Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH S.A.

W MADINAH DAN MEKAH

Sejak Rasulullah S.A.W hijrah dari Mekkah dan Madinah pada 662, sejarah perkembangan Islam
memasuki babak baru. Islam yang muncul di Mekkah, akhirnya diterima juga dan berkembang
di Madinah. Berawal dari pertemuan dengan perwakilan Suku Aus dan Khazraj di Mekkah,
Rasulullah mendapat jaminan ketika pindah ke Madinah.

Berikut ini beberapa strategi dakwah Rasulullah pada periode Madinah:

1. Mendirikan Mesjid
Ketika hijrah ke Madinah atau Yastrib pada 662, Rasulullah yakin bahwa islam siap untuk
berkembang di kota tersebut.
Strategi dakwah yang pertama kali dilakukan Rasulullah S.A.W yaitu mendirikan mesjid. Mesjid
tersebut kini dikenal dengan nama Mesjid Nabawi, yang dibangun ditempat dimana unta Nabi
Muhammad istirahat ketika sampai di Madinah. Tempat istirahat unta tersebut merupakan tanah
yang dimiliki oleh 2 anak yatim, yakni Sahal dan Suhail, yang diasuh oleh Mu'adz Afra. Tanah
tersebut kemudian dibeli Rasulullah S.A.W dengan dibayar oleh salah satu sahabatnya yang kaya.
Dan kemudian dibangunlah mesjid yang sekarang dikenal dengan nama Mesjid Nabawi. Pada
awalnya mesjid Nabawi memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut:
- Pusat pembinaan umat islam.
- Tempat belajar Al Qur'an dan Hadis.
- Tempat menyambung ikatan persaudaraan.
- Sarana sosial.
- Menyusun strategi perang.
- Tempat bermusywarah.

2. Membuat Ikatan Persaudaraan


Pada awal kedatangan orang orang islam, di Madinah terdapat 2 golongan besar, yakni Muhajirin
dan Anshar.
Muhajirin adalah orang orang Islam dari Mekah hijrah ke Madinah, sedangkan orang Anshar
adalah penduduk asli kota Madinah. Kaum Muhajirin yang hijrah ke Madinah banyak yang
menderita kemiskinan. Hal itu disebabkan harta dan kekayaan mereka ditinggal seluruhnya di
Mekah.
Guna mengatasi hal itu, strategi Rasulullah dalam berdakwah adalah dengan membuat
kebijakan dengan dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar. Contoh ikatan
persaudaraan ini adalah Abu Bakar yang dipersaudarakan dengan Khajirah bin Zuhair dan Ja'far
ibnu Abi Thalib dengan Mu'az Jabal.

3. Perjanjian Dengan Penduduk Madinah


Ketika sampai di Madinah, Rasulullah sudah memiliki hubungan baik dengan berbagai kabilah
atau suku. Meski demikian, Rasulullah juga tetap melakukan hubungan dengan masyarakat non
islam, salah satunya adalah membuat perjanjian damai dengan masyarakat Yahudi Madinah.
Perjanjian antara umat islam dengan masyarakat Yahudi di Madinah dikenal dengan Piagam
Madinah. Piagam Madinah intinya berisi tentang pernyataan bahwa umat islam dan non islam
di Madinah merupakan satu bangsa, dan orang Yahudi maupun Nasrani, serta non islam lainnya
akan dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan. Secara umum, terdapat lima poin
penting dalam Piagam Madinah, yaitu:
- Kesetaraan antar umat Madinah, tanpa memandang latar belakang.
- Kebebasan beragama bagi penduduk Madinah.
- Setiap penduduk wajib menciptakan keamanan kota dan menjaga perdamaian.
- Toleransi demi menguatkan kesatuan dan persatuan penduduk Madinah.
- Setiap penduduk membayar diyat dan membebaskan tawanan.

4. Membangun Kehidupan Sosial dan Pemerintah


Selain menyebarkan dan mengembangakan ajaran Islam, strategi dakwah Rasulullah S.A.W di
Madinah juga dilakukan dengan membentuk sistem politik, pemerintahan, militer, dan sosial
yang berdasarkan islam. Oleh karena itu, ayat Al Qur'an yang turun di Madinah mayoritas berisi
aturan muamalah dan hukum. Dalam perkembangannya, usaha Rasulullah dengan umat islam
mendapat sambutan beragam. Ada yang menerima, ada pula yang acuh. Selain itu Rasulullah
juga memikirkan pendidikan dan dakwah bagi umat islam di kota Madinah. Rasulullah
membutuhkan orang orang yang pandai di berbagai bidang memperhatikan dan meluangkan
waktunya untuk perkembangan pendidikan di Madinah. Selain itu, Nabi juga memerintahakan
untuk membangun beberapa pusat pendidikan dan majelis ilmu untuk kemajuan pendidikan.

Proses dakwah Rasulullah di Mekah berlangsung selama 13 tahun ( 3 tahun dilakukan secara
sembunyi sembunyi dan 10 tahun secara terang terangan). Sedangkan dakwah di Madinah
berlangsung selama 10 tahun, terhitung mulai hijrah Rasulullah S.A.W ke Madinah sampai beliau
wafat.

Berikut ini beberapa strategi dakwah Rasulullah pada periode Mekkah:

1. Dakwah Secara Sembunyi Sembunyi


3 sampai 4 tahun dimana pada masa dakwah ini, Rasulullah S.A.W menyeru untuk masuk islam
orang orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat
dekatnya. Rasulullah hanya menyampaikan beberapa ajaran dasar agama islam. Inti ajaran
tersebut mencakup hal: pertama, keesaan Tuhan; kedua, penghapusan patung patung berhala;
ketiga: kewajiban manusia untuk beribadah ritual dan sosial untuk mencari keridhaan Allah S.W.T
semata. Orang orang yang pertama kali menerima ajakan dan seruan Rasulullah S.A.W disebut
dengan As-Sabiqunal Awwalun, atau orang orang yang pertama masuk islam. Mereka adalah
Khadijah (istri Nabi Muhammad S.A.W), Zaid bin Harisah (anak angkat Nabi S.A.W), serta Abu
Bakar (sahabat karib Nabi S.A.W). Pada perkembangan selanjutnya, mereka juga turut serta
menyebarkan ajaran islam, dan berhasil mempengaruhi beberapa orang di sekitarnya. Abu Bakar
misalnya, berhasil mengajak 5 orang untuk memeluk agama islam, mereka adalah Sa'ad bin Abi
Waqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan.
Selain keluarga dan kerabat dekat, Rasulullah juga menyampaikan dakwahnya kepada orang
orang yang sudah dikenalnya secara baik dan mereka pun mengenal baik kepribadian beliau.
Sikap mereka menerima langsung dakwah Rasulullah S.A.W karena didasari keyakinan kuat
bahwa apa yang disampaikannya adalah benar adanya.

Menurut Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakafuri, peran generasi pertama islam sangat besar
dalam mendukung dan mensukseskan dakwah islam. Abu Bakar adalah sahabat yang sangat
aktif menemani beliau dalam gerakan dakwah islam. Beliau merupakan tokoh yang disenangi
dan berkomunikasi dengan masyarakat umum. Setelah beberapa tokoh yang tersebut diatas,
kemudian disusul generasi selanjutnya yang menyatakan masuk islam, mereka adalah Bilal
bin Rabbah Al-Habsyi, Amin Al-Ummah orang kepercayaan umat yaitu Abu Ubaidah 'Amir bin
Al-Jarah dari Bani Al Haris bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Al-Abdul Al-Asad Al-Makhzumi, Usman
bin Maz'un dan 2 saudaranya Qudamah dan Abdullah, Ubaidah bin Al-Haris bin Al-Muthalib
bin Abdul Manaf, Sa' id bin Zaid Al-Adwiah adik perempuan Uman bin Al-Khattab, Khabbab
bin Al-Arat , Abdullah bjn Mas' ud Al Huzali dan lain lain. Mereka dianggap sebagai pelengkap
generasi pertama menganut islam. Mereka seluruhnya adalah keturunan Quraisy, menurut
sejarawan Ibnu Hisyam, jumlah mereka mencapai 40 orang. Namun, pada mulanya, mereka
memeluk islam secara rahasia, Rasulullah S.A.W secara terus menerus mengadakan pertemuan
dengan mereka, mengajarkan kepada mereka mengenai agama islam secara rahasia.

2. Dakwah Secara Terang Terangan


Dimulai sejak tahun ke 4 dari kenabian Rasulullah, yakni setelah turunya wahyu yang berisi
perintah Allah S.W.T agar dakwahnya dilaksanakan secara terang terangan. Rasulullah
mengumpulkan orang orang dari Bani Al- Muthalib dan Bani Abdi Manaf, jumlah mereka yang
hadir pada pertemuan tersebut sekitar 45 orang. Beliau bermaksud menyampaikan dakwah
islam dalam pertemuan menyampaikan dakwah islam.

Anda mungkin juga menyukai