Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PIAGAM MADINAH
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Islam dan HAM
Dosen Pengampu : Kholil Said, M.H.I

Disusun oleh :

1. Farah Iqkrimatul Aqdah (1521052)


2. Sefia Rhamadini (1521060)
3. Rani Soraya (1521065)
4. Satria Affan Mualana (1521066)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) KH. ABDURAHMAN WAHID


PEKALONGAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunianya bagi kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Piagam Madinah” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada
Nabi Agung Muhammad SAW. Sahabat serta keluarganya. Pada makalah ini akan dibahas
beberapa hal yang berkaitan dengan penyusunan makalah.
Demikian kiranya kami berharap agar makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat
untuk menambah informasi dan pengetahuan kita.Tentunya kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca senantiasa
kami harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT.
Senantiasa meridhoi segala urusan kami.

Pekalongan, 6 Oktober 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. LATAR HISTORI...........................................................................................................6
B. SUBSTANSI DAN MUATAN PIAGAM MADINAH..................................................8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN.............................................................................................................11
B. SARAN.........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Madinah adalah komunitas pluralistik dan multi-etnis, suku dan agama dengan identitas
politik, budaya dan agama. Karena heterogenitas tersebut, maka terjadi gesekan dan konflik
berkepanjangan antara suku masyarakat Madinah atau Yathrib, terutama konflik antara dua
suku penting yaitu Khazraj dan Aus. Hampir tidak mungkin masyarakat majemuk tidak
terlibat dan mengalami konflik. Konflik tidak identik dengan kecemasan dan konflik
berkepanjangan. migrasi Nabi ke Madinah1 menandai babak baru kehidupan penduduk
Madinah, yang damai dan selaras dengan Piagam Madinah dengan semua kelompok sosial-
politik dan agama di Madinah.
Mengenai keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarluaskan Piagam Madinah
pada tahun, Philip K. Hitti berpendapat bahwa lahirnya Piagam Madinah pada tahun
membuktikan kemampuan Muhammad untuk bernegosiasi dan berkonsolidasi dengan
berbagai suku dan kelompok sosial Madinah. Penilaian ini didasarkan pada keberhasilan
beliau dalam menyatukan umat Islam dari suku yang berbeda dalam satu umat. Dia juga
mampu menyatukan Muslim dan Yahudi menjadi satu komunitas dan membangun hak dan
kewajiban yang sama dalam hubungan publik, sosial dan politik, prinsip keadilan dan
toleransi. Indahnya relasi umat beragama yang dibangun oleh Nabi Muhammad dianggap
terlalu modern untuk zamannya.
Pengakuan Islam dibandingkan kelompok agama lain (Yahudi) sebagai komunitas
otonom yang dilindungi. Berfungsinya pemerintahan Islam dijelaskan dalam pasal diktum –
pasal-pasal Piagam Madinah. Doktrin toleransi dipraktikkan langsung oleh Nabi Muhammad
sendiri. Sejarah memberitahu kita bahwa Nabi dikucilkan (diboikot) dan bahkan diusir dari
Mekah. Tetapi ketika dia kembali ke Mekah dengan pasukan yang dia pimpin dan mampu
memerintah Mekah (fath al-makkah), dia tidak segera membalas dendam pada orang-orang
kafir Mekah yang menganiaya dia, tetapi apa yang dia katakan "antum tulaqa". Beliau
bersikap setuju dalam ketidaksepakatan yang mengambil posisi bahwa dia ingin tidak setuju
dan mengakui keberadaan agama lain. Dengan demikian, hal-hal dasar dalam Islam untuk

1
Muhammad Latif Fauzi, “Konsep Negara dalam Perspektif Piagam Madinah dan Piagam Jakarta”. Al-
Mawarid Edisi XIII Tahun. hlm 86.
hidup dalam masyarakat pluralistik agama dibangun dari awal atas dasar normatif dan
historis yang mendukung.
Berdasarkan sumber literatur, artikel ini menunjukkan bahwa Piagam Madinah adalah
salah satu dari bukti sejarah yang terdokumentasi secara tekstual baik sebagai sumber
normatif maupun model nyata bagaimana komunitas Muslim membentuk model hubungan
antaragama. Kecerdasan dan kebijaksanaan Nabi membaca realitas pluralistik Madinah
menciptakan pemahaman dengan kelompok yang berbeda membuktikan kemampuan Nabi
sebagai nabi dan pemimpin politik yang sukses untuk mengekspresikan keragaman sebagai
kekuatan dan bukan sebaliknya sebagai sumber konflik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah latar historis Piagam Madinah ?


2. Apa substansi dan muatan dari Piagam Madinah ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui latar historis Piagam Madinah.


2. Untuk mengetahui substansi dan muatan dari Piagam Madinah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR HISTORI
Pada saat terjadinya peristiwa hijrah ada salah satu peeristiwa monumental yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya,hijrah ini dilakukan Nabi
Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang ada salah satu perintah langsung yang
diberikan dari Allah SWT agar memperoleh tempat yang lebih baik dalam menjalani
tugasnya.Para umat islam cenderung akan mengalami keterpurukan akibat mendapat perilaku
yang tidak baik dari kaukm Quraisy dengan perlakuan menentang kberadaan ajaran yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW yangb berupa keyakinan karena adanya satu Tuhan ,tiada
selain Allah.
Saat musim haji tiba,para penduduk Madinah berdatangan menuju Mekkah untuk dapat
bertemu dengan Nabi Muhammad SAW namun mereka bertemu Nabi Muhammad didaerah
yang sangtlah jauh dari keramaian kota Mekkah yaitu berada di Aqabah,dan disitulah Nabi
Muhammad SAW menyampaikan beberapa hal salah satuny mengenai ihwal pada prinsip
keimanan dalam agama Islam,yang dapat mengakibatkan mereka dalam memeluk Islam pada
saat bersama,dan mereka menyatakan dan bersumpah setia kepada Nabi Muhammad
SAW.Sehingga peristiwa ini sering disebut dengan “Perjanjian Aqabah Pertama” dan pada
saat telah selesai nya perjanjian tersebut disepakati, tidak lama kemudian “Perjanjian Aqabah
Kedua”pun muncul.Perjanjian ini dilakukan dan di sahkan oleh Nabi Muhammad SAW
bersama para penduduk kota Madinah yang sedang melakukan ibadah haji sebanyak 75
penduduk.Dengan ini Nabi Muhammad menyampaikan antara janji-jani tersebut dan melihat
beberapa kesempatan bagi para umat Islam agar terbebaskan dari penderitaannya di Mekkah. 2
Komunitas Islam juga terdiri dari beberapa pengikut Nabi Muhammad SAW yang
berdatangan dari kota Mekkah(Muhajirin) serta penduduk Madinah (Anshar).Diantara para
penduduk Madinah juga mempunyai beberapa komunitas lainnya ,yaitu orang Yahudi dan
sisanya para orang Arab yang belum memeluk agama Islam.Setelah itu tidak lama kemudian
sesudah hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad membuat suatu piagam politik untuk dapat
mengatur kehidupan bersama,ia perlu dapat memandang agar peraturan tersbut diletakan dan

2
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: Universitas Indonesia,
2008), hlm. 10
dapat disepakati bersama di kota Madinah agar terbentuk kesatuan hidup pada seluruh
penduduk.3
Masyarakat juga dibentuk terkait suatu perjanjian tertulis yang disebut dengan shahifah
dan kitab , perjanjian ini kebanyakan penulis dan peneliti sejarah Islam serta pada pakar
politik Islam yang disebut dengan konstitusi negara Islam pertama dan terbuat lah suatu
piagam yang di buat dikota Madinah sehingga sring disebut dengan Piagam Madinah.Piagam
Madinah ini dibuat oleh beberapa penduduk setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah
sehingga memiliki contoh nyata yang semestinya dapat diterapkan oleh para pemimpin dn
penguasa muslim dimanapun berada di belahan dunia ini.
Dengan demikian,ajaran ini menuntut agar para pengikutnya membentuk sebuah
masyarakat yang memeluk agam Islam yaitu masyarakat yang memiliki tatanan,aturan dan
hukum yang memiliki hembusan ajaran Islam sehingga masyarakat seperti ini lah yang dapat
dijanjikan agar dapat menuai rasa kemakmuran dan keadilan,ketentraman serta kebahagiaan
yang tidak hanya di akhirat namun didunia juga ia akan mendapatkanya.Segala janji Allah
SWT yang sangatlah pasti,agar dapat mencapai negara yang makmur dan sejahtera ketika kita
dapat menaati dan menerapakan hukum Allah SWT.
Penduduk kota Madinah sebelum melakukan hijrah Rasulullah SAW selalu dalam
perselisihan atau perdebatan dimana para penduduk kota inin adalah para pendatang dari
Yaman,semenanjung Arab bagian selatan, ialah suku Aus dan suku Khazraj yang dapat
dikatakan masuk dalam Bani qailah,lalu kedua suku tersebut dapat menyesuaikan dirinya
dengan mendapat lingkungan baru agar bisa beradaptasi dengan baik.Tidak lupa juga mereka
hidup dengan mengandalakan kemampuan lama mereka sebagai buruh tani,jadi hal ini
menyebabkan kaum Yahudi yang lebih awal menetap di Madinah.
Adapun langkah yang dilakukan Rasulullah mmpersaudarakan kaum Anshar ke kaum
Muhajirin:
a. Menciptakan rasa kebersamaan dan persatuan.
b. Menyatukan arah dan pikiran pada satu tujuan yang sama.
c. Menanamkan solidaritas sosial antar keduanya.
d. Menenangkan perasaan kehilangan kaum Muhajirin atas putusnya
persaudaraanmereka di Madinah.4

3
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur’an,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1996), 5.
4
Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Perjalanan hidup Muhammad, terj. Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2003), 112.
Rasulullah mengatur hukum dan tatacara pergaulan serta hubungan antar sesama
penduduk Madinah Muslim dengan Yahudi,hal ini sanagtlah penting karena masyarakat juga
selalu dikenal sebagai bangsa yang memiliki sifat kesukunan yang sanagt kental dan
dinamis.sehingga secara detail Rasulullah juga menuangkan segala aturan hukum dalam
sebuah janji yang dikenal dengan sebutan “Piagam Madinah” produk yang lahir dari rahim
peradaban Islam yang belakangan ini di akui sebagai piagam yang dapat membentuk dan
menciptakan perjanjian serta kesepakatan bersama dalam membangun masyarakat yang
plural,adil dan mempunyai adab yang baik benar.

B. SUBSTANSI DAN MUATAN PIAGAM MADINAH


Ada banyak pendapat dan pendapat para ahli tentang substansi dan muatan Piagam
Madinah. Mereka menggunakan berbagai retorika dan sumber tulisan. Menurut penulis,
banyaknya pendapat ini pada hakikatnya memiliki substansi dan muatan yang sama yaitu :

a) Pembentukan Ummat (Community)


Pasal ini terdiri dari Pasal 1 yang berbunyi “Mereka adalah satu masyarakat tunggal
yang berada di masyarakat lain.Pada intinya dalam pasal ini pembentukan komunitas
masyarakat Madinah menjadi ummah. Pada pasal 2 Nabi Muhammad juga menyinggung
sebagai satu ummah (ummatan wahidah) yakni antara kaum muhajirin dari Quraisy dan kaum
Muslimin di Madinah.5
b) Hak Asasi Manusia (HAM)
Terdiri dari pasal 2 sampai Pasal 10 yang berisi bahwa Setiap keluarga (tha'ifah) dapat
membayar tebusan dengan secara baik dan adil di kalangan orang-orang beriman. Umat
madinah adalah satu bangsa yang merdeka bebas dari tekanan maupun pengaruh dari orang
lain. Kaum muhajirin dari Quraisy, Banu Auf, Banu Sa‟idah, Banu Harts, Banu Jusyam,
Banu Najjar, Banu Amrih, Banu An-Nabiet, Banu Aus, memiliki hak-hak asli dan saling
membantu dalam membayar denda secara adil dan baik.
c) Persatuan Se-Agama
Terdiri dari Pasal 11 sampai Pasal 15. Isi pasal ini secara komprehensif membahas
tentang orang-orang Muslim Madinah harus saling membantu, saling melindungi, saling
tolong menolong dalam hal kebaikan, menyantuni fakir miskin, membantu kaum-kaum yang
lemah. Orang-orang Muslim Madinah dilarang membantu orang-orang kafir dalam

5
Muhammad Jalal asy-Syarf dan Ali Abdul Mu‟thi, al-Fiqh as-Siyasi fi al-Isam Syakhshiyyat wa al-Madzahib,
(Mesir: Dar al-Jama‟at al-Mishriyyah, 1978), hlm. 55.
memerangi orang-orang sesama Muslim atau dilarang membantu orang-orang kafir yang
ingin menghancurkan Islam. Orang-orang Muslim harus bersatu dalam memerangi kejahatan,
pengacauan, menghindari permusuhan, orang-orang Muslim dilarang melanggar ketertiban,
dilarang membunuh sesama Muslim ataupun non-Muslim tanpa alasan yang kuat.
d) Persatuan Segenap Warga Negara
Terdiri dari Pasal 16 sampai 23. Isi pasal ini secara umum membahas tentang orang
Yahudi (diluar Islam), yang setia kepada Negara berhak mendapatkan perlindungan,
perlakuan yang layak dari orang-orang yang beriman tanpa mengucilkan ataupun menjauhi
orang Yahudi tersebut. Orang Muslim tidak boleh membuat perjanjian sepihak, tanpa
sepengetahuan orang Musim lainnya. Jadi, umat Muslim lainnya harus mengetahui perjanjian
tersebut. Setiap penyerangan musuh terhadap umat Muslim, maka umat Muslim harus bersatu
untuk melawan kezoliman musuh tersebut, tanpa adanya persatuan, umat muslim akan
tercerai berai.
e) Golongan Minoritas
Terdiri dari Pasal 24 sampai Pasal 35. Pada intinya adalah bahwa semua warga negara
Madinah termasuk orang-orang Yahudi di dalamnya, harus ikut memikul bersama-sama
biaya selama Negara dalam keadaan perang. Kaum Yahudi dari suku Auf, dari Banu Najar,
Banu Harts, Banu Sa‟idah, Banu Aus, Banu Tsa‟labah, Syutaibah, Suku Jatnah yang
bertalian darah dengan kaum Yahudi dari Banu Tsa‟labah, pengikut Banu Tsa‟labah adalah
satu bangsa dengan warga Negara yang beriman dan orang-orang Yahudi tersebut bebas
memeluk agama mereka seperti halnya orang-orang beriman (Muslim) di Madinah.
f) Tugas Warga Negara
Terdiri dari Pasal 36 sampai Pasal 38. Berisi tentang warga negara (Muslim) tidak
boleh bertindak tanpa seizin Nabi Muhammad Saw. Setiap warga negara dapat membalaskan
kejahatan yang dilakukan orang lain kepadanya, yang berbuat kejahatan akan menerima
kejahatan kecuali untuk membela diri. Tuhan melindungi orang-orang yang setia pada
Piagam Madinah. Kaum Yahudi memikul biaya negara seperti halnya orang-orang beriman
(Muslim). Setiap warga negara (Yahudi dan Muslim) terjalin pembelaan untuk menentang
musuh negara serta memberikan pertolongan pada orang-orang teraniaya.
g) Melindungi Negara
Terdiri dari Pasal 39 sampai Pasal 41 yang berisi tentang kota Yastrib sebagai ibu kota
negara tidak boleh dilanggar kehormatannya oleh setiap peserta Piagam Madinah. Tetangga
yang berdekatan rumah harus diberlakukan seperti diri sendiri, saling tolong-menolong dan
saling membantu tanpa pamrih. Tetanga wanita tidak boleh di ganggu kehormatannya dan
ketentramannya dan harus seizin suaminya apabila akan bertamu ke rumahnya.
h) Pimpinan Negara
Terdiri dari Pasal 42 sampai Pasal 44. Berisi tentang warga negara tidak boleh bertikai,
tiap permasalahan dikembalikan penyelesaiannya pada hukum Allah dan Hadis Nabi. Orang-
orang kafir (musuh) tidak boleh dilindungi termasuk orang-orang yang membantu mereka.
Setiap warga Negara Madinah yang terikat pada perjanjian ini wajib mempertahankan kota
Yastrib dari aggressor.
i) Politik Perdamaian
Terdiri dari Pasal 45 sampi Pasal 46 yang berisi bahwa setiap kali ajakan pendamaian
seperti demikian, sesungguhnya kaum yang beriman harus melakukannya, kecuali terhadap
orang (Negara) yang menunjukkan permusuhan terhadap agama (Islam). Dan, yang terakhir
adalah pasal 47 sebagai Penutup yang berisi tentang amanah Muhammad adalah sebagai
Pesuruh Tuhan (Rasulullah) sebagai rahmat bagi alam semesta.
Berdasarkan isi tentang piagam Madinah di atas yang dibentuk dengan kesepakatan
dengan konsep ummah tentunya sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia, karena piagam
Madinah merupakan konstitusi yang menyatukan beberapa kelompok sosial yang kemudian
menjadi satu ummah. Hal ini sangat cocok dengan negara Indonesia yang terdiri banyak suku
bangsa, agama yang berbeda dengan tujuan yang sama. Dengan piagam Madinah, masyarakat
Indonesia akan lebih mengenal toleransi beragama dengan benar, menerima perbedaan yang
ada, tidak ada lagi rasisme yang terjadi yang mengakibatkan runtuhnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Menurut penulis, piagam Madinah dengan konsep ummah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad ini sangat relevan untuk diterapkan di negara Republik
Indonesia sebagai negara yang pluralisme. Secara tidak langsung, sebenarnya Indonesia telah
mencontoh kepemimpinan Nabi Muhammad dengan konsep Ummah, hal tersebut tersebut
tercermin dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 29 ayat (2) tentang kebebasan beragama.
Artinya bahwa prinsip toleransi telah diterapkan di Indonesia, mereka pada realitanya masih
ada rasisme baik dalam masalah suku, ras maupun Agama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada saat terjadinya peristiwa hijrah ada salah satu peeristiwa monumental yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya,hijrah ini dilakukan Nabi
Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang ada salah satu perintah langsung yang
diberikan dari Allah SWT agar memperoleh tempat yang lebih baik dalam menjalani
tugasnya.
Masyarakat juga dibentuk terkait suatu perjanjian tertulis yang disebut dengan
shahifah dan kitab , perjanjian ini kebanyakan penulis dan peneliti sejarah Islam serta pada
pakar politik Islam yang disebut dengan konstitusi negara Islam pertama dan terbuat lah suatu
piagam yang di buat dikota Madinah sehingga sering disebut dengan Piagam Madinah
dimana piagam Madinah dengan konsep ummah yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini
sangat relevan untuk diterapkan di negara Republik Indonesia sebagai negara yang
pluralisme.
B. SARAN

Kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi di dalam
pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.Tentunya terhadap
penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan
serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, M., & Muhammad (2003). Sejarah Perjalanan Hidup Muhammad. “Terj.” Imam
Muttaqien. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Fauzi, M. L. (2005). Konsep Negara dalam Perspektif Piagam Madinah dan Piagam
Jakarta. Al-Mawarid Journal of Islamic Law, 13, 26029.
Muhammad Jalal asy-Syarf dan Ali Abdul Mu‟thi, al-Fiqh as-Siyasi fi al-Isam
Syakhshiyyatwa al-Madzahib, (Mesir: Dar al-Jama‟at al-Mishriyyah, 1978).
Pulungan, J. S. (1996). Prinsip-prinsip pemerintahan dalam Piagam Madinah. Rajawali Pers,
Jakarta.
Sjadzali, M. (1990). Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran.

Anda mungkin juga menyukai