbentuk dan tidak memiliki
harta warisan sedikitpun. Hal ini diperparah dengan banyaknya ancaman dari pihak
luar yang terus mendatangi kaum muslimin setelah hijrah ke Madinah. Banyak
cobaan dan rintangan yang muncul sehingga hijrahnya kaum muslimin dari Mekkah
bukan hanya diartikan sebagai melepaskan diri dari cobaan pihak Quraisy, tetapi
juga sebagai batu loncatan untuk mendirikan sebuah masyarakat baru di negeri yang
aman. Oleh karena itu, setiap muslim pada saat itu wajib ikut andil dalam
mendirikan Madinah, harus mengerahkan segala kemampuannya untuk menjaga
dan menegakkannya.
Lahirnya Piagam Madinah yang diperkirakan kurang dari dua tahun Rasulullah
Saw tinggal di Madinah membuktikan bahwa Rasulullah Saw dalam dakwahnya
berhasil mengadakan konsolidasi dan negosiasi dengan berbagai kelompok
kepentingan di Madinah, selanjutnya tampil sebagai pemimpin serta menata
2
Safi-ur-Rahman al-Mubarkpuri, Ar-Rahiqukul-Makhtum, Qisthi Press. 2015, hlm. 208-209
3
kehidupan sosial politik di sana. Piagam Madinah ini secara tidak langsung
menandai berdirinya sebuah Negara.
Naskah Piagam Madinah terdiri dari 47 pasal yang dibuat dalam dua waktu yang
berbeda. Pertama kesepakatan yang terjadi sebelum berlangsungnya perang Badar
dan berisi 24 pasal yang membicarakan tentang hubungan antara umat Islam dengan
umat-umat lainnya termasuk dengan kaum Yahudi. Kedua, kesepakatan yang
terjadi setelah berlangsungnya perang Badar dan berisi 23 pasal yang memuat
tentang hubungan antara umat Islam yaitu kaum Muhajirin dan Anshar.
a. Kaum Yahudi beserta kaum muslim wajib turut serta dalam peperangan.
b. Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama dengan kaum muslimin.
c. Kaum Yahudi tetap dengan agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan
kaum muslimin.
d. Semua kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah diperlakukan sama
dengan kaum Yahudi bani Auf.
e. Kaum Yahudi dan muslimin harus tolong menolong dalam memerangi atau
menghadapi musuh.
f. Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling
mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedzaliman.
4
g. Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar.
a.Perang Badar
Peristiwa Badar adalah perang pertama kali dalam sejarah Islam, terjadi pada
tahun 2 H atau tahun 625 M di lembah Badar. Pasukan Muslimin kala itu berjumlah
313 oarang dengan pasukan kafir Quraisy berjumlah 1000 orang. Ada sebuah
peristiwa menarik dalam perah Badar yang menandakan pertolongan dan janji
Allah Swt itu nyata, yaitu ketika pada salah satu malam terjadi peperangan, Allah
Swt menurunkan sebuah hujan. Hujan ini bagi kaum musyrikin terasa sangat lebat,
sehingga mencegah mereka untuk maju, sementara bagi kaum Muslimin hujan ini
terasa bagaikan gerimis yang dapat menyucikan mereka, menghilangkan gangguan
syaitan dari diri mereka, mudah untuk menapaki bumi, mengeraskan pepasiran,
memantapkan langkah menyiapkan posisi dan memantapkan hati mereka. Sungguh
sebuah pertolongan yang nyata dari Allah Swt bagi kaum muslimin waktu itu.
Dalam peperangan Badar ini umat Islam memperoleh kemenangan.
b.Perang Uhud
Kekalahan dalam perang Badar membuat kaum kafir Quraisy berusaha untuk
menghimpun kekuatan. Genap satu tahun dari peristiwa perang Badar, berangkatlah
pasukan kafir Quraisy menuju Madinah. Pasukan Quraisy Makkah berhenti di dekat
Gunung Uhud di sebuah tempat bernama Ainun di tanah tandus utara Madinah di
samping gunung Uhud. Rasulullah Saw beserta pasukan Muslimin Madinah keluar
3
Ainul Mardiati,SKI KELAS X
5
dari kota Madinah. Tepat disebuah tempat bernama Syauth beliau melaksanakan
sholat subuh. Pada waktu itu Rasulullah Saw sudah sangat dekat dengan musuh,
disinilah Abdullah bin Ubay beserta 300 pasukan kembali ke Madinah. Rasulullah
Saw sangat yakin dengan pertolongan Allah, beliau tidak gentar sedikitpun ketika
jumlah pasukannya berkurang. Disinilah Allah menurunkan bantuannya dengan
memberikan keyakinan kepada pasukan yang masih setia dengan Rasulullah Saw.
Perang Uhud telah menorehkan kesedihan dalam hati Rasulullah Saw karena
paman beliau, Hamzah bin Abdul Mutholib wafat di tangan Wahsy bin Harb yang
merupakan suruhan dari Hindun istri Abu Sufyan. Ketika kaum muslimin sudah
mendapatkan kemenangan, tiba-tiba pasukan muslimin yang berada di bukit Uhud
tergiur harta rampasan perang (ghanimah) sehingga pasukan pemanah itu menuruni
bukit dan akhirnya berhasil diserang kembali oleh kaum kafir Quraisy. Perintah
Rasulullah Saw untuk tidak meninggalkan bukit Uhud tidak lagi dihiraukan.
Akibatnya kaum muslimin mengalami kekalahan. Disini bisa kita lihat bahwa
ketaatan kepada pimpinan sangat diutamakan demi tercapainya tujuan bersama.
c.Perang Ahzab
Peristiwa Ahzab atau perang Khandak terjadi pada bulan Syawal tahun ke 5
Hijriyah disekitar kota Madinah bagian utara. Rasulullah Saw bermusyawarah
dengan para sahabat tentang strategi dan taktik yang digunakan. Salah seorang
sahabat bernama Salman Al-Farisi berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dulu
ketika kami di Negeri Persia, apabila kami dikepung (musuh), maka kami membuat
parit di sekitar kami” (dan itu merupakan strategi yang sangat jitu dan belum
dikenal oleh bangsa Arab sebelumnya). Maka bersegeralah Rasulullah Saw
melaksanakan rencana tersebut dan beliau mempercayakan kepada setiap sepuluh
orang untuk mengambil parit seluas empat puluh hasta. Peristiwa ini menandakan
keluhuran budi Rasulullah Saw, yang mau menerima usulan dari orang lain dan
ketaatan dari para sahabat terhadap apa yang diperintahkan oleh seorang pimpinan
kepadanya. Rasulullah Saw ikut serta dalam penggalian parit seraya terus
mempompakan semangat kepada mereka. Keadaan yang serba kekurangan dan
6
kelaparan tidak melemahkan semangat mereka. Dalam keadaan seperti ini banyak
sekali muncul tanda-tanda kenabian dalam diri Rasulullah Saw, satu diantaranya
ketika seorang sahabat Jabir bin Abdullah melihat Rasulullah Saw dalam keadaan
lapar, beliau secara diam-diam mengundang Rasulullah Saw untuk menikmati
hidangan di rumahnya dengan beberapa orang sahabat saja, Jabir melakukan secara
diam-diam karena khawatir makanan yang dihidangkan tidak mencukupi jika dia
mengundang secara terbuka.
Ketika kaum kafir Quraisy akan menyerang kaum Muslimin dan memasuki
Madinah, mereka terhalang oleh parit-parit itu. Akhirnya kafir Quraisy hanya bisa
mengelilingi parit sambil mencari titik lemah untuk dijadikan pintu masuk ke
Madinah. Selama beberapa hari kaum kafir Quraisy mengepung kota Madinah
hingga pada akhirnya Allah Swt memberikan pertolongannya dengan turunnya
hujan badai yang memporak porandakan perkemahan kaum kafir Quraisy.
Demikianlah pada akhirnya kaum Muslimin mengalami kemenangan pada
peristiwa perang Ahzab.
3. Perjanjian Hudaibiyah
7
untuk disembelih pada hari Tasyrik di Mina. Untuk sekedar menjaga diri, mereka
membawa pedang yang disarungkan.
Tidak lama kemudian, utusan kaum kafir Quraisy bernama Suhail bin Amr
datang. Dalam pertemuan itu disepakati perjanjian antara kaum kafir Quraisy dan
kaum muslimin. Perjanjian ini disebut Perjanjian Hudaibiyah. Adapun isinya
sebagai berikut:
a. Umat Islam tidak boleh menjalankan ibadah umrah tahun ini. Tahun depan baru
diperbolehkan dan tidak boleh berada di Makkah lebih dari tiga hari.
c. Orang Islam yang lari ke Makkah (murtad) diperbolehkan, sedangkan orang kafir
(Makkah) yang lari ke Madinah (masuk Islam) harus ditolak.
d. Suku Arab yang lain, bebas memilih bergabung dengan Rasulullah ke Madinah
atau mengikuti kafir Quraisy ke Makkah.
e. Kaum muslimin tidak jadi melaksanakan ibadah Umrah tahun ini, tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan.4
4
Ainul Mardiati,SKI KELAS X
8
C.Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah
Nabi juga mempersatukan antara golongan Yahudi dari Bani Qoinuqo, Bani
Nadhir dan Bani Quraidah. Terhadap golongan Yahudi, Nabi membentuk suatu
perjanjian yang melindungi hak-hak azasi manusia, yang dikenal dengan piagam
Madinah.
a. Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam peperangan.
b. Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama seperti kaum muslimin.
c. Kaum Yahudi tetap dengan agama Yahudi mereka, dan demikian pula dengan
kaum muslimin.
d. Semua Kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah diberlakukan
sama dengan kaum Yahudi Bani Auf
e. Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi
atau menghadapi musuh
f. Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan
saling mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedhaliman.
9
3.Mendirikan Masjid
Tanah tempat penjemuran kurma milik Sahal dan Suhail bin Amr dua orang
anak yatim yang semula bermaksud menghibahkan dibeli oleh Rasulullah Saw.
untuk dibangun masjid. Tujuan membangun masjid adalah sebagai tempat ibadah,
belajar, pertemuan, memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan
masyarakat dan membicarakan strategi dakwah. Masjid itu sekarang bernama
masjid Nabawi. Tanah tersebut dibeli dengan harga yang pantas sebagai contoh
bahwa harta anak yatim harus dipelihara oleh umat Islam bukan untuk
dipermainkan setelah berada di Madinah, Nabi ikut mengangkat batu-bangunan
sendiri.
b. Islam menyebarkan berbagai ajaran seperti sejarah, hukum, politik, ekonomi dan
sosial kemasyarakat.
5
Kementerian Agama,SKI MA KELAS X.Jakarta,2014.Halaman 47-49
10
c. Ayat-ayat Al-Qur’an banyak yang menerangkan keharusan umat manusia
berfikir tantang alam semesta, seperti dalam firman Allah Swt :QS Al Imran ayat
190
َ ْي اَح
ُسن ْ ِسنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّت
َ ي ِه َ ظ ِة ْال َح َ اُدْعُ ا ِٰلى
َ س ِب ْي ِل َربِكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع
َس ِب ْي ِل ٖه َوه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن
َ ع ْن
َ ض َّل َ ا َِّن َربَّكَ ه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب َم ْن
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Di awal kehidupannya di Madinah, Rasulullah SAW melakukan beberapa hal,
diantaranya: mendirikan masjid Rasulullah SAW menjadikan mesjid sebagai
tempat sentral seluruh kegiatan kaum muslimin di Madinah, termasuk dalam hal
menyususn strategi perang. Rasulullah SAW telah berhasil menyatukan
persaudaraan muslim yaitu muhajirin dan anshar yang berbeda latar belakang
budaya, kebiasaan, dan lain-lain dalam suatu persaudaraan Islamiyah yang kokoh
berdasarkan tauhidullah.
c) Perjanjian Hudaibiyah
c) Mendirikan Masjid
12
DAFTAR PUSTAKA
Syalabi, A. (1983). Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid I. Jakarta: Pustaka Al-
Husna, translated by Muchtar Yahya.
13