Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERADABAN ISLAM RASULULLAH PERIODE MADINAH (622-632 M)”

Mata Kuliah: SEJARAH PERADABAN ISLAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5


ANGGOTA KELOMPOK:

Ardyan Farmadi Siregar (12320212683)

Feddryan Try Esa Fitra (12320212578)

Nurul hayati ( 12320222436)

Dosen Pengampu : ZURAIDAH,M.Ag.

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PERADABAN ISLAM
RASULULLAH PERIODE MADINAH (622-632 M)” dapat kami selesaikan dengan
baik. Begitu pula atas limpahan rahmat dan kesempatan yang Allah SWT. berikan kepada
kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber, yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pengampu mata kuliah ini. Dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon
maaf. Kami selaku penyusun makalah menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pekanbaru, 15 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. ..... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3


A. Arti Hijrah Nabi Ke Madinah.................................................................................................... 3
B. Dasar Berpolitik negeri Madinah .............................................................................................. 5
C. Piagam Madinah: Darussalam dan Darul Islam ..................................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 12


A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
B. Saran ........................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Aksi teror dan siksaan yang sangat berat tidak henti-hentinya dilakukan oleh
kaum musyrikin Quraisy terhadap NabiMuhammad beserta para pengikutnya.
Namun aksi tersebut tidak menghentikan langkah dakwah kaum Muslim, bahkan
secara konsisten Nabi masih melaksanakan misi dakwahnya di Makkah selama
13 tahun. Selama kurun waktu tersebut, Nabi Muhammad dengan sabar menyeru
kepada kaum Quraisy Makkah untuk mentauhidkan Allah, meskipun
hasilnyatidak sesuai dengan yang diharapkan. Kaum Quraisy semakin membabibuta
dalam menyiksa dan memusuhi kaum Muslimhingga akhirnya Nabi memutuskan
untuk berhijrah ke Yatsrib(Madinah).
Sejatinya perlu mengingat kembali sedikit tentang Sejarah sebelum Nabi
Muhammad berhijrah ke Madinah. Orang-orang Quraisy begitu terguncang
dengan hijrahnya kaum Muslimin.Mereka khawatir jika Nabi Muhammad ikut
berhijrah dengan pengikutnya, sehingga nanti akan membuat markas
pertahananyang kokoh di Madinah. Untuk itu, mereka menyusun konspirasi dalam
rangka membunuh Rasulullah. Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah membawa
pengaruhyang sangat signifikan. Islam mulai berkembang dengan fondasi
peradaban yang ditata oleh Rasulullah SAW. Namun muncul pertanyaan, kenapa
kota Madinah yang menjadi tujuan hijrah?Apa faktor di balik pemilihan kota
tersebut? Jika strategi dakwahdi Makkah dengan sembunyi-sembunyi pada awal
mulanya,kemudian berubah menjadi terang-terangan, lantas bagaimanastrategi
dakwah Nabi saat di Madinah? Strategi dakwah yangmampu menghapus jiwa
primordialisme dan fanatisme kesukuanyang begitu tinggi, bahkan saling
bermusuhan dengan segalakemajemukan masyarakatnya. Untuk itu, tulisan ini
akan membahas kondisi Islam di Madinah sebagai refleksi terhadap tonggak
peradaban di tengah primordialisme kesukuan.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa Arti Hijrah Nabi Ke Madinah?
2. Apa Dasar Berpolitik negeri Madinah?
3. Apa yang dimaksud dengan Piagam Madinah: Darussalam dan Darul Islam

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui Arti Hijrah Nabi Ke Madinah
2. Mengetahui apa-apa yang menjadi Dasar Berpolitik negeri Madinah
3. Mengetahui arti Piagam Madinah: Darussalam dan Darul Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti Hijrah Nabi Ke Madinah

Hijrah dalam al-Qur’an dapat ditemukan dalam beberapa makna yaitu: pertama,
Hijrah berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain guna mencari keselamatan diri
dan mempertahankan aqidah. Seperti firman Allah, “Barangsiapa yang berhijrah di jalan
Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang
banyak” Q.S.al-Nisa’ (4): 100; kedua, Hijrah berarti pisah ranjang antara suami dan istri,
seperti firman
Allah, “Dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka” Q.S.al- Nisa’ (4): 3; ketiga,
Hijrah berarti mengisolir diri, seperti ucapan ayahnya Nabi Ibrahim kepada beliau, “Dan
tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama” Maryam (19): 46; keempat. Hijrah berarti
mencela
sesuatu yang benar karena takabur, seperti firman Allah, “Dengan menyombongkan diri
terhadap Al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji” al-Mu’minun (23): 67,
dan meninggalkan al-Qur’an, kemudian secara global dapat dikonklusikan menjadi dua
bagian sebagai berikut:
1. Hijrah 'amal (perbuatan).
Yakni meninggalkan dosa dan kemaksiatan, Hijrah dari kemaksiatan menuju
kebaikan. Hijrah dari larangan-larangan Allah menuju yang diridhai-Nya. Hijrah dari
kemunafikan kepada kejujuran. Hijrah dari hal-hal yang kurang menuju
kesempurnaan. Hijrah dari akhlak madzmumah menuju akhlak mahmudah.
2. Hijrah tempat.
Dengan demikian hijrah dalam AlQur’an dengan berbagai maknanya tidak
hanya terbatas pada makna hijrah dalam bentuk perpindahan tempat seperti ketika
Nabi saw dan sahabatnya meninggalkan Mekah menuju ke Ethiopia dan Madinah,
tetapi dapat juga bermakna meninggalkan perbuatan tercela ke perbuatan yang terpuji.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata hijrah bermakna berpindah atau menyingkir
untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan alasan tertentu seperti
untuk keselamatan atau kebaikan, dan sebagainya. Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam,
hijrah dimaksudkan perpindahan Nabi Muhammad dari Mekah ke Yastrib.

3
Hijrah berasal dari bahasa arab yang artinya pindah, menjauhi atau menghindari.
Dalam sejarah perkembangan umat Islam, hijrah memiliki pengertian perpindahan Rasul
bersama para sahabat ke Madinah. Nabi Muhammad hijrah ke Madinah setelah menerima
wahyu dari Allah dan meninggalkan Mekkah karena ancaman terhadap nyawanya. Beberapa
Muslim melakukan perjalanan diam-diam ke Madinah. Kepergian mereka tidak banyak
menarik perhatian, karena perhatian umat Islam tertuju pada Nabi Muhammad SAW. Ketika
Nabi bersiap untuk hijrah. Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk mengenakan jas
hijaunya. Ali kemudian diminta untuk berbaring di tempat tidurnya di tempatnya. Malam dia
pergi bersama temannya Abu Bakar dikenal sebagai "Malam Hijrah". Semua ini terjadi tanpa
sepengetahuan kaum kafir Quraisy. Keesokan harinya, mereka menerobos masuk dan
menemukan Ali.
Orang-orang Kafir Quraisy tersebut marah dan kecewa karena mereka gagal
membunuh Rasulullah Saw. Dalam perjalanan menuju Madinah Rasulullah Saw dan Abu
Bakar memilih bersembunyi dahulu di Gua Sur, sebelah selatan Mekkah, karena pasti kaum
Quraisy akan mencari mereka di utara, karena Madinah berada di utara Mekkah. Di dalam
gua, mereka menugaskan putra Abu Bakar, yang bernama Abdullah, untuk mencari
informasi. Abdullah yang masih tinggal di Mekkah setiap malam datang ke Gua Chur untuk
melaporkan informasi yang diperolehnya dan membawakan makanan. Pagi harinya, asisten
Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, menghapus semua jejak Abdullah. Setelah aman, mereka
menuju ke Madinah.
Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith untuk memandu jalan ke Madinah,
menghindari jalan utama. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan secara diam-diam ke
Madinah. Setelah beberapa hari perjalanan, kami tiba di Quba. Di Quba, Rasulullah singgah
di kediaman Kulsum bin Khadem. Nabi tinggal di Quba selama empat hari dan
menghabiskan empat hari membangun masjid dan shalat di dalamnya. Masjid Quba
merupakan masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW.
Pada tanggal 13 Rabiul Awwal Rasulullah Saw memasuki kota Madinah, dan sejak
saat itu kota Yatsrib berganti nama menjadi Madinah. Orang-orang saling berpelukan untuk
memberi tempat tinggal bagi Nabi. Kemudian dia memberikannya kepada untanya. Di mana
pun untanya beristirahat, disitulah ia akan tetap tinggal. Kemudian sebuah masjid dibangun.
Belakangan, Masjid Nabawi menjadi pusat dakwah Islam.Di Madinah, Nabi membentuk
komunitas orang beriman dan membentuk aliansi politik dan sosial dengan suku-suku
setempat. Salah satunya mempersatukan kaum Muhajirin dan Ansar. Hal ini memungkinkan

4
dia untuk menyebarkan Islam dan meletakkan dasar yang kuat bagi agama tersebut.
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW merupakan titik balik penting dalam sejarah Islam. 1
Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah bukan tanpa alasan, ada beberapa latar
belakang hijrah itu dilakukan oleh nabi. Abu Su’ud dalam bukunya yang berjudul
“Islamologi” menyebutkan tiga faktor yang melatar belakangi hijrah.
a. Tawaran dan undangan kepada nabi untuk berhijrah ke Madinah, yang selanjutnya
dapat dianggap sebagai pusat penyiaran Islam di Arab. Faktor ini bisa
dianalogikan sebagai faktor daya tarik (pull factor).
b. Situasi keamanan Mekah tidak menguntungkan bagi kaum muslimin, karena
makin besarnya tekanan kaum Quraisy serta efisiennya boikot mereka terhadap
kaum muslimin. Inilah faktor pendorong (push factor) bagi terjadinya hijrah.
c. Turunnya wahyu untuk melakukan hijrah dan ini adalah faktor yang paling
menentukan (determinant factor).
Dalam melakukan hijrah kaum muslimin ada yang berangkat dalam bentuk
rombongan dan ada pula yang berangkat secara perorangan, hingga Mekah hampir kosong
dari orang-orang yang memeluk agama Islam.
Demikianlah secara berangsurangsur kaum muslim melakukan hijrah ke Madinah
sehingga tidak ada yang tertinggal di mekah kecuali Rasulullah saw., Abu Bakar ra., Ali ra.,
orang-orang yang di tahan, orang-orang sakit dan orang-orang yang tidak mampu keluar.2

B. Dasar Berpolitik negeri Madinah

Periode Madinah adalah periode di mana Nabi Muhammad saw berada di Madinah
setelah peristiwa penghijrahan komunitas muslim dari Mekah ke Yastrib (Madinah). Pada
periode ini Al-Qur`an dan Hadist Nabi memberikan stressing pada masalah-masalah akidah
atau keimanan, serta bagaimana mensucikan diri dari budaya atau tradisi kepercayaan yang
bertentangan, serta membersihkan jiwa dari berbagai sifat dan mentalitas yang kotor sehingga
hati menjadi bersih. Di bawah bimbingan Muhammad, Islam di Madinah makin
memperlihatkan kristalisasinya sebagai sebuah keimanan dan sebuah system sosio-politik,

1
Putri Nabila Ramadhani, Hijrah Nabi ke Madinah, Dasar Berpolitik Negeri Madinah, Piagam Madinah:
Darussalam dan Darul Islam,

2
https://www.kompasiana.com/putrinabilaramadhani0224/6564c169de948f2af860d422/hijrah-nabi-ke-madinah-
dasar-berpolitik-negeri-madinah-piagam-madinah-darussalam-dan-darul-islam

5
semenjak tahun 622-632 M, melalui tindakan kemiliteran dan kegiatan diplomatik,
masyarakat muslim itu meluas dan membentuk hegemoninya di Arabia Tengah. Makkah
dikuasai dan suku-suku Arab disatukan dalam bentuk kesatuan politik, berbentuk sebuah
persemakmuran Arab dengan ideologi yang sama di bawah sebuah kekuasaan pusat, tunduk
kepada sebuah hukum.

Setelah Nabi Muhammad di sepakati menjadi kepala Negara. Pertama tama beliau
menyusun Dustur Madinah (Konstitusi Madinah) yang akan mengikat seluruh warga
Madinah dalam persatuan dan pemerintahan. Memurut beberapa penulis sejarah politik,
bahwa dustur ini merupakan kostitusi negara yang pertama di dunia. Hal ini menunjukkan
bahwa negara yang dipimpin oleh Nabi Muhammad adalah negara hukum, bukan monarki
absolut. Yang menarik di sini bahwa hukum tata negara dan hukum public yang diterapkan
oleh Nabi berlaku secara menyeluruh kepada penduduk Madinah, sementara Nabi
menghargai kemerdekaan beragama bagi warga Madinah dan tidak memaksakan Islam
kepada mereka. Nabi memberi otomi kepada kelompok umat beragama dalam menjalankan
agama masing-masing.

Negara Madinah tersusun atas tiga unsur negara yang sempurna, yakni pemimpin
rakyat, rakyat, dan aturan ( undang – undang). Pemimpin rakyat adalah Nabi Muhammad,
yang menjadi kepala negara sekaligus utusan Allah. Rakyat adalah berbagai suku dan agama
yang tinggal di Madinah. Masyarakat madinah adalah sebuah masyarakat demokratis dimana
para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat
dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya, dimana pemerintahannya memberikan
peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-
program pembangunan di wilayahnya.

Aturan adalah hukum hukum yang bersumber dari Al-Quran dan Sunah yang
mengatur segala aspek kehidupan masyarakat Madinah. Sebagaimana diketahui, ketika Rasul
saw mendirikan negara Madinah, masyarakat madinah terdiri dari beberapa kelompok.
Pertama, kelompok kaum muslim dari kalangan kaum muhajirin dan anshar, dan ini adalah
kelompok mayoritas. Kedua, kelompok musyrik yang berasal dari kabilah-kabilah yang ada
di Madinah. Ketiga, kelompok Yahudi dari berbagai kabilah yang tinggal di wilayah Kota
Madinah, Yahudi sejak lama telah mengintimidasi masyarakat Madinah.

Pada tahun 622 Masehi Nabi Muhammad SAW telah membentuk dasar pemerintahan
dan pembentukan Islam dengan menyusun Piagam Madinah (Shahifatul Madinah). Adapun

6
yang melatar belakangi dibentuknya Piagam Madinah oleh Nabi 6 Muhammad adalah untuk
membentuk perdamaian antar bangsa yang mencakup lingkup perdamaian. Dan apa yang
dituangkan dalam Piagam Madinah adalah penjabaran dari prinsip-prinsip kemasyarakatan
yang diajarkan al-quran sekalipun wahyu belum lagi rampung diturunkan. Piagam Madinah
merupakan perintah yang bersifat universal (Perjanjian Syamilah), yakni dalam arti pola
hidup yang mendunia terkait dengan kecenderungan bangsa-bangsa di dunia untuk
melaksanakan hak-hak asasi, kebebasan berkeyakinan dan berpendapat, bersama-sama
memerangi kemisikinan, mewujudkan kesejahteraan, dan menciptakan perdamaian dunia
yang bertujuan untuk menegakkan suatu tatanan masyarakat yang etis dan egalitarian.Isi
Piagam Madinah itu merupakan fakta tertulis, tidak dapat dibantah oleh siapapun yang
mencoba menghapus sejarah itu. Isinya memberikan perlindungan hak- hak semua orang
untuk hidup dalam satu negara tanpa merasa takut untuk menjalankan keyakinan mereka
masing masing 10 bab yang di bagi menjadi 47 fasal.Nabi Muhammad SAW dalam membuat
piagam tersebut, bukan hanya memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan masyarakat
muslim, melainkan juga memperhatikan kemaslahatan masyarakat non-muslim. Piagam ini
menjadi landasan tujuan utama beliau, yaitu mempersatukan penduduk Madinah secara
integral yang terdiri dari unsur-unsur heterogen. Oleh karena itu ketetapan-ketetapan Piagam
itu menjamin hak semua kelompok sosial dengan memperoleh persamaan dalam masalah-
masalah umum, sosial dan politik sehingga ia dapat diterima oleh semua pihak, termasuk
kaum Yahudi.

Prinsip - Prinsip Pemerintahan pada Masa Nabi Muhammad SAW Dalam


menjalankan pemerintahan Nabi Muhammad dibantu oleh staff ahli (penasehat) dan
sekretaris. 4 orang sahabat utama yakni Abu Bakar as Shiiddiq, Umar ibn Khattab, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib merupakan pendamping nabi dalam menjalankan roda
pemerintahan di Madinah. Selain itu terdapat beberapa sahabat lainnya seperti Salman al
Farisy yang terkenal sebagai Arsitek pengembangan wilayah kota, Khalid bin Walid yang
diberi gelar Saifullah (pedang Allah) oleh Nabi sebagai penasehat strategi angkatan
bersenjata. Di antara sekretaris Nabi yang terkenal adalah Zaid ibn Tsabit dan Muawiyah ibn
Abi Sofyan. Yang tersebut terakhir ini kemudian menjadi khalifah dan perintis Daulat Bani
Umayyah pasca Khulafa al Rasyidin. Dasar berpolitik di Negeri Madinah pada masa
pemerintahan Nabi Muhammad SAW mencakup prinsip-prinsip fundamental yang
membentuk struktur pemerintahan dan masyarakat yang mencakup sejumlah prinsip pokok
yang membentuk kerangka kerja pemerintahan.

7
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW, terdapat sejumlah prinsip
pemerintahan yang mendasari sistem yang beliau terapkan di Madinah. Prinsip - prinsip tata
negara yang menjadi perilaku politik pemerintahan Nabi Muhammad SAW adalah hal yang
menarik dan pada dasarnya menjadi inspirasi bagi pemerintahan negara modern :

1) Musyawarah
Elemen utama yang menjadi subtansi pemerintahan demokratis adalah
musyawarah. Musyawarah adalah salah satu perintah Allah dalam al Quran. Perintah
ini terutama berkaitan dengan urusan kehidupan dunia. Musyawarah merupakan pilar
demokrasi yang amat prinsipil. Dalam system politik Islam telah dipraktekkan oleh
Nabi dan para khulafa al Rasyidin. Sehingga dalam situasi yang amat sulitpun umat
Islam, pemimpin muslim tetap membuka saluran musyawarah. Memang dalam
prakteknya, musyawarah tidak selamanya membawa mupakat bahkan berujung
ketidak pastian dan anarkis. Akan tetapi kita harus percaya bahwa inilah jalannya
yang paling memuaskan kebanyakan orang dalam pengambilan keputusan. Apalagi
bahwa urusan kenagaraan adalah menyangkut kepentingan orang banyak, bukan
hanya kepentingan para pemimpin.
2) Persamaan
Salah satu prinsip yang amat penting dalam system perundang-undangan dan
politik pada masa ini adalah persamaan. Semua orang tahu bahwa kedudukan
Rasulullah di sisi umat Islam adalah sangat istimewa dibandingkan dengan yang lain,
akan tetapi beliau menyatakan bahwa saya ini manusia biasa seperti kamu juga cuma
kepadaku diberi wahyu. Dalam pemerintahan yang demokratis tentulah hal ini
menjadi prinsip yang harus ditegakkan secara konsisten karena pemerintahan itu
terwujud dari kehendak rakyat dan diselenggarakan dari rakyat pula. Tidak ada orang
yang lebih istimewa dari yang lain. Kalaupun kemudian pemimpin menempati
kedudukan terhormat, itu karena pemberian orang banyak (rakyat). Karena itu tidak
pantas disalahgunakan. Antara pemimpin dan rakyatnya adalah sama, sehingga tidak
pantas berlaku arogan, seorang pemimpin yang terpilih, bahkan harus berterimakasih
kepada rakyat yang telah menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang pada
hakikatnya adalah pelayan terhadap masyarakat yang dipimpinnya.
3) Keadilan
Dalam Islam pemimpin yang adil sangat didambakan. Allah menjanjikan
perlindungan kepada pemimpin yang adil suata saat dimana tidak ada lagi

8
pertindungan selain dari Allah di hari Mahsyar, setelah manusia semua dibangkitkan
di padang Mahsyar. Pemimpin adalah manusia yang diberi kedudukan terhormat,
memiliki kewenangan mengatur masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya berpotensi
melakukan kezaliman karena merasa memiliki kekuasaan itu, pada hal kekuasaan itu
adalah amanah yang harus dijalankannya dengan baik dan adil. Karena itu Allah
menghargai pemimpin yang konsisten dalam keadilan.
4) Kebebasan
Kebebasan merupakan dambaan setiap manusia, setiap orang menghendaki
hidup yang merdeka tanpa tekanan. Dalam suatu system pemerintahan yang baik,
setiap orang diberi kebebasan hidup tanpa tekanan dari orang lain, kebebasan berfikir
dan mengeluarkan pendapat, kebebasan memeluk keyakinan, kebebasan memiliki
tanpa gangguan dari orang lain. Dalam sistem perundang-undangan modern disebut
hak-hak asasi manusia. Dalam Islam tidak dibenarkan memaksakan agama terhadap
pemeluk agama lain, Islam hanya didakwahkan dalam arti mengajak manusia dengan
cara bijaksana, dengan nasehat yang baik dan berdiskusi dengan cara terbaik, bukan
dengan jalan indoktrinasi dan penekanan.
5) Wewenang dan Tanggung Jawab
Kekuasaan adalah amanah. Tetapi secara sosiologis adalah amanah itu dari
masyarakat yang dipimpin yang memilih atau memberi kesempatan kepadanya untuk
memimpin mengatur mereka agar terwujud kehidupan sosial yang teratur dan
memenuhi harapan mereka untuk hidup makmur dan menikmati pelayanan yang baik
dan adil. Pertanggungjawaban kepada rakyat hanya ada dalam pemerintahan
demokrasi, sedangkan dalam sistem pemerintahan monarki absolut tidak menjadi
tuntutan, karena raja merasa lebih penting dari rakyat. Menurut ajaran Islam
wewenang seorang pemimpin hanya dipatuhi sepanjang konsisten pada kebenaran
tidak menyalahi aturan Allah dan Rasulnya. Memberi pelayanan yang baik dan adil
adalah sesuai dengan syari’at. Sedangkan menghkhianati perjanjian, menzalimi
rakyat, melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme adalah bertentangan dengan
syari’at. 3

3
Dikutip dari, https://www.kompasiana.com/luqinayazhr/655ff168110fce0ea7619732/dasar-berpolitik-negeri-
madinah-kajian-terhadap-prinsip-prinsip-pemerintahan-pada-masa-nabi-muhammad-
saw?page=2&page_images=1

9
C. Piagam Madinah: Darussalam dan Darul Islam

Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah merupakan dokumen sejarah yang disusun
oleh Nabi Muhammad SAW yang hijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Piagam ini
merupakan perjanjian antara suku Arab dan Yahudi di Madinah yang mengatur hubungan
mereka dan menjadi dasar negara Islam pertama. Dokumen ini mengatur berbagai aspek
kehidupan masyarakat Madinah, termasuk hak, tanggung jawab, dan perlindungan seluruh
penduduk, baik Muslim maupun non-Muslim.

Piagam Madinah juga menetapkan prinsip-prinsip keadilan, keamanan, dan


pemisahan kekuasaan di antara suku-suku Madinah. Secara lebih luas, piagam ini merupakan
salah satu piagam terpenting dalam sejarah Islam, karena tidak hanya mengatur persoalan
politik dan sosial, namun juga memberikan pedoman pendirian negara Islam pertama di
bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Hal ini menjadi landasan tatanan sosial dan
hukum dalam masyarakat Islam pada saat itu.

Piagam Madinah juga menetapkan prinsip-prinsip keadilan, keamanan, dan


pemisahan kekuasaan di antara suku-suku Madinah. Secara lebih luas, piagam ini merupakan
salah satu piagam terpenting dalam sejarah Islam, karena tidak hanya mengatur persoalan
politik dan sosial, namun juga memberikan pedoman pendirian negara Islam pertama di
bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Hal ini menjadi landasan tatanan sosial dan
hukum dalam masyarakat Islam pada saat itu.

Hal ini menciptakan lingkungan di mana setiap orang dapat hidup dengan ketenangan
pikiran.Di sisi lain, 'Darul Islam' adalah istilah luas yang mengacu pada 'rumah Islam' atau
wilayah di mana hukum Islam diterapkan.Meskipun istilah tersebut tidak disebutkan secara
langsung dalam konteks Piagam Madinah, Madinah juga mencakup komunitas non-Muslim,
namun di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Madinah menerapkan prinsip-
prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari.4

Dakwah Nabi Muhammad di Yastrib yang penuh keteladanan mengundang simpati


masyarakat hingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. Singkat sejarah, setelah Islam
berjaya di Yastrib, maka Nabi Muhammad kemudian merubah nama Kota itu menjadi

4
Dikutip dari, https://www.kompasiana.com/luqinayazhr/655ff168110fce0ea7619732/dasar-berpolitik-negeri-
madinah-kajian-terhadap-prinsip-prinsip-pemerintahan-pada-masa-nabi-muhammad-
saw?page=2&page_images=1

10
Madinatul Munawwarah atau Madinah yang berarti Kota yang tercerahkan. Nabi Muhammad
mendirikan Madinah sebagai Negara yang Darus Salam (Negara Damai) bukan Darul Islam
(Negara Islam). Dengan konsep itu, orang Nasrani dan Yahudi bisa hidup berdampingan
dengan umat Islam waktu itu.

Untuk lebih memperkuat konstitusi madinah waktu itu, Nabi Muhammad kemudian
membuat perjanjian Madinah dengan pemuka-pemuka Madinah termasuk dari golongan
Nasrani dan Yahudi. Karena toleransi tinggi yang dikembangkan dalam Dakwah Islam Nabi
Muhammad, maka dalam perjanjian Madinah tidak kita temukan ada kata Islam. Sehingga
tidak ada alasan bagi kita untuk merubah Indonesia hari ini menjadi negara Islam.

Yang perlu di rubah adalah ahlak kita semua. Baik pemerintah maupun masyarakat.
Ahlak inilah yang menjadi persoalan utama hari ini, bukan persoalan konstitusinya. Memang
di Madinah, Nabi Muhammad pernah memerangi orang Yahudi. Mereka para Yahudi itu
ditumpas oleh Sayidina Ali Karamallahu wajhahu di Khaibar. Tapi perang terhadap orang
Yahudi itu dilakukan bukan karena mereka tidak setuju dengan pendirian negara Islam,
karena memang misi negara Islam tak pernah dibuat oleh Nabi Muhammad. Mereka
diperangi karena mengancam Islam dengan mengingkari konstitusi madinah. 5

5
Dikutip dari, https://www.kompasiana.com/luqinayazhr/655ff168110fce0ea7619732/dasar-berpolitik-negeri-
madinah-kajian-terhadap-prinsip-prinsip-pemerintahan-pada-masa-nabi-muhammad-
saw?page=2&page_images=1

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hijrah dalam al-Qur’an dapat ditemukan dalam beberapa makna yaitu:
Pertama, Hijrah berarti pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain guna mencari
keselamatan diri dan mempertahankan aqidah. Seperti firman Allah, “Barangsiapa
yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat
hijrah yang luas dan rezki yang banyak”. Q.S.al-Nisa (4): 100. Kedua, Hijrah berarti
pisah ranjang antara suami dan istri, seperti firman Allah, “Dan pisahkanlah mereka
dari tempat tidur mereka” Q.S.al- Nisa’ (4): 3. Ketiga, Hijrah berarti mengisolir diri,
seperti ucapan ayahnya Nabi Ibrahim kepada beliau, “Dan tinggalkanlah aku dalam
waktu yang lama”. Maryam (19): 46. Kempat, Hijrah berarti mencela sesuatu yang
benar karena takabur, seperti firman Allah, “Dengan menyombongkan diri terhadap
Al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji” al- Mu’minun (23): 67,
dan meninggalkan Al-Qur’an.
Secara global hijrah terjadi dapat disebabkan karena beberapa faktor. Hal itu,
sesuai dengan konteks peristiwa, seperti hijrahnya Nabi dan sahabatnya, karena
Mekah tidak lagi kondusif untuk menjalankan ajaran agama, sedangkan Madinah
dapat menerima ajaran Islam dan kondusif untuk berdakwah.
B. Saran
Merealisasikan dan menerapkan arti hijrah nabi ke madinah dalam kehidupan akan
membawa manfaat besar bagi manusia. Karena sejatinya banyak Pelajaran yang dapat diambil
dari kisah perjalanan hijrah nabi ke Madinah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Salsabila Nabila ,Safitri Dea, Hilda Mutiara ,Husna Makhroza , Rizka Julia Putri, Perkembangan Peradaban
Islam Fase Madinah, Journal on Education, 2023.

Dikutip dari:

https://www.kompasiana.com/luqinayazhr/655ff168110fce0ea7619732/dasar-berpolitik-negeri-madinah-kajian-
terhadap-prinsip-prinsip-pemerintahan-pada-masa-nabi-muhammad-saw?page=2&page_images=1

13

Anda mungkin juga menyukai