Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH KEUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM

FASE MADINAH:
(Pembentukan Sistem Sosial, Kemasyarakatan, Politik,
Militer, dan Dakwah)

Dosen pengampu:

Burhanuddin, MA

Disusun oleh:

Khairun Nisa

NIM : 202102017

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TGK CHIK PANTE KULU

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu.

Tak ada gading yang tak retak, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Banda Aceh, 10 Juni 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Dakwah Nabi Pada Periode Madinah..............................................................................2


B. Dakwah Nabi di Madinah................................................................................................3
C. Bentuk Politik dan Pemerintahan di Madinah.................................................................4
D. Tatanan Ekonomi Dalam Masyarakat Madinah...............................................................6
E. Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan..................................................................7
F. Sistem Bidang Militer......................................................................................................9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya
menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai
kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai
sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang
demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-
sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini
berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun
memerintah Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.

Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, membuat
kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena
hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan
dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan,
Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah
babak baru kemajuan Islam dimulai.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika Fase
Makkah?
2. Bagaimana pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter, politik, dakwah, ekonomi,
dan sumber pendaatan Negara ketika fase Madinah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika
Fase Makkah.
2. Untuk mengetahui pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter, politik, dakwah,
ekonomi, dan sumber pendaatan Negara ketika fase Madinah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dakwah Nabi Pada Periode Madinah

Pada tahun ke-13 (sesudah Nabi Muhammad diutus,) 73 orang penduduk Madinah
berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan meminta beliau agar pindah ke
Madinah. Melihat kondisi Masyarakat di Mekkah yang memandang Rasulullah sebagai
buruan akhirnya nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat dijadikan lagi pusat
dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa negeri seperti Thaif, untuk dijadikan
sebagai tempat pusat dakwah, namun ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga
memusuhi Nabi. Oleh karena itu, Nabi memilih kotaMadinah (Yastrib ) sebagai tempat hijrah
kaum Muslimin.

1. Faktor – faktor Nabi memilih kota Madinah sebagai tempat hijrah kaum muslimin.
a) Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah.
b) Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan
penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri
orangMadinah.
c) Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah
lembut.
d) Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar.
e) Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allh SWT.
2. Dakwah Rasulullah Periode Madinah

Penduduk kota Madinah terb\diri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu:

a) Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
b) Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina) Dengan
hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesempatan bagi Nabi saw untuk mengatur
strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar
maupun dari dalam.
3. Hikmah Sejarah Dakwah Rasululah saw Periode Madinah

Hikmah sejarah dakwah Rasulullah saw antara lain:

2
a) Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshar
dapat memberikan rasa aman dan tentram.
b) Persatuan dan saling menghormati antar agama.
c) Menumbuh-kembangkan tolong-menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya
dan miskin.
d) Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt memahami
dan menyadari bahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara
manusia dengan manusia.
e) Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia
maupun di akhirat.
f) Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam.
g) Terciptanya hubungan yang kondusif

B. Dakwah Nabi di Madinah

Di samping itu, ada beberapa hal yang menjadi modal kesuksesan utama dalam
berdakwah sehingga mudah diterima oleh segala lapisan masyarakat yang mendambakan
kebenaran dan ketentraman, di antaranya:

a) Meletakkan dasar keimanan yang kokoh


b) Menciptakan keteladanan yang baik seperti yang dilukiskan Al-Qur‟an
c) Menetapkan persamaan derajat manusia dengan mengangkat harkat dan martabat
mereka diatas azaz toleransi.
d) Menjadikan ukhuwah islamiyah sebagai tiang kebudayaan.
e) Pembinaan sistem akhlakul karimah dan pendidikan dalam menjalani kehidupan.
f) Menegakkan secara bersama-sama syari‟at Islam menuju muslim kaffah.

Setelah dipelajari oleh para ulama ternyata rahasia keberhasilan dakwah Rasulullah
karena beliau istiqomah dan berkomitmen dengan isi pelantikan beliau sebagai Rasul. Isi
pelantikan beliau termuat di dalam surat Al-mudastssir surat ke 74 ayat 1 sampai 7.

a. Perjalanan Rasulullah SAW. Membangun basis sosial dakwah


 Langkah Pertama

Perjalanan Rasulullah saw. Dimulai sejak Rasulullah saw. Menerima wahyu yang
pertama, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5

3
 Langkah Kedua

Rasulullah saw. Terus berdakwah dengan sembunyi-sembunyi sampai turun ayat


yang memerintahkan beliau untuk terang-terangan menyampaikan dakwah ke seluruh
manusia, yaitu ayat 94 Surah Al-Hijr

 Langkah Ketiga

Setelah memasuki jahriyyatu ad-dakwah, dakwah dengan gerakan terang-


terangan, hambatan dari kaum kafir Quraisy begitu hebat.

C. Bentuk Politik dan Pemerintahan di Madinah

Hubungan antara agama dan politik pada zaman Nabi Muhammad terwujud dalam
masyarakat Madinah. Muhammad selama sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil
sebagai penerima berita suci dan seorang pemimpin masyarakat politik. Dalam menjalankan
peran sebagai seorang nabi, beliau adalah seorang yang tidak boleh dibantah karena
mengemban mandat. Sedangkan dalam menjalankan peran sebagai kepala Negara, beliau
melakukan musyawarah sesuai dengan perintah Tuhan yang dalam musyawarah itu beliau
tidak jarang mengambil pendapat orang lain dan meninggalkan pendapatnya sendiri.

Sejarah mencatat bahwa kota hijrah nabi adalah sebuah lingkungan oase yang subur
dan dihuni oleh orang-orang pagan dari suku utama Aus dan Khazraj, dan juga orang-orang
yahudi dari suku-suku utama bani Nadzir, Bani Qoinuqo, Bani Quraizhah. Kota ini awalnya
adalah bernama Yatsrib lalu diubah oleh nabi menjadi Madinah. Madinah yang digunakan
oleh Nabi untuk menukar nama kota hijrah beliau itu kita menangkapnya sebagai isyarat
langsung bahwa ditempat baru itu hendak mewujudkan suatu masyarakat yang teratur
sebagaimana sebuah masyarakat. Maka sebuah konsep Madinah adalah pola kehidupan social
yang sopan, yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh pada
peraturan atau hukum yang berlaku.

Kalau menganalisis sejarah, system pemerintahan yang dibentuk oleh nabi


Muhammad adalah bercorak system Teodemokratis, disatu sisi tatanan masyarakat harus
berdasarkan pada hukum-hukum yang mana hukum tersebut berdasarkan pada wahyu yang
diturunkan oleh Tuhan dalam menyikapi setiap peristiwa waktu itu. Disisi lain bentuk
pemerintahan dan tatanan social dirumuskan lewat proses musyawarah yang dilakukan secara
bersama suku-suku yang ada dalam masyarakat Madinah. Bila dikontekskan dengan system
pemerintahan sekarang, bentuk struktur tatanan pemerintahan terdiri dari Eksekutiv, yudikatif

4
dan legislative. Eksekutiv dimana kepala pemerintahan dipegang oleh Nabi Muhammad,
begitupun dalam mahkamah konstitusi dan hukum semua ditentukan oleh Nabi sebagai
pengambil kebijakan selain dalam masalah menentukan bentuk tatanan masyarakat yang
menyangkut pluralitas warga Negara Madinah. Dalam ranah legislativ, setiap suku yang ada
di Madinah mempunyai persamaan hak dalam menyampaikan pendapat dalam menentukan
tatanan social masyarakat seperti dalam menciptakan konstitusi Piagam Madinah.

Dalam membiayai pemerintahan nabi mengambil zakat (zakat fitrah dan zakat maal)
untuk umat muslim, serta mengambil Jizyah dari non muslim yang ada dalam masyarakat
Madinah. Selain lewat militer, konsolidasi pemerintahan yang dilakukan oleh Nabi juga
menggunakan diplomasi dan lewat perkawinan politik. Sebagai pusat pemerintahan Nabi
menggunakan masjid sebagai ruang publik. Pada awalnya masjid adalah bangunan yang
mengekspresikan cita-cita awal Islam. Batang-batang pohon yang menyangga atap, sebiah
batu menandai kiblat dan Nabi berdiri di salah satu tiang penyangga untuk berkhotbah. Juga
terdapat sebuah halaman tempat umat Islam bertemu dan membicarakan semua persoalan
ummat baik dalam tataran politik, social, militer, dan agama. Muhammad dan istri-istrinya
tinggal dibilik- bilik kecil. Disekeliling halaman. Tidak seperti gereja Kristen yang terpisah
dari aktivitas keduniaan dan hanya digunakan untuk peribadatan, tidak ada kegiatan yang
dikecualikan dari masjid. Dalam visi Al Qur’an tidak ada dikotomi antara yang sacral dan
yang profan, antara agama, politik, seksualitas dan ibadah. Seluruh kehidupan berpotensi
menjadi suci dan harus dibawa kepada kesucian. Tujuannya adalah tauhid (mengesakan),
integrasi seluruh kehidupan dalam satu masyarakat yang akan memberikan perasaan dekat
dengan yang satu, yaitu Tuhan.

Bagaimana Nabi Muhammad mempraktikkan Demokrasi dalam menjalankan roda


pemerintahannya? Sudah sering diungkapkan bahwa Muhammad akan selalu berpedoman
pada Al-Qur’an dalam memutuskan sesuatu. Akan tetapi apabila ada perkara yang belum
diatur dalam Al-Qur’an tidak jarang Nabi mengajak Musyawarah sahabat-sahabatnya. Tentu
saja kalau kitakaitkan dengan konteks Negara modern yang jauh lebih kompleks seperti
sekarang, proses musyawarah yang dijalankan pada zaman Nabi sebenarnya secara secara
substantive tidak berbeda dengan dengan apa yang diperlihatkan dengan proses politik
sekarang, yaitu apa yang kita kenal dengan representative democracy, karena kita juga
memahami bahwa Nabi dalammelakukan musyawarah tidak melibatkan segenap warga
masyarakat yang telah memiliki “political franchise”, akan tetapi musyawarah yang
melibatkan para sahabat yang tentu saja sangat berpengaruh dalam lingkungan masyarakat.

5
D. Tatanan Ekonomi Dalam Masyarakat Tauhid

Islam lahir pada awal kelahirannya bukan hanya kritik terhadap relijiusitas
masyarakat arab yang menyembah berhala pada waktu itu tetapi merupakan gerakan
ekonomi. Islam dengan Al-Qur’an sangat menentang struktur sosial yang tidak adil dan
menindas yang secara umum melingkupi kota makkah sebagai tempat asal mula Islam. Bagi
orang yang memperhatikan Al-Qur’an secara teliti, keadilan untuk golongan masyarakat
lemah merupakan ajaran Islam yang sangat pokok. Al Quran mengajarkan pada umat Islam
untuk berlaku adil dan berbuat kebaikan dan dalam Al Quran keadilan merupakan bagian
integral dari ketakwaan. Takwa dalam Islam bukan Cuma dalam tataran ritualistic namun
sangat terkait erat dengan keadilan ekonomi dan social.

Al-Quran bukan saja menentang penimbunan harta (dalam arti tidak disumbangkan
untuk fakir miskin, janda-janda, dan anak yatim) namun juga menentang kemewahan dan
tindakan yang menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan diri sementara banyak sekali
orang yang miskin dan membutuhkan. Kedua tindakan tersebut adalah kejahatan dan merusak
keseimbangan sosial. Maka keadilan didalam Al Quran bukan hanya berarti norma hukum
namun juga keadilan distribusi pendapatan. Keseimbangan social hanya dapat dijaga bila
kekayaan sosial dimanfaatkan secara merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penumpukan kekayaan dan penggunaan yang tidak sebagaimana mestinya tidak akan dapat
menjaga keseimbangan tersebut dan akan berujung kehancuran. Jika orang mengkaji Al
Quran sebagai sumber ajaran Islam. Ia akan banyak sekali menjumpai ayat tentang konsep
keadilan distributive tersebut. Misalnya ada ayat yang berbunyi “dan manusia tidak akan
mendapatkan kecuali yang diusahakan” (Al Quran 23:84). Ungkapan ini adalah penentangan
secara langsung terhadap system kapitalisme karena yang menjadi pemilik sebenarnya adalah
produsen, bukan pemilik alat produksi.

Nabi sangat memperhatikan berbagai mal praktek dalam perdagangan dan perniagaan.
Satu penolakan yang tegas adalah penolakan terhadap spekulasi. Sebenarnya sangat banyak
masalah dalam masyarakat industrial atau niaga yang berasal dari praktek-praktek spekulasi
yang membuka jalan untuk meraih keuntungan dengan cepat. Semua praktek ini ditentang
tegas dalam Al-Quran. Dilarang menjual buah yang belum masak dan belum dipetik karena
tidak diketahui jumlahnya, juga tidak boleh menjual bayi hewan dalam kandungan, tidak
boleh mengurangi dan melebihkan takaran dalam jual beli, inilah prinsip-prinsip yang
perdagangan yang diatur dalam Islam.

6
Konsep tauhid dalam Islam bukan hanya berimplikasi pada tataran teologis tentang
pengesaan Tuhan dengan segala tata cara ritualnya, tetapi juga berimplikasi pada tatanan
masyarakat dan secara otomatis berpengaruh pada sistem ekonomi. Dalam Islam
mengajarkan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tujuannya
adalah untuk saling mengenal, dan tidak ada perbedaan stratifikasi sosial dalam Islam kecuali
dalam hal ketakwaan. Islam menginginkan bentuk system ekonomi sosialistis yang tidak ada
kepemilikan alat produksi mutlak oleh seseorang. Semua praktek yang mengarah pada
eksploitasi sesama manusia termasuk industri dan perniagaan yang tidak adil dianggap
sebagai riba. Dakwah Nabi padawaktu periode Makkah adalah merupakan kritik terhadap
system merkantilisme dan akumulasi kekayaan yang dilakukan oleh elit-elit Quraisy sehingga
mengakibatkan hancurnya kode etik kesukuan yang berasaskan solidaritas dan egalitarianism
berganti menjadi system untung rugi dan eksploitasi.

E. Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan

Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW. Yang paling dahsyat adalah
perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas
yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi
dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan
wahyu. Diantaranya sebagai berikut:

1) Pembangunan masjid nabawi

Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat maka


Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut
serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-
batu masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis.
Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun
kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala pembangunan
selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal. Sejak saat
itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum
muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar,
memutuskan perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini
menjadi faktor yang mempersatukan mereka.

7
2) Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.

Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar-dasarnya
untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan persaudaraan (Ukhwah
Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin, dan mempersatukan suku Aus dan
Khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing. (Supriyadi,2008:63).

Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan persaudaraan karena


pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti apa yang dimiliki Anshar
disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Sebagaimana firman Allah; dalam surat
Al Hasyr [59] ayat 9. (Subarman. 2008: 35).

Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian


membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka.
Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan
keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang
berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.
(Supriyadi,2008:63).

3) Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin

Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang arab,
serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani
Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya
sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling
membantu dan toleransi diantara golongan tersebut.

4) Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial

Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakkan dasar-
dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk membangun
legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan
dan tindakannya. Hiduplah kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh
dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada
solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa
inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya yang
abadi.

8
Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat
Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah
Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan
nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah
masyarakat yang tertib dan maju, dan berperadaban; kedua, membangun masjid. Masjid
bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Disamping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan
pemerintahan; ketiga Nabi Muhammad Saw membentuk kegiatan Mu’akhat
(persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari
Makkah ke Yatsrib) dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu
kepindahan Muhajirin di Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum
muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw membentuk
persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping bentuk persaudaraan
yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah; keempat,
membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam; dan kelima
Nabi Muhammad Saw membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguna-
gangguan yang dilakukan oleh musuh. ( Supriyadi. 2008: 64).

Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan


ikatan perjanjian dengan Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama
nenek moyang. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi
sebagai suatu komunitas yang dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat yang memiliki
hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaa. Kemerdekaan beragama dijamin, dan
seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan negeri dari serangan luar.

F. Sistem Bidang Militer

Peperangan yang terjadi pada masa Rasul membawa akibat perkembangan Islam dan
kebudayaan Islam. Peperangan pada masa Rasul terdiri dari:

1. Ghazwah; yaitu peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasul sendiri. Peperangan
ini terjadi dua puluh tujuh kali.
2. Syariah; yaitu peperangan yang dipimpin oleh para sahabat untuk memimpinnya,
peperangan ini terjadi tiga puluh delapan kali.

9
Peperangan yang dilakukan Rasul mempunyai nilai dan arti bagi pembinaan ummat.
Nilai dan arti yangterkandung antara lain:

1. Gazwatu furqan; yaitu peperangan yang menentukan mana yang hak dan bathil,
seperti Perang Badar. sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 41.

“Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta rampasan
perang, maka sesungguhnya satu perlimanya (dibahagikan) untuk (jalan) Allah dan
untuk RasulNya dan untuk kerabat (Rasulullah) dan anak-anak yatim dan orang-orang
miskin, serta ibnus-sabil (orang musafir yang keputusan), jika kamu beriman kepada
Allah dan kepada apa yang telah diturunkan oleh Kami (Allah) kepada hamba Kami
(Muhammad) pada Hari Al-Furqan, iaitu hari bertemunya dua angkatan tentera (Islam
dan kafir, di medan perang Badar) dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu”.

2. Adabiyah al-Hujum; yaitu peperangan untuk membela diri seperti perang Khandak.
3. Untuk perdamaian; seperti perjanjian Hudaibiyah.
4. Kewaspadaan; seperti perang Mukt‘ah.
5. Taktik menakut-nakuti; seperti Fathu Makkah.
6. Penyiaran Agama Islam; seperti Perang Hunain.
7. Konsolidasi, agar Negara menjadi bersatu dan kuat seperti Thaif.
8. Pengabdian kepada Tuhan; seperti Perang Tabuk

Peperangan yang terjadi pada masa Nabi bertujuan untuk melindungi, mengamankan
dakwah Islam dari gangguan orang-orang kafir, melindungi dan mempertahankan
masyarakat/daulah Islamiyah, membentuk masyarakat yang Islami. (Subarman,2008: 37-38).

10
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Islam adalah agama yang natural dimana faktor kelahirannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosial ekonomi pilitik yang ada. Nabi Muhammad tidak pernah menetapkan sistem
pemerintahan dalam Islam tetapi hal itu diserahkan pada ummat Islam itu sendiri. Di satu sisi
sistem masyarakat yang hendak dibangun oleh Islam mempunyai implikasi langsung terhadap
corak politik dan bentuk pemerintahan yang dibentuk. Di sisi lain hal yang ingin dibangun
oleh Islam adalah civil society yang mana setiap warga Negara berhak mendapat keadilan
dalam hukum, ekonomi, politik dan kesetaraan dalam hubungan sosial.

Di zaman nabi Muhammad sistem pemerintahan ketika merujuk pada piagam


madinah terdiri dari Eksekutif, Yudikatif, dan legislative, dimana bidang Eksekutif dan
yudikatif dipegang oleh Nabi secara langsung, sementara legislative diserahkan pada setiap
suku dengan konsep musyawarah. Sistem kesetaraan dalam Islam berimplikasi pada sistem
Ekonomi yang hendak dibangun oleh Nabi yaitu ekonomi yang tidak ada unsure eksploitatif
dan akumulatif yang nantinya melahirkan riba. Konsep ekonomi ini adalah kritik terhadap
sistem merkantilis yang dibentuk oleh elit Quraisy Makkah. Dalam sistem ekonomi Islam
setiap manusia mendapatkan dari hasil kerjanya dan setiap Muslim harus menafkahkan
kelebihan hartanya dari kebutuhan pokoknya.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan, agar penulisan makalah kami untuk
kedepannya menjadi lebih baik dari ini. Mudah-mudahan para pembaca dapat memahami dan
mengambil manfaat dari makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2009.

Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia : Uraian Analitis, Kronologis, Naratif dan
Komparatif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.

Bernard Lewis, Islam Liberalisme Demokrasi: membangun sinergi warisan sejarah,


doktrin dankonteks global, Jakarta : Paramadina, 2002.

John L. Esposito, Islam Warna Warni : Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus, Jakarta :
Paramadina, 2004.

Karen Armstrong, Sejarah Islam Singkat , Yogyakarta: Elbanin Media, 2008.

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Niel Robinson, Pengantar Islam Koprehensif , Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001

Subarman, Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon: Pangger


Publishing.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung CV Pustaka Setia.

Zainab Al Khudhairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, Bandung : Penerbit Pustaka,


1995. Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, vol.1, no 1, juli-desember 1998

12

Anda mungkin juga menyukai