Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

MAKALAH
Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Nur Hidayat, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH:

Muhsinuddin Hasibuan

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini

dengan tepat waktu. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji dan memperdalam

pengetahuan kita tentang Pengertian, Sejarah, Hubungan PHI dengan PIH, Hubungan PHI
dengan Ilmu Lainnya, dan Hubungan PHI dengan Politik Hukum.

Meskipun demikian saya menyadari sepenuhnya bahwa apa yang sayai sajikan
kedalam

makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki oleh karena itu, saya

mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun manfaat

bagi perkembangan dunia Pendidikan dan juga untuk perbaikan selanjutnya.

Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Nur Hidayat, S.H.,M.H.
yang telah memberikan kesempatan saya untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan
tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari ALLAH SWT, Aamiin.

Pekanbaru, 23 Febuari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULIUAN
A. Latar Belakang
Ilmu hukum adalah ilmu yang mempunyai cakupan yang begitu luas,hukum tidak
pernah terlepas dari masyarakat,setiap helain hembusan napas setiap orang pasti berkaitan
dengan hukum. Hukum adalah ikatan kepada masyarakat yang harus dipatuhi setiap personal
semua kalangan.Termasuk pejabat negara,hakim dan presiden sekalipun pasti tidak bisa
terlepas dari hukum.karena didalam hukum ada istilah “EQUALITY BEFORE THE LAW”
kesetaraan dimata hukum artinya semua manusia harus mau diadili oleh hukum dan hukum
itu harusnya setara tidak tumpul kepada yang berkuasa dan tidak boleh tajam kepada rakyat
jelata
Hukum adalah bagian dari sistem untuk menghadirkan keadilan kepada semua
kalangan,hukum bertujuan untuk mengatur tindakan semua masyarakat didalam kehidupan.
Didalam sistem tatanan negara republik indonesia hukum dibentuk melalui wakil rakyat yaitu
dewan perwakilan rakyat (DPR).Setelah terbentuk lalu diimplementasikan dalam kehidupan
masyarakat Dari hal ini kita mengenal adanya masyarakat hukum, suatu masyarakat yang
kehidupannya dikendalikan oleh norma hukum. Salah satu bentuk masyarakat hukum adalah
Negara. Selanjutnya,karena Negara merupakan masyarakat hukum, maka tentu saja
pengorganisasiannya diatur dalam suatu tata hukum.Tata hukum itu dibentuk oleh badan yang
diberi wewenang untuk itu serta berlaku di wilayah Negara tersebut. Tiap-tiap Negara
mempunyai tata hukum sendiri untuk mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Demikian pula Indonesia yang sejak tanggal 17 Agustus 1945 telah menjadi bangsa yang
merdeka. Sejak Proklamasi itulah terbentuk Negara baru beserta tata hukum baru yaitu Tata
Hukum Indonesia atau Sistem Hukum Indonesia.
Dalam waktu terakhir ini hukum berkembang dengan signifikan karena perubahan
sosial, tekhnologi,budaya’dan politik. Dari awal lahirnya hukum yang masih belum pasti
bagaimana ia lahir sehingga banyak pendapat dari para ahli, ilmu hukum terus beradaptasi
untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Oleh karena itu, pemahaman yang kuat tentang ilmu
hukum dan perannya dalam masyarakat modern sangat penting. Dalam makalah ini, saya akan
mengedidentifikasi konsep dasar dalam ilmu hukum, melihat bagaimana hukum memengaruhi
kehidupan sehari-hari, dan mengidentifikasi isu-isu utama yang sedang dihadapi dalam ilmu
hukum saat ini.
B. Rumusan Makalah
1. Apa Pengertian Hukum Serta Bagaimana Pendapat Para Ahli?
2. Bagaimana Sejarah Hukum?
3. Apa Hubungan PHI Dengan PIH?
4. Apa Hubungan PHI Dengan Hukuum Laiinya?
5. Apa Hubungan PHI Dengan Politik?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hukum Menurut Para Ahli.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Hukum.
3. Untuk Mengetahui Hubungan PHI Dengan PIH.
4. Untuk Mengetahui Hubungan PHI Dengan Hukum Lainnya.
5. Untuk Mengetahui Hubungan PHI demgan Politik.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum dan Pendapat Para Ahli


Dalam hukum memang sulit ditemukan suatu definisi yang sungguh- sungguh dapat
memadai kenyataan. Para sarjana hukum memberikan definisi tentang hukum terdapat
perbedaan pandangan, dan menurut seleranya masing-masing sesuai dengan objek
penelitiannya. Hal ini disebabkan masing-masing sarjana hukum terpaku pada pandangannya
sendiri. Tegasnya, para sarjana itu terikat pada alam sekitar dan kebudayaan yang ada ataupun
terikat pada situasi yang mengelilinginya.
Singkatnya bahwa kesukaran dalam membuat definisi hukum disebabkan:
1.Karena luasnya lapangan hukum itu;
2.Kemungkinan untuk meninjau hukum dari berbagai sudut (filsafat, politik, sosiologi,
sejarah, dan sebagainya) sehingga hasilnya akan berlainan dan masing-masing definisi hanya
memuat salah satu paket dari hukum saja;
3.Objek (sasaran) dari hukum adalah masyarakat, padahal masyarakat senantiasa berubah dan
berkembang, sehingga definisi dari hukum jug Kemudian a akan berubah-ubah pula.
Kemudian Lemaire mengatakan, bahwa hukum yang banyak seginya serta meliputi
segala lapangan ini menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi apa hukum itu
sebenarnya Di samping itu.)1. Van Apeldoorn pernah mengatakan bahwa tidak mungkin
memberikan definisi tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat memadai kenyatan.
2
Selanjutnya L. J Van Apeldoorn menjelaskan bahwa hukum itu banyak seginya dan demikian
Alasnya, sehingga tiskak mungkin orang menyatukannya dalam suatu rumus secara
memuaskan.3
Penulis-penulis Ilmu Pengetahuan Hukum di Indonesia juga se pendapat dengan L.J.
Van Apeldoom, seperti Sudirman Kartohadiprodjo mengatakan, jikalau kita menanyakan
apakah yang dinamakan hukum, kita akan menjumpai tidak adanya persesuaian pendapat,
Berbagai perumusan yang dikemukakan. 4 Lili Rasyidi, mengemukakan bahwa hukum itu
banyak seginya tidak mungkin dapat dituangkan hanya ke dalam beberapa kalimat saja. Oleh
karena itu, jika ada yang mencoba merumuskan hukum, sudah dapat dipastikan definisi
tersebut tidak sempurna.5
1
Lemaire dalam pipin syarifin , Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung :Pustaka Setia, 1998), hlm. 21.
2
L. J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Pradnya Paramita, 1985) , hlm. 13.
3
L. J. van Apeldorn, ibid.
4
Sudirman Kartohadiprodjo, dalam C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,
(Jakarta:Balai Pustaka, 1982), hlm. 33
5
Lili Rasyidi, Filsafat Hukum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), hlm. 3.
Sesungguhnya apabila diteliti benar-benar, akan sukar bagi kita untuk memberi
definisi tentang hukum, sebab seperti telah dijelaskan para sarjana hukum itu sendiri belum
dapat merumuskannya suatu definisi hukum yang memuaskan semua pihak. Sebagai
pegangan apa yang dimaksud dengan hukum itu adalah “semua peraturan yang berisi perintah
dan larangan yang harus ditaati masyarakat dan timbul sanksi jika peraturan itu dilanggar”.
Sanksi di sini adalah ganjaran ataupun suatu hukuman yang diberikan negara melalui petugas-
petugasnya memberikan hukuman pada si pelanggar.
Di bawah ini akan dikutip beberapa pendapat para ahli hukum ten- tang definisi hukum
sebagai berikut.
1. Plato, hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang
mengikat masyarakat.
2. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat
masyarakat tetapi juga hakim.

3. Austin, hukum adalah peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada
makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya.

4. Bellfroid, hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib masyarakat itu
didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.

5. E.M. Meyers, hukum adalah semua peraturan yang mengandung pertimbangan


kesusilaan ditujukan pada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan menjadi
pedoman penguasa negara dalam melakukan tugasnya.

6. Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan
dari kepentingan bersama terhadap orang yang melanggar peraturan itu.

7. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat yang dengan ini kehendak bebas
dari orang yang satu dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain
memenuhi peraturan hukum tentang kemerdekaan.

8. Van Kant, hukum adalah serumpun peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan
untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.

9. Van Apeldoorn, hukum adalah suatu gejala sosial; tidak ada masya- rakat yang tidak
mengenal hukum maka hukum itu menjadi suatu aspek dari kebudayaan seperti
agama, kesusilaan, adat istiadat, dan kebiasaan.

10. S.M. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi-
sanksi.6
6
Pipin Syarifin , op, cit, hlm. 22-24
2. Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum yang mempelajari
perkembangan dan asal-usul hukum dalam masyarakat tertentu dan membandingkan antara
hukum hukum yang berbeda karena dibatasi oleh waktu yang berbeda pula.

Menurut von Savigny, hukum adalah ekspresi dari jiwa bangsa dimana hukum itu
berlaku. Oleh karena itu, hukum yang berlaku bagi suatu bangsa tertentu berbeda dengan
hukum yang berlaku bagi bangsa lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan
karakteristik pertumbuhan yang dialami oleh masing-masing sistem hukum. Pertumbuhan
hukum yang dimaksud adalah hubungan yang berkesinambungan antara sistem yang sekarang
dengan sistem yang lalu.

Apabila dapat diterima bahwa hukum sekarang berasal dari hukum yang sebelumnya
atau hukum pada waktu lampau, maka hal ini berarti bahwa hukum yang sekarang dibentuk
melalui proses-proses yang berlang- sung pada waktu lampau.¹7

Mengetahui dan memahami secara sistematis proses- proses terbentuknya hukum,


faktor-faktor yang menyebab- kannya, memberi tambahan pengetahuan yang berharga untuk
memahami gejala hukum dalam masyarakat. Hal demi- kian itu dilakukan oleh cabang ilmu
yang disebut sejarah hukum. Melalui penelitian jarah hukum dapat diketahui kemungkinan
adanya lembaga-lembaga hukum yang sudah tidak diperlukan atau masih dapat
dikembangkan dalam usaha mengadakan pembinaan hukum.

7
J. B. Daliyo(et.al), Pengantar Ilmu Hukum, hal. 136
3. Hubungan PHI dan PIH

Peristilahan PHI dibagi dalam tiga bagian yaitu Pengantar. Hukum dan,
Indonesia kata pengantar mempunyai arti mengantarkan pada tujuan tertentu, dan ada
Hukum dan Indonesia yang berarti hukum yang berlaku di indonesia dimana sebelum
Pengantar Hukum Indonesia dikenal seperti sekarang dulu materi perk Niahan ini
disebut dengan Pengantar Tata Hukum Indonesia. Kata Tata hukum adalah terjemahan
dari kata recht orde (bahasa Belanda) yang berarti memberikan tempat yang
sebenarnya kepada hukum8

Pengantar Ilmu Hukum adalah suatu pelajaran dasar, suatu basis-leesvik la


mengantar menunjuk jalan ke arah cabang-cabang ilmu hukum (rechtsvakken) yang
sebenarnya la formilnya memberikan suatu pemandangan secara ringkas mengenai
seluruh ilmu pengetahuan hukum, mengenai kedudukan ilmu hukum disamping ilmu-
ilmu yang lainnya lebih lanjut mengenai pengertian-pengertian dasar, azas dan
penggolongan cabang-cabang bukum9 Sementara Pengantar hukum indonesia adalah
ilmu-ilmu hukum yang memberika gambaran tentang hukum yang pernah dan sedang
berlaku di indonesia selain itu juga menguraikan tentang asas-asas dan apa yang
menjadi dasar berlakunya hukum yang bersangkutan.10

Hubungan antara PHI dengan PIH memiliki persamaan dan perbedaan,


persamaannya yakni keduanya sama-sama berobyekan tentang hukum sedangkan
perbedaan dari PHI dan PIH yaitu PIH membahas atau mempelajari dasar-dasar ilmu
hukum secara umum atau yang berlaku secara universal sedangkan PHI mempelajari
konsep-konsep, pengertian-pengertian dasar dan sejarah hukum serta teori hukum
positif indonesia
11

Pengantar Hukum Indonesia dan pengantar ilmu hukum memiliki keterkaitan


karena keduanya membahas dasar-dasar hukum Pengantar Hukum Indonesia fokus
pada pemahaman sistem hukum di Indonesia, sedangkan pengantar ilmu hukum lebih
bersifat umum, membahas konsep dan teori dasar hukum yang dapat diterapkan secara
luas Keduanya memberikan landasan bagi mahasiswa hukum untuk memaharni
prinsip-prinsip dasar dalam konteks hukum Indonesia dan secara umum dalam ilmu
hukum.

8
Abdoel Djamali, R, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia , (jakarta:PT Raja Grapindo Persada, 2014)
9
Achmad Sanusi, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999) , hlm. 3
10
Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015) hlm. 1
11
Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum, (Jakarta:Sinar grafika, 2016)
4. PHI dengan Ilmu Hukum Lainnya

Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dengan segala dinamika


sosialnya, menjadikan hukum sebagai suatu kebutuhan penting sehingga dalam
implementasinya senantiasa menimbulkan masalah yang perlu dicarikan solusi
penyelesaiannya. Masalah hukum inheren dengan perkembangan dalam komunitas
sosial yang dinamis dan dalam kaitannya dengan ilmu- ilmu lain, sifat mengikat dari
hukum muncul dalam kajian filsafat hukum.

Dalam upaya untuk menjawab semua masalah yang muncul tatkala hukum
diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat itu, akhirnya terjadi interaksi antara
ilmu hukum dengan disiplin ilmu lainnya, seperti, sosiologi hukum, antropologi
hukum, perbandingan hukum, politik hukum, psikologi hukum, dan lain sebagainya.
Meskipun ilmu-ilmu lainnya itu in-focus pada hukum, bukanlah berarti ilmu-ilmu lain
itu merupakan bagian dari ilmu hukum. Yang menjadi stressing dalam konteks ini
adalah bahwa keterkaitan ilmu hukum dengan ilmu-ilmu lainnya adalah obyek
kajiannya mengenai hukum. Untuk mengetahui adanya relevansi ilmu hukum dengan
ilmu-ilmu lainnya itu, lebih dahulu kita perlu melihatnya dari pengertian ilmu hukum
positif, pokok kajian dalam ilmu hukum adalah menyelesaikan masalah dengan cara
mengacu kepada norma-norma teks otoritatif yang telah berlaku dan diberlakukan oleh
masyarakat, baik penguasa ataupun masyarakat itu sendiri. Di samping itu sangat
terbuka kemungkinan munculnya norma kabur (vage normen) yang merupakan suatu
konsekuensi dalam pembentukan norma dalam masyarakat Dari kemunculan norma
kabur ini, dimungkinkan munculnya upaya-upaya proaktif dari para sarjana hukum
(jurist) untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang terjadi.

Pendapat pertama akan menyatakan bahwa dalam rangka menciptakan suatu


kepastian (supremasi) hukum, maka segala sesuatu yang terkait dengan penyelesaian
hukum harus didasarkan kepada hukum. Kalau eksistensi hukum (termasuk instrumen
atau produk hukum) itu dianggap masih kurang optimal, maka dalam penyelesaian
persoalan-persoalan hukum itu perlu dilakukan penafsiran (interpretasi) hukum
dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip atau asas asas hukum atau melalui suatu
perbandingan (komparasi) hukum

Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa rumusan hukum itu tidaklah selalu
ansich mengacu kepada persoalan-persoalan (kasus atau perkara) yang konkret,
sehingga para hakim yang menerima, memeriksa, dan memutus suatu perkara atau
kasus itu perlu melakukan suatu penafsiran (interpretasi) terhadap kejadian atau
peristiwa hukum yang konkret. Tidak semua hakim dapat memahami setiap kejadian
atau peristiwa hukum yang konkret tersebut. Yang paling memahami dan mengerti
adalah mereka yang memiliki kompetensi pada bidang keahlian tersebut. Oleh karena
itu, para hakimpun wajib menggunakan ilmu-ilmu lain di luar ilmu hukum sebagai
dasar pertimbangan hukum bagi para hakim dalam memutus suatu kasus atau perkara
12

5. Hubungan PIH dengan Politik

Hukum dan politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain, dan saling memengaruhi. Antara politik dan hukum di dalam
kehidupan sehari-hari menurut Arbi Sanit tedapat tiga
Titik temu, yaitu sebagai berikut.

a. Pada waktu penentuan penjabat hukum. Walaupun tidak semua proses penetapan
penjabat hukum melibatkan politik, tetapi proses
Itu terbuka bagi keterlibatan politik.

12
M. Hadim Mahjad, Peran Filsafat Hukum dalam ilmu Hukum(Surabaya:Unsa University Press, 2004) hal. 11
b. Proses pembuatan hukum itu sendiri. Setiap proses pembuatan kebijaksanaan
formal yang hasilnya tertuang dalam bentuk hukum pada dasarnya adalah produk dari
proses politik.

c. Proses pelaksanaan hukum di mana pihak yang berkepentingan berusaha


memengaruhi pelaksanaan kebijaksanaan yang sudah berbentuk hukum tersebut,
sejalan dengan kepentingan dan ke- kuatannya.13

Jadi, hukum dan politik ibarat dua sisi dari sekeping uang logam, dapat
dibedakan namun sulit untuk memisahkannya. Politik merupakan suatu kegiatan yang
menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu.
Politik selalu menyangkut tujuan dari seluruh masyarakat, dan bukan tujuan pribadi
seseorang. Keterkaitan antara ilmu hukum dan ilmu politik melahirkan ilmu politik
hukum.

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa politik hukum adalah suatu kegiatan
untuk membuat kaidah yang akan menentukan bagai- mana seharusnya manusia
bertindak. Selanjutnya Soedjono Dirdjosisworo menjelaskan bahwa politik hukum
adalah disiplin hukum yang meng- haruskan dirinya pada usaha memerankan hukum
dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh masyarakat tertentu. 14

Kemudian J.B. Daliyo mengemukakan bahwa politik hukum adalah suatu


bidang ilmu yang mempunyai ciri tertentu, yaitu kegiatan untuk menentukan atau
memilih hukum mana yang sesuai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh
masyarakat.15
Politik hukum merupakan disiplin yang memanfaatkan materi filsafat hukum
(yang menyangkut tujuan yang diinginkan), serta materi ilmu tentang kenyataan
hukum dan dogmatik hukum (berkaitan dengan cara mencapai tujuan). Hal ini
terutama sekali relevan dengan kegiatan pembentukan hukum maupun penemuan
hukum.

Politik hukum tidak terlepas dari kebijaksanaan di bidang lain. Penyusunan


politik hukum harus diusahakan selalu seiring dengan aspek kebijaksanaan di bidang
ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. Namun demikian, setidak-tidaknya ada dua
lingkup utama politik hukum, yaitu (1) politik pembentukan hukum, dan (2) politik
penegakan hukum. Politik pembentukan hukum adalah kebijaksanaan yang
bersangkutan dengan penciptaan, pembaruan dan pengembangan hukum. Politik
pembentukan hukum mencakup:

1. Kebijaksanaan (pembentukan) perundang-undangan,


2. Kebijaksanaan (pembentukan) hukum yurisprudensi atau putusan hakim, dan
13
Arbi Sanit, Politik Sebagai Sumber Daya Hukum: Telaah Mengenai Dampak Tingkah Laku Politik Elit dan
Massa Terhadap Kekuatan Hukum di Indonesia, dalam Artidjo Alkostar, Pembangunan Hukum dalam perspektif
Politik Hukum Nasional, (Jakarta:Rajawali, 1986) hal. 40.
14
Soedjono Dirdjosiswiro, op. Cit, hlm. 48.
15
J. B, Daliyo, Op, cit, hlm., 142.
3. kebijaksanaan terhadap peraturan tidak tertulis lainnya.
Adapun politik penegakan hukum merupakan kebijaksanaan yang
bersangkutan yang terdiri atas kebijaksanaan di bidang peradilan, dan Kebijaksanaan
di bidang pelayanan hukum. Antara kedua aspek politik hukum tersebut sekadar
dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan karena:
1. Keberhasilan suatu peraturan perundang-undangan tergantung pada penerapannya.
Apabila penegakan hukum tidak dapat berfungsi dengan baik, peraturan perundang-
undangan yang bagaimana pun sempurnanya tidak atau kurang memberikan arti sesuai
dengan tujuannya.
2. Putusan-putusan dalam rangka penegakan hukum merupakan instrumen kontrol
bagi ketepatan atau kekurangan suatu peraturan perundang-undangan. Putusan tersebut
merupakan masukan bagi pembaruan atau penyempurnaan peraturan perundang-
undangan.
3. Penegakan hukum merupakan dinamisator peraturan perundang- undangan. Melalui
putusan dalam rangka penegakan hukum, per- aturan perundang-undangan menjadi
hidup dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Bahkan peraturan perundang-undangan yang kurang baik akan tetap mencapai sasaran
atau tujuan di tangan para penegak hukum yang baik.

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang
mengikut masyarakat. hukum hanya sebagai peraturan kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi juga hakim. hukum adalah satu bidang studi hukum yang
mempelajari perkembangan dan asal-usul hukum dalam masyarakat tertentu dan
membandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi olch waktu yang berbeda pula.
Menurut von Savigny, hukum adalah ekspresi dari jiwa bangsa dimana hukum itu berlaku.
Oleh karena itu, hukum yang berlaku bagi suatu bangsa tertentu berbeda dengan hukum yang
berlaku bagi bangsa lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik
pertumbuhan yang dialami oleh masing-masing sistem hukum. Pertumbuhan hukum yang
dimaksud adalah hubungan yang berkesinambungan antara sistem yang sekarang dengan
sistem yang lalu.
Dalam rangka menciptakan suatu kepastian (supremasi) hukum, maka segala sesuatu
yang terkait dengan penyelesaian hukum harus didasarkan kepada hukum. Kalau eksistensi
hukum (termasuk instrumen atau produk hukum) itu dianggap masih kurang optimal, maka
dalam penyelesaian persoalan-persoalan hukum itu perlu dilakukan penafsiran (interpretasi)
hukum dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip atau asas asas hukum atau melalui suatu
perbandingan (komparasi) hukum.
Hukum dan politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain, dan saling memengaruhi. Politik hukum adalah suatu bidang ilmu yang mempunyai ciri
tertentu, yaitu kegiatan untuk menentukan atau memilih hukum mana yang sesuai untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat.
Politik hukum merupakan disiplin yang memanfaatkan materi filsafat hukum (yang
menyangkut tujuan yang diinginkan), serta materi ilmu tentang kenyataan hukum dan
dogmatik hukum (berkaitan dengan cara mencapai tujuan). Hal ini terutama sekali relevan
dengan kegiatan pembentukan hukum maupun penemuan hukum.Politik hukum tidak terlepas
dari kebijaksanaan di bidang lain. Penyusunan politik hukum harus diusahakan selalu seiring
dengan aspek kebijaksanaan di bidang ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua, aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Syarifin, Pipin , Pengantar Ilmu Hukum, Bandung :Pustaka Setia, 1998.

Apeldoorn van, L .J, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta:Pradnya Paramita, 1985.

Apeldorn van, L. J, ibid.

Kartohadiprodjo ,Sudirman, dalam C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,
Jakarta:Balai Pustaka, 1982.

Rasyidi, Rasidi, Filsafat Hukum Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985.

Syarifin , Pipin, op, cit.


Daliyo, J. B, Pengantar Ilmu Hukum.

Djamali, R, Abdoel, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia , jakarta:PT Raja Grapindo Persada, 2014.

Achmad Sanusi, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999.

Asyhadie, Zaeni, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:Rajawali Pers, 2015.

Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum, Jakarta:Sinar grafika, 2016.

Mahjad, M. Hadim, Peran Filsafat Hukum dalam ilmu Hukum


Surabaya:Unsa University Press, 2004.

Sanit, Arbi, Politik Sebagai Sumber Daya Hukum: Telaah Mengenai Dampak Tingkah Laku Politik Elit dan Massa
Terhadap Kekuatan Hukum di Indonesia, dalam Artidjo Alkostar, Pembangunan Hukum dalam perspektif Politik
Hukum Nasional, Jakarta:Rajawali, 1986.

Dirdjosiswiro, Soedjono, op. Cit.

Daliyo, J.B, Op, cit, hlm., 142.

Anda mungkin juga menyukai