DISUSUN OLEH :
MAULANA ARIF ARDIANSYAH
DERRY SEPTIAWAN
AGUS SURYANTO
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Makalah ini berjudul tentang "Sistem kenegaraan dan pemerintahan Islam
dalam lintasan sejarah (Pemerintahan di masa Rasulullah saw)". Bahkan
penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................
.......................................ii
DAFTAR
ISI..............................................................................................................................
....................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang....................................................................................................................
.......2
B. Rumusan
Masalah.....................................................................................................................
2
C.
Tujuan.......................................................................................................................
.....................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian.................................................................................................................
....................3
B. Bukti-bukti dalam pemerintaha Nabi Muhammad
SAW................................................7
C. Prinsip-Prinsip Pemerintahan Nabi Muhammad
SAW.................................................12
D. Faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad
Saw........................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum membicarakan tentang konsep pemerintahan Nabi Muhammad
SAW,maka terlebih dahulu dijelaskan tentang praktek ketatanegaraan Zaman
Nabi Muhammad Saw yang akan dijelaskan dalam bagian ini melihat secara
keseluruhan periode kenabian yaitu masa Mekkah dan masa Madinah .
Sebagaimana diketahui dalam sejarah, Nabi menyebarkan agama islam
di mekkah selama 10 tahun ,sedangkan di madinah 13 tahun.didalam masa
mekkah nabi menggunakan pendekatan sosial-kultural,sedangkan di masa
madinnah nabi menggunakan sosial –politik. Dua pendekatan ini memang
masih sangat debatable,tetapi jika ditelusuri dari bukti-bukti sejarah
menunjukan bahwa dua pendekatan tersebut menjadi petunjuk bagi kita untuk
mengamati babakan sejarah lahirnya sebuah Negara dengan Nabi sebagai
pemimpin.selain itu juga dalam masa kepemimpinan Nabi Muhammad Saw
juga terjadi beberapa hal baik itudalam hal prinsip ataupun yang lainnya .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pemerintahan Nabi Muhammad SAW ?
2. Apa saja bukti-bukti pemerintahan Nabi Muhammad SAW ?
3. Apa saja prinsip dan dasar dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
4. Sebutkan faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah pemerintahan Nabi Muhammad
SAW
2. Untuk mengetahui Apa saja bukti-bukti pemerintahan Nabi Muhammad
SAW
3. Untuk mengetahui Apa saja prinsip dan dasar dalam kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW
4. Untuk mengetahui Sebutkan faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ketatanegaraan adalah tata kelola kepimimpinan pemerintah dalam
mengatur keorganisasian negara. Pemerintahan pada masa Nabi Muhammad
saw, merupakan realita kehidupan ummat Islam sepanjang perjalanan politik
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah bagi masyarakat
Madinah yang plural dan menerima agama baru (Agama Islam) yang dibawa
oleh Nabi saw yang pada waktu itu belum mempunyai tempat atau wilayah
yang bisa mengendalikan kepemimpinan syariat Islam. Kondisi seperti ini
sangat tidak menguntungkan bagi perjuangan Nabi saw yang kemudian lahir
sebuah kebijakan-kebijakan Nabi yang sangat strategis diantaranya tentang
perintah hijrah ke Habsah, mengadakan kerjasama dengan suku-suku diluar
Makkah, melahirkan bai’at, melindungi orang-orang yang tertindas dan
mengupayakan kesejahteraan.
Realita politik Madinah merupakan rangkaian strategis yang
berimplikasi pada masyarakat Islam yang menerima perubahan-perubahan
positif diantaranya: Pertama, Ikatan daerah atau wilayah, Dari sini Madinah
merupakan tempat tinggal bagi ummat Islam. Kedua, jiwa kemasyarakatan,
artinya dengan pemikiran dari ummat Islam Madinah dapat dipersatukan
untuk tujuan yang sama. Ketiga, domonasi politik, hal ini terjadi karena
keterlibatan ummat Islam secara langsung berperan dalam urusan-urusan
politik.1
Setelah hijrah ke Madinah, Nabi mengambil prakarsa mendirikan
lembaga pendidikan. Pasukan Quraisy yang tertawan dalam perang Badar
dibebaskan dengan syarat setiap mereka mengajarkan baca tulis kepada
sepuluh anak- anak muslim. Semenjak saat itu kegiatan belajar baca tulis dan
kegiatan pendidikan lainnya berkembang dengan pesat di kalangan
masyarakat. Ketika Islam telah tersebar ke seluruh penjuru jazirah Arabia,
Nabi mengatur pengiriman
3
guru-guru agama untuk ditugaskan mengajarkan al-Qur'an kepada masyarakat
suku-suku terpencil.
Setelah Nabi menetap di Madinah kalau dilihat dari strukrur keagamaan
dan masyarakatnya yang menunjukan adanya masyarakat yang plural. Yaitu:
a. Kaum muslimin yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshor
1 Sirajuddin Ali, Pemikiran Politik Islam Klasik (Diktat Studi Pemikiran Politik
Islam), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, hal:06
b. Kaum yahudi yang terdiri dari bani Nadhir, bani Quraidhah dan lain-
lain
c. Orang-orang munafik
d. Orang-orang penyembah berhala
6
kekayaan masyarakat non muslim. Kharaj merupakan pajak atas kepemilikan
tanah yang dipungut kepada setiap masyarakat non muslim yang memiliki
tanah pertanian. Ghanimah merupakan hasil rampasan perang yang 4/5 dari
ghanimah tersebut dibagikan kepada pasukan yang turut berperang dan
sisanya yaitu 1/5 didistribusikan untuk keperluan keluarga Nabi, anak-anak
yatim, fakir miskin dan untuk kepentingan umum masyarakat. al-Fay' pada
umumnya diartikan sebagai tanah-tanah yang berada di wilayah negeri yang
ditaklukkan, kemudian menjadi harta milik negara.5
5 Said Aqil Siradj dalam stadium general di Malhilaul Falah, pati, 12 Oktober 2005
7
Allah,tidak akan mencuri,tidak akan berbuat zina ,tidak akan
berbohongdan tidak akan mengkhianati Nabi.baiat ini dikenal dalam
sejarah sebagai Baiat Aqabah I.
Kemudian pada musim haji berikutnya sebanyak tujuh puluh
tiga pendudukyatsrib yang sudah memeluk agama islam berkunjung ke
makkah .mereka mengundang nabi muhammad untuk hijrah keyatsrib
dan menyatakan lagi pengakuan mereka bahwa nabi Muhammad dalah
nabi dan pemimpin mereka. Nabi menemui tamu-tamunya itu di
tempat yang sama yaitu di aqabah.nabi berjanji akan berjuang bersama
mereka baikuntuk berperang maupun untuk perdamaian .nabi dan
mereka adalahsatu.baiat ini kemudian dikenal sebagai Baiat Aqabah
II.6
Dari peristiwa baiat aqabah Idan II tersebut menunjukan fakta
bahwa antara nabi dan penduduk yatsrib telah terjadi “pakta
persekutuan “ atau “kontrak social” dalam pengertian ilmu
politik .kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan supaya saling
menjaga dan melindungi keselamatan bersama dan oleh karna
itu ,peristiwa kedua tersebut “ dianggap sebagai batu-batu pertama
bagi bangunan Negara Islam”.
8
merespon terhadap fakta social keadaan masyarakat arab madinah
secara terbuka menerima seruan Rasul kepada islam.peristiwa hijrah
ini merupakan upaya “strategi konsolidasi politik “ dari posisi
powerless menjadi power full dengan merubah strategi pendekatan dari
sosial-kultural menjadi sosial politik. Hal tersebut ditandai dengan
aktivitas Nabi yang menetap di yatsrib yang kemudian dirubah menjadi
kota madinah .aktivitas Nabi yang pertama dan yang paliutama adalah
mendirikan masjid quba ,dan menata kehidupan social politik
masyarakat madinah yang majemuk sebagai bentuk nyata konsolidasi
politik . pembangunanmasjid dari segi agama berfungsi sebagai tempat
beribadah kepada Allah , sedangkan dari segi social berfungsi sebagai
tempat untuk mendalami ajaran islam ,pusat pengembangan sosial
budaya ,pendidikan, tempat bermusyawarah atas berbagai persoalan
keutamaan,bahkan sebagai markaz tentaradan sebagainya.7
Aktivitas kedua yaitu konsolidasi politik masyarakat madinah
yang masyarakatnya majemuk. Setelah nabi hijrah ke madinah
masyarakat madinah secara umum dapat dikategorisasikan menjadi
empat golongan ,yaitu kaum muhajirin, kaum anshor,kaum komunitas
yahudi,kaum pagan atau badui madinah.untuk konsolidasi politik
masyarakat majemuk tersebut,Nabi muhammad menggunakan dua cara
yaitu pertama menata kehidupan internkaum muslim dengan jalam
mempersatukan antara kaum muhajirin dengan kaum anshor atas dasar
ikatan agama (keimanan) sebagai umat islam .
9
kekuatan yang mendukung visi dan misi kenabian Muhammad. Inilah
fakta sejarah menunjukan bukti Nabi Muhammad sebagai pemimpin
umat yang menjadikan peristiwa hijrah sebagai strategi konsolidasi
politik.
c. Bukti 3: piagam madinah sebagai konstitusi Negara Madinah.
Pagiam madinah sebagai sebuah perjanjian luhur antara Nbi
dengan seluruh penduduk Madinah yang majemuk oleh para pakar
ilmu politik dianggap sebagai konstitusi atau undang-undang dasar
bagi Negara Islam yang pertama dan yang didirikan oleh Nabi di
madinah. Konstitusi dalam pandangan pakar ketatanegaraan adalah
hal-hal fundamental terbentuknya Negara,berupa hukum dasar.
d. Bukti 4: konsultasi publik : kegemaran Nabi bermusyawarah.
Peristiwa yang menunjukan bahwa nabi senang mengadakan
musyawarah dengan para sahabat ,seperti ketika menghadapi perang
badar ,perlakuanterhadap tawanan perang ,perang uhud, khandaq,
perjanjian hudaibiyah dan lain sebagainya.nabi selalu mengajak
sahabat untukmenyelesaikan masalah-masalah sosial politik yang
dihadapi dan beliau mentolerir adanya perbedaan pendapat diantara
mereka . sedangkan mekanisme pengambilan keputusan terkadang
mengikuti pendapat mayoritas meski bertentangandengan pendapat
beliau sendiri tanpa lebih dahulu berkonsultasi dengan sahabat.
Kenyataan tersebut mengandung artibahwa Al-Qur’an maupun
sunah nabi memberikan kebebasan kepada umat islam untuk
menentukan bentuk dan sistem musyawarah serta mekanismenya
sesuai dengan tuntunan zaman dan kebutuhan mereka. Yang penting
dalam melakukan musyawarah berpegang teguh pada prinsipajaran
islam yaitu kebebasan , persamaan , dan keadilan.
e. Bukti 5: Tugas pemerintah : Fungsi Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif.
Praktek pemerintah yang dilakukan nabi muhammad sebagai
kepala negara tampak dalam tugas-tugas sehari-hari , sepertiterlihat
dalam
10
piagam madinah beliau diakui sebagai pemimpin tertinggi ,yang berarti
pemegang kekuasaan legislatif,eksekutif dan yudikatif.
Praktek pemerintahan nabi dibidang hukum adalah kedudukan
beliau sebagai hakam untuk menyelesaikan perselisihanyang timbul
dikalangan masyarakat madinah dan menetapkan hukum terhadap
pelanggar perjanjian. 8
11
yang terdiri atas beberapa suku menjadi sebuah masyarakat politik
sebagai rakyat madinah dan Nabi sebagai pemimpinnya. Hal yang
sama juga dikatakan oleh Philip K. Hitti (1974: 121) yang menyatakan
bahwa nabi muhammad dalah seorang kepala negara ,disamping
sebagai seorang Rasul, yang membentuk masyarakat keagamaan yang
bukan berdasarkan ikatan darah sebagai sebuah negara madinah.
12
orang atau suatu bukan penampilan,atau faktor-faktor luar
lainnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan dari pada kesia-siaan.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa
ditunda.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
5. Beliau memilih jalan yang sukar untuk dirinya dan termudah
untuk umatnya.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada duniawi.
10 Ahmad Al- Usairy ,sejarah islam sejak zaman nabihingga abad 20, akbar media
2009
adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan
umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
2. Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian
Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan
risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada
yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3. Kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum
merupakan salah satu dasar terpenting.
4. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik
tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah
penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah,
anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan
antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di
bawah
13
14
16
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Sirajuddin, Pemikiran Politik Islam Klasik (Diktat Studi Pemikiran Politik
Islam), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
Ahmad Al- Usairy ,sejarah islam sejak zaman nabihingga abad 20, akbar media
2009
Sadjali, Munawir, Islam Dan Tata Negara, (Ajaran, Sejarah, Pemikiran), jakarta:
UI-Press, 1990
http://ilmutuhan.blogspot.co.id/2011/03/pemerintahan-nabi-muhammad-saw.html