Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Sistem kenegaraan dan pemerintahan Islam dalam lintasan sejarah


(Pemerintahan di masa Rasulullah saw)

DOSEN ASKANA FIKRIANA,MH.

DISUSUN OLEH :
MAULANA ARIF ARDIANSYAH
DERRY SEPTIAWAN
AGUS SURYANTO

HUKUM TATANEGARA SIYASAH


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Makalah ini berjudul tentang "Sistem kenegaraan dan pemerintahan Islam
dalam lintasan sejarah (Pemerintahan di masa Rasulullah saw)". Bahkan
penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkalis, 1 Maret 2022

Penyusun
ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..........................................................................................................
.......................................ii
DAFTAR
ISI..............................................................................................................................
....................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang....................................................................................................................
.......2
B. Rumusan
Masalah.....................................................................................................................
2
C.
Tujuan.......................................................................................................................
.....................2

BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian.................................................................................................................
....................3
B. Bukti-bukti dalam pemerintaha Nabi Muhammad
SAW................................................7
C. Prinsip-Prinsip Pemerintahan Nabi Muhammad
SAW.................................................12
D. Faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad
Saw........................13

BAB III PENUTUP


A.
Kesimpulan...............................................................................................................
...................16
B. Kritik dan
saran ....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum membicarakan tentang konsep pemerintahan Nabi Muhammad
SAW,maka terlebih dahulu dijelaskan tentang praktek ketatanegaraan Zaman
Nabi Muhammad Saw yang akan dijelaskan dalam bagian ini melihat secara
keseluruhan periode kenabian yaitu masa Mekkah dan masa Madinah .
Sebagaimana diketahui dalam sejarah, Nabi menyebarkan agama islam
di mekkah selama 10 tahun ,sedangkan di madinah 13 tahun.didalam masa
mekkah nabi menggunakan pendekatan sosial-kultural,sedangkan di masa
madinnah nabi menggunakan sosial –politik. Dua pendekatan ini memang
masih sangat debatable,tetapi jika ditelusuri dari bukti-bukti sejarah
menunjukan bahwa dua pendekatan tersebut menjadi petunjuk bagi kita untuk
mengamati babakan sejarah lahirnya sebuah Negara dengan Nabi sebagai
pemimpin.selain itu juga dalam masa kepemimpinan Nabi Muhammad Saw
juga terjadi beberapa hal baik itudalam hal prinsip ataupun yang lainnya .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pemerintahan Nabi Muhammad SAW ?
2. Apa saja bukti-bukti pemerintahan Nabi Muhammad SAW ?
3. Apa saja prinsip dan dasar dalam kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
4. Sebutkan faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah pemerintahan Nabi Muhammad
SAW
2. Untuk mengetahui Apa saja bukti-bukti pemerintahan Nabi Muhammad
SAW
3. Untuk mengetahui Apa saja prinsip dan dasar dalam kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW
4. Untuk mengetahui Sebutkan faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ketatanegaraan adalah tata kelola kepimimpinan pemerintah dalam
mengatur keorganisasian negara. Pemerintahan pada masa Nabi Muhammad
saw, merupakan realita kehidupan ummat Islam sepanjang perjalanan politik
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah bagi masyarakat
Madinah yang plural dan menerima agama baru (Agama Islam) yang dibawa
oleh Nabi saw yang pada waktu itu belum mempunyai tempat atau wilayah
yang bisa mengendalikan kepemimpinan syariat Islam. Kondisi seperti ini
sangat tidak menguntungkan bagi perjuangan Nabi saw yang kemudian lahir
sebuah kebijakan-kebijakan Nabi yang sangat strategis diantaranya tentang
perintah hijrah ke Habsah, mengadakan kerjasama dengan suku-suku diluar
Makkah, melahirkan bai’at, melindungi orang-orang yang tertindas dan
mengupayakan kesejahteraan.
Realita politik Madinah merupakan rangkaian strategis yang
berimplikasi pada masyarakat Islam yang menerima perubahan-perubahan
positif diantaranya: Pertama, Ikatan daerah atau wilayah, Dari sini Madinah
merupakan tempat tinggal bagi ummat Islam. Kedua, jiwa kemasyarakatan,
artinya dengan pemikiran dari ummat Islam Madinah dapat dipersatukan
untuk tujuan yang sama. Ketiga, domonasi politik, hal ini terjadi karena
keterlibatan ummat Islam secara langsung berperan dalam urusan-urusan
politik.1
Setelah hijrah ke Madinah, Nabi mengambil prakarsa mendirikan
lembaga pendidikan. Pasukan Quraisy yang tertawan dalam perang Badar
dibebaskan dengan syarat setiap mereka mengajarkan baca tulis kepada
sepuluh anak- anak muslim. Semenjak saat itu kegiatan belajar baca tulis dan
kegiatan pendidikan lainnya berkembang dengan pesat di kalangan
masyarakat. Ketika Islam telah tersebar ke seluruh penjuru jazirah Arabia,
Nabi mengatur pengiriman

3
guru-guru agama untuk ditugaskan mengajarkan al-Qur'an kepada masyarakat
suku-suku terpencil.
Setelah Nabi menetap di Madinah kalau dilihat dari strukrur keagamaan
dan masyarakatnya yang menunjukan adanya masyarakat yang plural. Yaitu:
a. Kaum muslimin yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshor

1 Sirajuddin Ali, Pemikiran Politik Islam Klasik (Diktat Studi Pemikiran Politik
Islam), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, hal:06
b. Kaum yahudi yang terdiri dari bani Nadhir, bani Quraidhah dan lain-
lain
c. Orang-orang munafik
d. Orang-orang penyembah berhala

Disini Nabi membangun struktur kehidupan ummat yang meliputi


semua elemen yang berbeda-beda agama, dan Nabi berhasil mewujudkan
piagam politik yang merupakan langkah strategis. Karena meletakkan piagam
sebagai persatuan hidup bagi seluruh penduduk Madinah dengan tidak
membedakan keturunan, bangsa dan agama. Piagam ini merupakan naskah
politik yang kedudukannya sebagai dustur atau konstitusi Madinah. Piagam
ini mempunyai tiga bagian dan empat puluh tujuh poin. Tiga bagian tersebut,
pertama, khusus berkaitan dengan orang-orang Islam Muhajirin dan Anshor.
Kedua, khusus yang berkaiatan dengan orang-orang Yahudi. Ketiga, meliputi
seluruh penduduk Madinah.2

Disini Nabi Muhammad saw tidak hanya berperan sebagai pembaharu


masyarakat, tetapi beliau juga sebagai pendiri sebuah bangsa yang besar.
Pada tahap awal, Nabi berjuang mendirikan sebuah kebangsaan dengan
menyatukan para pemeluknya, lalu beliau merancang sebuah kekuasaan
(imperium) yang dibangun berdasarkan kesepakatan dan kerja sama berbagai
kelompok yang terkait. Pada saat awal ini Nabi berhasil mendirikan sebuah
negara Madinah, yang semula terdiri dari kelompok masyarakat yang
heterogen yang satu sama lainnya saling bermusuhan.

Maka masyarakat Madinah menjadi bersatu dalam kesatuan negara


Madinah. Lalu Nabi Muhammad saw menyampaikan beberapa ketentuan
hukum yang memberlakukan semua kelompok tersebut dalam kedudukan
yang sama, tidak mengenal perbedaan kedudukan karena nasab, kelas sosial
dan lain-lain
2 Sirajuddin Ali, Pemikiran Politik Islam Klasik (Diktat Studi Pemikiran Politik
Islam), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, hal:11
Menurut Ahmad Sukardja dalam karyanya “Piagam Madinah dan
Undang-undang dasar 1945” menyatakan bahwa Piagam Madinah ini adalah
konstitusi Negara Madinah yang dibentuk pada masa awal klasik Islam,
tepatnya pada tahun 622M sebagai konstitusi yang dibuat oleh seorang
Negarawan yang berkedudukan sebagai Rasul dengan dibantu oleh para
sahabatnya.3[3] Karena Piagam Madinah ini bertujuan untuk mengatur
kehidupan bersama antara sesama ummat dan masyarakat Madinah yang
majmuk. Dengan demikian berdasarkan piagam Madinah yang telah
ditetapkan dan di sepakati bersama oleh seluruh elemen masyarakat Madinah
yang majmuk, maka Madinah secara otomatis menjadi Negara (City State)
yang berdaulat, dimana Nabi sebagai pendirinya dan Nabi dipandang bukan
saja sebagi Nabi dan Rasul tetapi pada saat yang sama Nabi dipandang
sebagai kepala Negara.4

Dari sinilah terjadi proklamasi berdirinya Negara Islam, maka secara


otomatis pemerintahan Islam telah dimulai. Dalam konteks ini Munawir
Sadjali memberikan tanggapan bahwa banyak diantara pemimpin dan pakar
ilmu politik Islam beranggapan bahwa Piagam Madinah adalah konstitusi
atau undang-undang dasar bagi Negara Islam yang pertama dan didirikan oleh
Nabi di Madinah.

Akan tetapi menurut Said Aqil Siradj, Nabi Muhammad mendirikan


Negara bukan karena Agama, akan tetapi karena hukum (tamaddun), dan
namanya bukan

Negara Islam melainkan Negara Madinah. Didalam piagam madinah,


khususnya didalam kitab Al-sirah An-Nabawiyah karangan Abdul Malik Ibn
Hisyam Al-Anshori juz 2 halaman 119-122 menyebutkan: umat islam

3 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-undang dasar 1945, (Kajian


Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang Majmuk), Jakarta;
UI-Press, 1995, hal:05
4 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1985,
jilid 1, hal: 22
pendatang, pribumi dan yahudi asalkan satu cita-cita, sati visi misi, satu garis
perjuangan, karena semuanya itu ummatun wahidun.

Dalam urusan tersebut, kedudukan Nabi Muhammad saw adalah


sebagai kepala pemerintahan. Jadi Nabi menjabat peran atau fungsi ganda
yaitu sebagai fungsi kenabian dan fungsi kepemerintahan. Sekalipun Nabi
menjabat otoritas tertinggi, namun beliau sering mengajak musyawarah para
sahabat untuk memutuskan masalah-masalah penting. Langkah kebijakan
yang pertama kali dilakukan Nabi Muhammad saw di Madinah adalah
membangun masjid, yang dikenal sebagai Masjid Nabawi, yang merupakan
pusat kegiatan pemerintahan Islam. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga
berfungsi untuk kantor pemerintah pusat dan peradilan. Perjanjian dan
perjamuan para delegasi asing, penetapan surat perintah kepada para gubernur
dan pengumpulan pajak diselenggarakan di masjid. Sebagai hakim, Nabi
memeriksa dan memutuskan suatu perkara di masjid.

Nabi Muhammad saw merupakan orang yang pertama kali


memerkenalkan kepada masyarakat Arab sistem pendapatan dan
pembelanjaan pemerintahan. Beliau mendirikan lembaga kekayaan
masyarakat di Madinah. Lima sumber utama pendapatan negara Islam yaitu
Zakat, Jizyah (pajak perorangan), Kharaj (pajak tanah), Ghanimah (hasil
rampasan perang) dan al-Fay' (hasil tanah negara). Zakat merupakan
kewajiban bagi setiap muslim atas harta kekayaan yang berupa binatang
ternak, hasil pertanian, emas, perak, harta perdagangan dan pendapatan
lainnya yang diperoleh seseorang. Jizyah merupakan pajak yang dipungut
dari masyarakat non muslim sebagai biaya pengganti atas jaminan keamanan
jiwa dan harta benda mereka. Penguasa Islam wajib mengembalikan jizyah
jika tidak berhasil menjamin dan melindungi jiwa dan harta

6
kekayaan masyarakat non muslim. Kharaj merupakan pajak atas kepemilikan
tanah yang dipungut kepada setiap masyarakat non muslim yang memiliki
tanah pertanian. Ghanimah merupakan hasil rampasan perang yang 4/5 dari
ghanimah tersebut dibagikan kepada pasukan yang turut berperang dan
sisanya yaitu 1/5 didistribusikan untuk keperluan keluarga Nabi, anak-anak
yatim, fakir miskin dan untuk kepentingan umum masyarakat. al-Fay' pada
umumnya diartikan sebagai tanah-tanah yang berada di wilayah negeri yang
ditaklukkan, kemudian menjadi harta milik negara.5

B. Bukti-bukti dalam pemerintaha Nabi Muhammad SAW


a. bukti sejarah 1: Baiat Aqabah I dan II
Pada tahun kesebelan masa kenabian , terjadi suatu peristiwa
yang tampaknya sederhana tetapi kemudian ternyata merupakan titik
awal lahirnya suatu era baru bagi islam dan juga bagi dunia .kejadian
tersebut adalah perjumpaan nabi di aqabah dengan enam orang dari
suku khazaraj,yatsrib, yang datang ke makkah untuk berhaji . sebagai
hasil perjumpaan ,enam orang dari yatsrib tersebut masuk islam
dengan memberikan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah . sementara itu kepada
nabi mereka menyatakan bahwa kehidpan di yatsrib selalu dikecam
oleh permusuhan antar suku , khususnya antara suku khazaraj dan Aus
, mereka mengharap semoga Allah mempersatukan dan merukunkan
suku-suku yang selalu bermusuhan itu melalui Nabi .mereka juga
berjanji akan mengajak penduduk yatsrib untuk masuk islam
(Sjadzali,1998:8).
Pada musim haji tahun kedua belas masa kenabian ,dua belas
orang laki-laki dari yatsrib menemui Nabi di tempat yang
sama ,aqabah. Mereka selalu mengaki kerasulan Nabi, masuk
islam ,juga berbaiat atau berjanji kepada nabi bahwa mereka tidak akan
mempersatukan

5 Said Aqil Siradj dalam stadium general di Malhilaul Falah, pati, 12 Oktober 2005
7
Allah,tidak akan mencuri,tidak akan berbuat zina ,tidak akan
berbohongdan tidak akan mengkhianati Nabi.baiat ini dikenal dalam
sejarah sebagai Baiat Aqabah I.
Kemudian pada musim haji berikutnya sebanyak tujuh puluh
tiga pendudukyatsrib yang sudah memeluk agama islam berkunjung ke
makkah .mereka mengundang nabi muhammad untuk hijrah keyatsrib
dan menyatakan lagi pengakuan mereka bahwa nabi Muhammad dalah
nabi dan pemimpin mereka. Nabi menemui tamu-tamunya itu di
tempat yang sama yaitu di aqabah.nabi berjanji akan berjuang bersama
mereka baikuntuk berperang maupun untuk perdamaian .nabi dan
mereka adalahsatu.baiat ini kemudian dikenal sebagai Baiat Aqabah
II.6
Dari peristiwa baiat aqabah Idan II tersebut menunjukan fakta
bahwa antara nabi dan penduduk yatsrib telah terjadi “pakta
persekutuan “ atau “kontrak social” dalam pengertian ilmu
politik .kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan supaya saling
menjaga dan melindungi keselamatan bersama dan oleh karna
itu ,peristiwa kedua tersebut “ dianggap sebagai batu-batu pertama
bagi bangunan Negara Islam”.

b. Bukti ke-2 : Hijrah dari mekkah ke madinah sebagai strategi


konsolidasi politik.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad direkam dalam wahyu,dan
memuji mereka yang berhijrah (QS.2:28 dan QS.16: 41,10). Menurut
Thomas W Arnold (1965:23) dalam pulungan (1997:79) peristiwa
hijrah ini dinilai sebagai “suatu gerakan strategi yang jitu”. Suatu
gerakan yang menyelamatkan kaum muslimin agar terbebas dari

6 Drs.H.Nur syamsudin,M.A,Fiqh siyasah,semarang:CV Karya Abadi


Jaya,2015,hal:02
tindakan sewenang –wenang kaum quraisy. Ia juga merupaka reaksi
terhadap fakta social keadaan masyarakat arab makkah yang mayoritas
menolak islam ,dan

8
merespon terhadap fakta social keadaan masyarakat arab madinah
secara terbuka menerima seruan Rasul kepada islam.peristiwa hijrah
ini merupakan upaya “strategi konsolidasi politik “ dari posisi
powerless menjadi power full dengan merubah strategi pendekatan dari
sosial-kultural menjadi sosial politik. Hal tersebut ditandai dengan
aktivitas Nabi yang menetap di yatsrib yang kemudian dirubah menjadi
kota madinah .aktivitas Nabi yang pertama dan yang paliutama adalah
mendirikan masjid quba ,dan menata kehidupan social politik
masyarakat madinah yang majemuk sebagai bentuk nyata konsolidasi
politik . pembangunanmasjid dari segi agama berfungsi sebagai tempat
beribadah kepada Allah , sedangkan dari segi social berfungsi sebagai
tempat untuk mendalami ajaran islam ,pusat pengembangan sosial
budaya ,pendidikan, tempat bermusyawarah atas berbagai persoalan
keutamaan,bahkan sebagai markaz tentaradan sebagainya.7
Aktivitas kedua yaitu konsolidasi politik masyarakat madinah
yang masyarakatnya majemuk. Setelah nabi hijrah ke madinah
masyarakat madinah secara umum dapat dikategorisasikan menjadi
empat golongan ,yaitu kaum muhajirin, kaum anshor,kaum komunitas
yahudi,kaum pagan atau badui madinah.untuk konsolidasi politik
masyarakat majemuk tersebut,Nabi muhammad menggunakan dua cara
yaitu pertama menata kehidupan internkaum muslim dengan jalam
mempersatukan antara kaum muhajirin dengan kaum anshor atas dasar
ikatan agama (keimanan) sebagai umat islam .

7 Drs.H.Nur syamsudin,M.A,Fiqh siyasah,semarang:CV Karya Abadi


Jaya,2015,hal:04
Strategi kedua adalah mempersatukan antara umat islam dan
kaum yahudi serta penduduk kota madinah lainya melalui perjanjian
tertulis yang disebut piagam madinah.
Strategi yang kedua ini ,menunjukan bahwa Nabi mampu
mengkonsolidasi semua kekuatan politik yang ada di madinah menjadi

9
kekuatan yang mendukung visi dan misi kenabian Muhammad. Inilah
fakta sejarah menunjukan bukti Nabi Muhammad sebagai pemimpin
umat yang menjadikan peristiwa hijrah sebagai strategi konsolidasi
politik.
c. Bukti 3: piagam madinah sebagai konstitusi Negara Madinah.
Pagiam madinah sebagai sebuah perjanjian luhur antara Nbi
dengan seluruh penduduk Madinah yang majemuk oleh para pakar
ilmu politik dianggap sebagai konstitusi atau undang-undang dasar
bagi Negara Islam yang pertama dan yang didirikan oleh Nabi di
madinah. Konstitusi dalam pandangan pakar ketatanegaraan adalah
hal-hal fundamental terbentuknya Negara,berupa hukum dasar.
d. Bukti 4: konsultasi publik : kegemaran Nabi bermusyawarah.
Peristiwa yang menunjukan bahwa nabi senang mengadakan
musyawarah dengan para sahabat ,seperti ketika menghadapi perang
badar ,perlakuanterhadap tawanan perang ,perang uhud, khandaq,
perjanjian hudaibiyah dan lain sebagainya.nabi selalu mengajak
sahabat untukmenyelesaikan masalah-masalah sosial politik yang
dihadapi dan beliau mentolerir adanya perbedaan pendapat diantara
mereka . sedangkan mekanisme pengambilan keputusan terkadang
mengikuti pendapat mayoritas meski bertentangandengan pendapat
beliau sendiri tanpa lebih dahulu berkonsultasi dengan sahabat.
Kenyataan tersebut mengandung artibahwa Al-Qur’an maupun
sunah nabi memberikan kebebasan kepada umat islam untuk
menentukan bentuk dan sistem musyawarah serta mekanismenya
sesuai dengan tuntunan zaman dan kebutuhan mereka. Yang penting
dalam melakukan musyawarah berpegang teguh pada prinsipajaran
islam yaitu kebebasan , persamaan , dan keadilan.
e. Bukti 5: Tugas pemerintah : Fungsi Legislatif, Eksekutif dan
Yudikatif.
Praktek pemerintah yang dilakukan nabi muhammad sebagai
kepala negara tampak dalam tugas-tugas sehari-hari , sepertiterlihat
dalam

10
piagam madinah beliau diakui sebagai pemimpin tertinggi ,yang berarti
pemegang kekuasaan legislatif,eksekutif dan yudikatif.
Praktek pemerintahan nabi dibidang hukum adalah kedudukan
beliau sebagai hakam untuk menyelesaikan perselisihanyang timbul
dikalangan masyarakat madinah dan menetapkan hukum terhadap
pelanggar perjanjian. 8

f. Bukti 6: Hubungan Internasional.


Dalam praktek hubungan internasional , nabi mengadakan
hubungan dengan penguasa-penguasa yang ada dijazirah arab dengan
mengutus utusan beliau mengirim surat-surat (diplomasi) kepada
kaisar romawi , kisra persia, penguasa mesir, penguasa bahrain,
penguasa basrah dan sebagainya. Dalam isi surat tersebut ditujukan
untuktujuh pendakwah, mengajak mereka kepada islam dan antara
negara madinah dan negara-negara tersebut belum terjadi pada tingkat
hubungan diplomatik seperti yang dikenal sekarang argar tercipta
hubungan damai , adal arti agar para penguasa dapat menerima

8[11] Drs.H.Nur syamsudin,M.A,Fiqh siyasah,semarang:CV Karya Abadi


Jaya,2015,hal:13
kehadiran islam diwilayah kekuasaan mereka.dan ini dapat disebut
sebagai “politik dakwah nabi” dalam rangka syair islam .9
g. Bukti 7: terpenuhinya Unsur-unsur Negara.
Negara madinah yang dipimpin oleh nabi dapat dikataka sebagai
negara ,karena dipandang dari sudut pandang ilmu politik syarat
berdirinya sebuah negara itu mempunyai wilayah,penduduk dan
pemerintahan. (Budiardj, 1989:44). Bberapa bukti diatas menunjukan
bahwa nabi menjalankan tugas-tugas sebagai seorang kepala negara.
Hal ini juga diakui oleh Montgomery Watt (1964: 225) yang
menyatakan bahwa Nabi Muhammad telah membentuk sebuah
persekutuan masyarakat

11
yang terdiri atas beberapa suku menjadi sebuah masyarakat politik
sebagai rakyat madinah dan Nabi sebagai pemimpinnya. Hal yang
sama juga dikatakan oleh Philip K. Hitti (1974: 121) yang menyatakan
bahwa nabi muhammad dalah seorang kepala negara ,disamping
sebagai seorang Rasul, yang membentuk masyarakat keagamaan yang
bukan berdasarkan ikatan darah sebagai sebuah negara madinah.

C. Prinsip-Prinsip Pemerintahan Nabi Muhammad SAW


Seorang pemimpin dinilai bagaimana dia bersikap dan bertindak
dalam kepemimpinannya. Salah satu yang terpenting adalah kemampuan
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan,
efektifitas sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas kebijakan
tersebut. Sebuah keputusan lahir dari sebuah proses berpikir. Bermula dari
cara pandang seseorang dalam menilai sesuatu yang kemudian
berpengaruh terhadap cara berpikirnya. Cara berpikir yang dilandasi cara

9 Drs.H.Nur syamsudin,M.A,Fiqh siyasah,semarang:CV Karya Abadi


Jaya,2015,hal:14
pandang tadi akan menjadi penentu, tepat atau tidaknya keputusan seorang
pemimpin dalam mengambil kebijakan. Kebijakan seorang pemimpin
seringkali berpengaruh terhadap banyak orang dan ruang lingkup serta
waktu yang lebih luas. Kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan
dalam memilih sebuah kebijakan akan berujung pada kegagalan suatu
program atau bahkan kehancuran sebuah negara dan bangsa.10
Cara berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara
pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara
berpikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat
sekaligus dapat diterima semua pihak.
1. Beliau menomersatukan fungsi sebagai landasan dalam
memilih

12
orang atau suatu bukan penampilan,atau faktor-faktor luar
lainnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan dari pada kesia-siaan.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa
ditunda.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
5. Beliau memilih jalan yang sukar untuk dirinya dan termudah
untuk umatnya.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada duniawi.

D. Faktor-faktor keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw


1. Kualitas moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan
menjadi empat sebagai sifat wajib bagi Rasul, yakni: siddiq, amanah,
tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa

10 Ahmad Al- Usairy ,sejarah islam sejak zaman nabihingga abad 20, akbar media
2009
adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan
umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
2. Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian
Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan
risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada
yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3. Kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum
merupakan salah satu dasar terpenting.
4. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik
tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah
penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah,
anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan
antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di
bawah

13

kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna


kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5. Kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan
Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari
kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta
merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah
rahasia yang diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah
menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti keadaan
lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang
Badr jelas-jelas berkaitan dengan penerapan sebuah strategi yang jitu.
6. Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa
meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan
bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama
dengan orang-orang miskin. Jabatan sebagai pemimpin bukanlah
sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para
sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli
dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw.
mencoba memperkaya diri.
7. Visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW.
adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan
(sustainable). Meski tidak mungkin merumuskan alur argumentasi
yang digunakan olehnya, tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai
dengan kata "akan datang suatu masa", lalu diikuti sebuah deskripsi
berkenaan dengan persoalan tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu,
banyak dari deskripsi hadits tersebut yang telah mulai terlihat dalam
realitas nyata.
8. Menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul
Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang

14

upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari


misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi
manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita
yang diikrarkannya. Sebagaimana sudah disebut di atas, Rasul saw.
selalu menjadi contoh bagi apa pun yang ia anjurkan kepada orang-
orang di sekitarnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada materi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan
Nabi Muhammad SAW,merupakan awal terbentuknya negara islam yang
mana Rasulullah sebagai pendiri dan sebagi pemimpinnya selain itu dalam
masa pemerintahan Nabi Muhammad , beliau juga telah memberikan berbagai
hal-hal teladan bagi kita dan berbagai bukti serta prinsip-prinsip yang dapat
kita jadikan suatu pembelajarn bagi kita semua dalam mengambil suatu
keputusan dan dalam memimpin suatu negara sesuai syariat agama islam.

B. Kritik dan Saran


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang terkait dengan judul makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran serta masukan yang membangun
senantiasa kami harapkan dan semoga kita bisa mengambil hikmah dan
pembelajaran kali ini. Amin. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusunnya lebih-lebih kepada pembacanya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Sirajuddin, Pemikiran Politik Islam Klasik (Diktat Studi Pemikiran Politik
Islam), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006

Ahmad Al- Usairy ,sejarah islam sejak zaman nabihingga abad 20, akbar media
2009

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press,


1985

Sadjali, Munawir, Islam Dan Tata Negara, (Ajaran, Sejarah, Pemikiran), jakarta:
UI-Press, 1990

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-undang Dasar 1945, (Kajian


Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Yang
Majmuk), Jakarta; UI-Press, 1995

http://ilmutuhan.blogspot.co.id/2011/03/pemerintahan-nabi-muhammad-saw.html

Syamsudin,Nur, Fiqh siyasah,semarang:CV Karya Abadi Jaya,2015

Anda mungkin juga menyukai