DOSEN PENGAMPUH:
NURINDAH S.Pd,.M.Pd
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 :
BASO DZULKIFLI M. (105311101122)
UMDATUL AHDIYAH (105311101922)
GHAISANI AULIA M (105311101822)
Bissmillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan nikmat
kepada kami sehingga dalam penulisan dan penyusunan makalah yang berjudul
“Kawasan Teknologi Pendidikan Bidang Pemanfaatan” ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Tujuan yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah
Pengantar Teknologi Pendidikan untuk mencapai ini yang memenuhi syarat
perkuliahan. Makalah ini membahas tentang kawasan teknologi pendidikan di bidan
pemanfaatan dan di bidang pemanfaatan meliputi apa saja yang diharapkan dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca makalah yang telah kami
susun ini.
Pada kesempatan ini kamiinginn menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam perumusan makalah ini, terutama kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pendidikan , Ibu Nurindah S.Pd,.M.Pd
2. Rekan kerjasama kelompok 5 yang telah bekerjasama dengan baik sebagai tim,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran dari pihak manapun yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah S.W.T senantiasa meridhoi usaha kita.
Aamiin ya rabbal’alamin
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL....................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................... 2
C. Tujuan.............................................................................................................................................. 2
BAB II : KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................................. 3
A. Pengertian Kawasan Teknologi Pendidikan...................................................................3
B. Pengertian Kawasan / bidang Pemanfaatan...................................................................3
C. Bagian-bagian kawasan/bidang Pemanfaatan...............................................................5
BAB III : PENUTUP................................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 20
B. Saran.............................................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 21
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar. Berdasar
kanpandangan tentang sejarah teknologi Pembelajaran, Saettler (1990) berpendapat
teknologi sebagai upaya yang lebih terpusat pada peningkatan keterampilan dan
organisasi kerjadibandingkandengan mesin dan peralatan. Teknologi modern
digambarkan sebagai sistematisasi pengetahuan praktis dalam meningkatkan
produktivitas. Demikian pula Heinich,Molenda dan Russell (1993) mendefinisikan
teknologi pembelajaran sebagai penerapan pengetahuan ilmiah tentang
proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar dan mengajar.
Teknologi Pembelajaran seringkali didefinisikan sebagai penerapan prinsip-
prinsip
ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan belajar, ini merupakan suatu
pandangan bahwa ilmu dan teknologi tidak terpisahkan.
Menurut definisi 1994 Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber
untuk belajar.
Definisi 1994 ini mengenal baik tradisi bidang maupun kecenderungannya untuk
massadepan. Pada tahun 1970an Teknologi Pembelajaran berakar dari berbagai jenis
media yang berbeda seperti pembelajaran dengan bantuan computer dan
pembelajaran lewat televisi, sertadalam kegiatan belajar mandiri dan simulasi.
Definisi tahun 1994 dirumuskan dengan berlandaskan lima bidang garapan
bagiteknologi pembelajaran, yaitu : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan,
Pengelolaan, danPenilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan bidang teknologi
pembelajaran. Tiap kawasandari bidang memberikan sumbangan pada teori dan
praktek yang menjadi landasan profesi.Tiap kawasan tersebut berdiri sendiri
meskipun saling berkaitan.
Masyarakat Indonesia sekarang ini dan dimasa mendatang merupakan
masyarakatyang berbudaya teknologi, yaitu bahwa perkembangan teknologi telah
2
rupa hingga tersebar luas dan memengaruhi segenap bidang kehidupan.Teknologi,
sebagai struktur, proses, dan artefak, merupakan ciri imperative perkembangan
masyarakat masa depan.
Teknologi terus berkembang dan merupakan bagianintegral dalam segala bidang
kehidupan, maka teknologi dalam bidang dapat dikembangkan, dikendalikan,
dan didayagunakan untuk dapat membantumencerdaskan kehidupan bangsa.Jumlah
penduduk yang senantiasa bertambah, mengartikan bahwa makin bertambahnya
orang memerlukan pendidikan. Sehingga harus diciptakan dan
dikembangkansumber-sumber baru, termasuk sumber untuk pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul “Kawasan Teknologi Pendidikan
Bidang Pemanfaatan”,
Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan , maka tujuan penulisan
makalah ini adalah :
B. Kawasan/bidang Pemanfaatan
Dalam buku ini mengemukakan model ASSURE, yang dijadikan acuan prosedur
untuk merancang pemanfaatan media dalam mengajar.
Langkah-langkah tersebut meliputi :
(1) Analyzeleraner (menganalisis pembelajar)
(2) State Objective (merumuskan tujuan)
(3) Select Media and Materials (memilih media dan bahan)
(4) Utilize Media and Materials (menggunakan media dan bahan)
(5) Require Learner Participation (melibatkan siswa)
5
(6) Evaluate and Revise (penilaian dan revisi)
a. Pemanfaatan media
Pemanfaatan media yaitu penggunaan secara sistematis dan sumber
belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan
berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film
diperkenalkan atau ditindakianjuti dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar
yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan media juga dikaitkan dengan
karakteristik peserta didik. Seseorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan
keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dan praktik atau
sumber belajar. Adapun beberapa contoh pemanfaatan media dalam kegiatan
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1) Pemanfaatan Media Video dalam Kegiatan Pembelajaran
Sebagai contoh pemanfaatan media video pembelajaran mi peserta didik akan
memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam
sehingga meningkatkan wawasannya.
2) Pemanfaatan Kaset Audio dalam Kegiatan pembelajaran
Pemanfaaan media digunakan di berbagai bidang contohnya pemanfaatan
media dalam pembelajaran (bidang pendidikan).
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan,
dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran merupakan salah satu kawasan atau
domain dalam Teknologi Pembelajaran. Pemanfaatan adalah aktivitas
menggunakan proses dan sumber untuk belajar (AECT, 1994). Guru atau
6
pembelajar yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan ini memliki tanggung jawab
untuk:
Secara umum pola pemanfaatan media itu dapat dilihat dari dua segi, yaitu
dalam pola pembelajaran langsung dan pembelajaran mandiri. Pola pembelajaran
langsung, yaitu guru memanfaatkan media dalam pembelajaran secara langsung
berinteraksi dengan para siswa. Guru menggunakan media ketika membelajarkan
siswa. Sedangkan, pembelajaran mandiri terjadi mana-kala siswa berhadapan
7
langsung atau berinteraksi dengan media itu sendiri sebagai sumber belajar.
Kegiatan ini dapat berjalan, apabila media atau sumber belajar tersebut disertai
tujuan yang ingin dicapai, petunjuk menggunakan, prosedur menggunakan
pengalaman belajar, dan evaluasi hasl belajar.
Penetapan
isi
Tujuan Guru Si Belajar
Dan metode
Gambar 1
8
terjadi. Hal ini sejalan dengan pandangan yang menyatakan bahwa apabila guru
tidak ada maka proses belajar pun tidak terjadi.
Gambar 2
Media
Penetapan
Tujuan Pebelajar
isi dan
metode
Gambar 3
Penentuan isi
Tujuan Media Pebelajar
dan metode
Gambar 4
10
Sistem
Penetapan isi
Tujuan dan metode Guru saja Pebelajar
Guru dengan
Media
Media saja
Gambar 5
11
Strategi
perencanaan
kurikulum
Guru bermedia
Gambar 6
Perhatikan bahwa guru bermedia berada dalam posisi pusat tanpa ada
bantuan guru kelas. Dengan kata lain, peserta didik (pebelajar) menggunakan
sebagian waktunya bersama guru bermedia dan sebagian lagi bersama dengan
guru kelas. Guru kelas tidak memiliki keputusan akhir apakah peserta didik
(pebelajar) akan mengalami peristiwa pembelajaran atau tidak akan mengalami
peristiwa pembelajar yang dirancangan oleh guru bermedia. Hal itu ditentukan
pada tingkat perencanaan kurikulum.
b. Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi merupakan teori yang membahas tentang bagaimana ide
atau gagasan baru dan teknologi tersebar dalam suatu kebudayaan. Teori difusi
inovasi merupakan perpaduan dari kata difusi dan inovasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata difusi memiliki arti berupa penyebaran atau perembesan
12
sesuatu berupa kebudayaan, teknologi, atau ide dari suatu pihak ke pihak lain,
sedangkan inovasi memiliki arti sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang
baru, yakni sebuah pembaruan.
Teori difusi inovasi dipopulerkan pada tahun 1964 oleh Everett Rogers. Dalam
buku ciptaannya yang berjudul “Difussion of Innovations” ia menjelaskan bahwa
difusi merupakan proses ketika sebuah inovasi dikomunikasikan melalui
beberapa saluran dengan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Teori yang dikemukakan Rogers tersebut yakin bahwa inovasi yang terdifusi
ke seluruh masyarakat dengan pola yang dapat diprediksi. Rogers juga
mendefinisikan difusi inovasi sebagai sebuah proses yang mengkomunikasikan
informasi tentang ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi
demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.
Sementara itu, difusi telah diperkenalkan lebih dulu oleh seorang sosiolog
Prancis, Gabriel Tarde pada tahun 1903. Dalam bukunya “The Laws of Imitation”
ia memperkenalkan pada publik Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion
Curve).
Kurva tersebut menjelaskan bahwa sebuah inovasi dikembangkan oleh seseorang
yang diperhatikan melalui dimensi waktu. Dalam kurva tersebut juga terdapat dua
buah sumbu, satunya menjelaskan tingkat adopsi dan sumbu lainnya menjelaskan
mengenai dimensi waktu.
Tarde kemudian melihat peluang bahwa ada beberapa orang dalam kelompok
tertentu yang memiliki ketertarikan terhadap ide dan hal-hal baru, sehingga
mereka dinilai lebih memiliki pengetahuan yang luas jika dibandingkan dengan
yang lainnya. Orang-orang dengan ketertarikan inilah yang kemudian dianggap
bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi baru yang
akan hadir.
13
Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa difusi inovasi merupakan proses
sosial dalam mengkomunikasikan informasi mengenai ide-ide baru yang awalnya
dipandang secara subjektif, namun perlahan-lahan mulai dikembangkan melalui
proses konstruksi sosial sehingga dapat dipandang secara objektif.
1. Difusi Sentralisasi
Difusi sentralisasi merupakan perpaduan antara kata difusi dan
sentralisasi. Jika difusi merupakan penyebaran suatu kebudayaan, teknologi,
gagasan atau ide dari satu pihak ke pihak yang lain, sentralisasi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yakni penyatuan segala sesuatu ke
tempat yang dianggap sebagai pusat.
2. Difusi Desentralisasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, desentralisasi merupakan
penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan atau pusat kepada
cabangnya. Dalam ranah difusi inovasi, difusi desentralisasi ini dapat diartikan
sebagai proses difusi yag dilakukan oleh masyarakat yang bekerjasama dengan
beberapa orang yang telah menerima sebuah inovasi.
2. Kesesuaian (Compatibility)
Kesesuaian dalam difusi inovasi berkaitan erat dengan bagaimana sebuah
inovasi dapat sesuai dengan kedaan, kebudayaan, dan nilai-nilai dalam
masyarakat itu sendiri. Kesesuaian juga tentunya berkaitan dengan kebutuhan
yang ada dalam masyarakat. Maka dari itu, inovasi yang tidak memiliki nilai
kesesuaian dengan keadaan sosial tidak akan diadopsi secepat inovasi yang
kompatibel atau sesuai.
3. Kerumitan (complexity)
Kerumitan atau complexity merupakan tingkatan ketika suatu inovasi
dianggap memiliki kerumitan sehingga seseorang relatif lebih sulit untuk
mengerti dan menggunakan inovasi terbaru tersebut. Semakin rumit sebuah
inovasi, maka akan semakin sulit hal tersebut untuk diadopsi, begitu pula
sebaliknya jika mudah dipahami, maka inovasi akan lebih mudah diterima dan
diadopsi.
15
4. Dapat diuji coba (trialbility)
Dapat diuji coba memiliki arti jika suatu inovasi dapat dicoba dalam skala
kecil biasanya juga dapat lebih cepat diadopsi dibandingkan dengan inovasi
yang tidak bisa dicoba lebih dahulu. Dengan diuji coba terlebih dahulu, sebuah
inovasi akan lebih mudah diketahui sesuai atau tidaknya. Para adopter juga
tentu dapat lebih mudah mengetahui kelebihan dan kekurangan sebelum
akhirnya mereka mengadopsi seluruhnya.
1. Inovasi
Inovasi diartikan sebagai sebuah gagasam, ide, tindakan atau barang yang
dianggap baru oleh seseorang. Dalam difusi inovasi, sebuah inovasi dapat
diartikan sebagai suatu hal baru atas dasar bagaimana pandangan orang
terhadap suatu gagasan merupakan hal yang baru. Sejalan dengan hal tersebut,
kebaruan inovasi dapat dikatakan sebagai sebuah hal yang diukur secara
subjektif menurut masing-masing individu yang menerimanya.
2. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi dalam difusi inovasi dapat dikatakan sebagai alat
untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima.
Suatu inovasi dapat diadopsi oleh seseorang jika inovasi yang diterimanya
tersebut telah dikomunikasikan kepada orang lain. Saluran komunikasi di sini
harus disesuaikan dengan siapa yang dituju. jika ditujukan kepada masyarakat
luas, maka saluran yang digunakan ialah komunikasi massa, sebaliknya, jika
yang dituju adalah seorang individu makan yang digunakan adalah komunikasi
personal.
3. Jangka Waktu
16
Jangka waktu dalam difusi inovasi ini merupakan sebuah proses keputusan
dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau
pun menolaknya.Jangka waktu merupakan hal yang paling berkaitan terhadap
proses pengambilan keputusan. Keinovatifan seseorang dapat relative lebih
awal atau lebih lambat ketika menerima inovasi, begitu juga ketika mengadopsi
sebuah inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan tata tingkah laku yang menyangkut hak dan
kewajiban yang ditentukan oleh masyarakat bagi seseorang yang menduduki
posisi tertentu dalam lingkungan masyarakat. Sistem sosial merupakan hal
yang sangat penting ketika kita memiliki maksud memecahkan masalah demi
mencapai tujuan bersama. Sistem sosial ini juga menjadi sasaran bagi sebuah
inovasi, mereka dapat menerima maupun menolak suatu inovasi tersebut.
1. Innovators
Inovator merupakan orang yang memperkenalkan inovasi, gagasan, ide,
atau metode yang baru. Seorang inovator biasanya memiliki ciri utama sebagai
individu yang menyukai tantangan dan berani mengambil resiko.Mereka juga
tentunya memiliki kemampuan ekonomi yang dapat mendukungnya menjadi
seorang inovator. Terhitung hanya ada 2,5% individu yang berani menjadi
seorang innovator.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor)
Perintis atau pelopor diartikan sebagai seseorang yang memulai unuk
mengerjakan sesuatu. Perintis atau pelopor ini akan bersedia saat memulai
inovasi dalam sebuah kelompok. Biasanya mereka memiliki ciri utama sebagai
17
seseorang yang terpandang dan memiliki pengikut dalam suatu lingkungan
sosial. Ada sekitar 13,5% orang yang termasuk ke dalam kategori early
adopters.
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
Dalam tahapan persuasi atau persuasion, seseorang akan membentuk sikap
untuk dapat menyetujui dan tidak menyetujui suatu inovasi. Dalam tahapan
persuasi juga seseorang akan mencari tahu lebih dalam informasi mengenai
inovasi baru tersebut, termasuk keuntungan dan kerugian menggunakan
informasi tersebut. Pada tahapan ini, sikap yang ditunjukkan individu dapat
berupa sikap baik maupun buruk. Beberapa individu juga membentuk persepsi
mengenai inovasi tersebut. Pada tahap persuasi, beberapa karakteristik inovasi
yang dicari adalah relative advantage, compability, complexity,
trialability, dan observability.
3. Tahap Keputusan (Decision)
Pada tahap keputusan atau decision ini, seseorang dapat membuat
keputusannya terkait sebuah inovasi. Seseorang akan terlibat dalam aktivitas
yang membawanya pada suatu pilihan akan mengadopsi inovasi tersebut atau
bahkan menolaknya. Ada beberapa faktor dalam proses pada tahap keputusan
ini yang nantinya akan mempengaruhi seseorang, yakni praktik sebelumnya,
perasaan atau kebutuhan, keinovatifan, atau norma dalam sistem sosial.
4. Tahapan Pelaksanaan (implementation)
Pada tahapan pelaksanaan atau implementation ini, individu akan memilih
untuk mengadopsi inovasi yang baru. Jika individu tersebut memilih untuk
mengadopsi inovasi baru itu, maka ia akan menerapkannya dalam
kehidupannya. Individu yang sudah menerapkan inovasi bar uke dalam aspek
kehidupannya kemudian dikatakan sebagai adopter dari sebuah inovasi. Jika
pada tahap sebelumnya proses yang terjadi lebih terkait mental exercise yakni
19
berpikir dan memutuskan.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation)
Pada tahapan konfirmasi atau confirmation, seseorang akan mengevaluasi
dan memutuskan apakah akan terus menggunakan inovasi tersebut atau akan
mengakhirinya.
c. Implementasi dan Institusionalisasi
Kebijakan dan Regulasi , sebagai aturan dan tindakan nyata dari pengguna
atau dari pembuat keputusan untuk menerima inovasi (dalam
teknologipembelajaran). Tantangan dan hambatan yang muncul sering kali
terpaut pada masalah ekonomi, atau anggaran, serta stagnasi informasi tentang
inovasi itu sendiri. atau Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dan
masyarakat yang mempengaruhi penyebaran (difusi) dan pemanfaatan teknologi
pembelajaran (Seels & Richey, 2000: 51). Kebijakan dan peraturan pemerintah
mempengaruhi pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat
oleh permasalahan etika dan ekonomi. Misalnya hukum hak cipta yang dikenakan
pada pengguna teknologi, baik untuk teknologi cetak, teknologi audiovisual,
teknologi berbasis komputer, maupun terknologi terpadu atau multimedia.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. pemanfaatan media
2. Difusi Inovasi
B. Saran
Selain itu saran berikutnya adalah kepada seluruh pelaku pendidikan agar benar
benar menjalankan peran dan fungsinya sebagai seorang pendidikan yang dapat
menjadikan peserta didik sumber daya manusia yang sangat penting dalam
kehidupan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Warsita. 2011. Landasan teori dan teknologi informasi dalam pengembangan
teknologi pembelajaran, Jakarta: Teknodik
Eisner, E.W. 1970. Media, expression, and the arts, Dalam G. Salomoh & R.E Snow (Eds),
Commentaries on Research in Instructional Media, Bloomington, Indiana
University.
http://blog.unsri.ac.id/riski02/teknologi-pendidikan-/kawasan-dan-garapan-
teknologi- pendidikan-/mrdetail/14743/
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/page/view.php?id=82877
Prawiradilaga, Dewi S. 2007. Konsep Teknologi Pendidikan Dari Masa ke Masa.
No.20/XI/TEKNODIK/April/2007, 41-55.
Seels, B. B., & Richey, R. C. (1994). Instructional technology: the definition and Domains
Of The Field Washington, DC: Association for Educational Communications and
Technology.