Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta
Pendidikan Islam
Pemakalah :
FAKULTAS TARBIYAH
BANGKA BELITUNG
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tidak henti –hentinya peulis panjatkan atas kehadiran
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pendidikan Islam dan
Perempuan” dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga penulis haturkan
sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, berserta
keluarganya, para sahabatnya, dan semua umatnya yang selalu istiqomah sampai
akhir zaman. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan selesai
tanpa adanya bantuan, bimbangan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Bangka, 07-03-2023
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................4
PENDAHULUAN ...........................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................5
BAB II ..............................................................................................................6
PEMBAHASAN ................................................................................................6
PENUTUP .......................................................................................................14
A. Kesimpulan ...........................................................................................14
B. Saran......................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Pengajaran wanita menurut Munirudin Ahmad, ada indikasi yang
menunjukkan bahwa ada kelompok belajar wanita akan tetapi dilaksanakn dengan
terpisah. Misalnya Ahmad bin Hanbal ang mengjarkan kelas wanita pada sore
hari. Kelas wanita biasanya dilaksanakan dirumah seorang ulama tertentu.
Sedangkan wanita yang tidak dari keluarga ulama mereka belajar kepada ayah
mereka atau mendatangkan guru pribadi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
datang dan Tuhan menyebut mereka, kami baru menyadari bahwa ternyata
mereka juga memiliki hak-hak mereka atas kami1”.
1 Al-Bukhârî, Muhammad bin Ismâ’il, al-Shahih, ed. Musthafa Dib al-Bughâ, (Beirut: Dar Ibn
Katsir, 1987), kitab: al-Libâs, no. hadits: 5055, Juz V, hlm. 2197. Lihat juga: Al-‘Asqallânî, Ibn
Hajar, Fath al-Bârî fi Syarh Shahîh al-Bukhârî, (Bairut: Dar al-Fikr, 1414H/1993), Juz X, hlm.
314.
7
Pada zaman Nabi SAW, wanita mulai mendapatkan kedudukan
yang terhormat dan sederajat dengan kaum pria, karena sebelumnya pada
zaman jahiliyah, kaum wanita mendapatkan kedudukan yang sangat
rendah dan hina, hingga kelahiran seorang anak perempuan dalam
keluarga dianggap suatu yang aib dan harus membunuh anak itu semasa
bayi.
Pada masa ini, Nabi meyamakan kedudukan wanita dan pria dalam
hal menuntut ilmu sebagai manifestasi ayat ini diriwayatkan pula dari Nabi
s.a.w bahwa beliau menganjurkan agar istrinya diajarkan menulis, dan
untuk ini beliau berkata kepada Asy-Syifa’ (seorang penulis di masa
jahiliyah) tidak maukah Anda mengajar mantera kepada Hafsah
sebagaimana engkau telah mengajarkannya menulis.
Pada masa ini telah banyak bermunculan ahli ilmu agama dan
pengetahuan, seperti Sitti Hafsah isteri Nabi pandai menulis, dan ‘Aisyah
binti Sa’ad juga pandai menulis. Siiti Aisyah isteri Nabi pandai membaca
Al Quran dan tidak pandai menulis tetapi beliau adalah seorang ahli fiqh
yang terkenal sebagaimana diakui oleh ‘Urwah bin Zuabair seorang ahli
fiqh yang termasyhur dalam hal ini beliau berkata : “belum pernah saya
melihat seorang yanglebih ‘alim dalam ilmu Fiqh, ilmu kedokteran dan
ilmu syi’ir selain dari ‘Aisyah”. Kemudian adapula Ummu Salamah dapat
membaca dan tidak pandai menulis, Al-Khansa’ seorang penyair yang
loyal, nasionalis dan pejuang. Hindun binti ‘‘tabah, Laila binti Salma dan
Sitti Sakinah binti al-Husain, seorang ahli yang mahir dalam bidang sya’’r.
Demikian pula ‘Aisyah binti Talhah seorang yang ahli dalam kritik syi’ir.
8
Athrusy dll yang mereka itu membantu ‘Ali melawan Mu’awiyah. Setelah
itu Mu’awiyah tertarik menggunakan wanita dalam kancah politik
kerajaan, maka tersebutlah al-Khaizuran dan Syajaratud-Durr.
Pada masa ini, agama Islam telah tersebar luas, demikian juga
kebudayaan serta kemajuan pada masa Bani Abbas di bagian Timur dan
Barat, telah memunculkan para wanita yang ikut serta dalam kegiatan
intelektual dan kesenian, pengatahuan agama, sastera dan kesenian. Para
budak wanita mempunyai kesempatan yang besar untuk mempersiapkan
diri dalam bidang satera dan kesenian sehingga harga budak wanita
menjadi lebih tinggi sesuai dengan kecakapan yang dimilkinya. Wanita-
wanita yang terkenal dalam bidang pengetahuan dan syi‘ir antara lain,
‘Aliyah binti al-Mahdi, Fadhlun, ‘Aisyah binti Ahmad bin Qadim al-
Qurthubiyah, Lubna, Walladah binti al-Khalifah al-Mustakfi Billah,
Qamar.
Sebagian wanita adapula yang ahli dibidang ilmu agama dan hadits
dan para sarjana wanita Muslimah yang terkenal jujur dalam ilmu dan
amanah dalam riwayatnya. Seorang ahli hadits yang terbesar bernama Al-
Hapiz az-Zahabi dalam menyaring rijalul hadits yang telah mengeluarkan
hadits sebanyak 4000 perawi hadits dan dalam hal ini beliau berkata, “saya
tidak melihat dari kalangan wanita orang yang terkena tuduhan dan tidak
pula orang-orang yang mencoreng nama mereka (sebagai perawi hadits
yang terpercaya). Wanita-wanita yang terkenal dalam perawi hadits adalah
Karimah Al-Marwaziyah dan Sayyidah Al-Wuzara’.
9
Diantara mereka andalah Zainab, seorang dokter mata yang terkenal dari
Bani Uwad.
10
“Sepanjang para perempuan tumbuh dan besar dengan kecerdasan
dan kapasitas intelektual yang cukup, maka tidaklah mustahil, kita akan
menemukan di antara mereka para filosof/kaum bijak-bestari, para
pemimpin public-politik dan semacamnya. Memang ada orang yang
berpendapat bahwa perempuan seperti itu jarang ada, apalagi ada hukum-
hukum agama yang tidak mengakui kepemimpinan politik perempuan,
meski sebenarnya ada juga hukum agama yang membolehkannya. Akan
tetapi sepanjang perempuan-perempuan di atas ada, maka itu
(kepemimpinan perempuan) bukanlah hal yang tidak mungkin1”.
1 Ibnu Rusyd al-Hafid, Talkhish al-Siyasah li Aflathon, (Beirut: Dar al-Kutub, tt) hlm. 125.
2 Ibnu Rusyd al-Hafid, Talkhish al-Siyasah li Aflathon, (Beirut: Dar al-Kutub, tt) hlm. 126
11
yang menghirup racun. Pendukung pendapat ini mengambil dasar dari Ali
bin Abi Thalib yang menjumpai seorang pria yang sedang mengajarkan
menulis kepada seorang wanita, lalu beliau menegur, “jangan kamu
menambah kejahatan dengan kejahatan.” Selanjutnya pendukung pendapat
ini meriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khattab melarang wanita belajar
menulis. Disamping itu mereka menisbahkan para wanita dengan
kekurangan dari segi akal dan agama, dan kekurangan ini merupakan
faktor yang menyebabkan tidak boleh mengajarkan pengetahuan kepada
para wanita.
1 Imam Machali, “Islam Memandang Hak Asasi Pendidikan”, Media pendidikan, 27 (1) 2013:
14-15.
12
pendidikan, ajaran Islam sangat menaruh perhatian terhadap umatnya yang
menuntut ilmu pengetahuan.
3 Anwar Jundi, At-Tarbiyah wa Bina’ul Ajyal fi Dhau’il Islam, (Beirut: Darul Kitab, 1975),
hlm. 160.
13
manusia, tidak hanya pada diri lelaki, tetapi juga perempuan berdasarkan
nilai-nilai keislaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam. PT. Logos Wacana Ilmu,
Jakart.1999
Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Angkasa
Bandung, 1983
15
Zuhairini, Dra, dkk Sejarah Pendidikan Islam, , Bumi Aksara bekerjasama dengan
Direktorat Jenderal Lembaga Pengembangan Pendidikan Islam
Departemen Agama, Jakarta, 1999
16