Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MACAM MACAM PENYIMPANGAN SEKSUAL

Oleh:

Ayu Made Pita Anjani (C1122002)

Liangga Saputra (C1122010)

Ni Ketut Yuni Ariningsih (C1122014)


(C1122015)
Ni Komang Dhea Anggita Marayuni
(C1122017)
Ni luh Gede Desy Ariani

Ni Nyoman Triana Sinta Damayanti (C1122025)

Riski Noer Cahyanto (C1122038)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA USADABALI 2022/2023

1
Kata pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan karunia Nya makalah ini dapat selesai pada waktunya. Makalah
tentang macam – macam penyimpangan seksual disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah psikososial dalam keperawatan yang bertujuan untuk memahami
tentang macam macam peyimpangan seksual

Penulis juga menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah ini, khususnya pada Dosen mata
kuliah psikososial dalam keperawatan , dan teman-teman Stikes Bina Usada Bali.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman yang membaca. Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang bisa
membangun demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah.

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................... 4

Pendahuluan ................................................................................................................ 4
1. 1. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1. 2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1. 3. Tujuan ........................................................................................................................... 4

BAB II .............................................................................................................................. 5

Pembahasan ................................................................................................................. 5
2. 1. Pengertian Penyimpangan Sosial ................................................................. 5
2. 2. Seksual Menurut Para Ahli ............................................................................... 5
2. 3. Penyebab Penyimpangan Seksual ................................................................ 6
2. 4. Macam – Macam Penyimpangan Seksual .................................................. 7
2. 5. Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual ..........................................10

BAB III ........................................................................................................................ 12

Penutup ........................................................................................................................ 12

Kesimpulan ................................................................................................................. 12
3.1 Saran ..................................................................................................................................12

DAFTAR PUSAKA .................................................................................................. 13

3
BAB I
Pendahuluan
1. 1. Latar Belakang
Penyimpangan seksual merupakan fenomena kompleks dalam masyarakat
yang melibatkan berbagai perilaku atau kecenderungan seksual yang dianggap
tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan budaya yang berlaku. Fenomena ini
telah menjadi topik diskusi yang penting dalam bidang psikologi, sosiologi, dan
hukum.
Penyimpangan seksual tidak hanya mempengaruhi individu yang terlibat,
tetapi juga dapat memiliki dampak luas pada masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu, memahami berbagai macam penyimpangan seksual menjadi krusial
dalam upaya untuk memahami dan mengatasi masalah ini.

1. 2. Rumusan Masalah

1. Apa saja macam macam penyimpangan seksual?

2. Bagaimana Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual?

3. Apa saja penyebab penyimpangan seksual?

1. 3. Tujuan

1. Untuk mengetahui macam macam penyimpangan seksual?

2. Untuk mengetahui Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual?

3. Untuk mengetahui Apa saja saja penyebab penyimpangan seksual?

4
BAB II
Pembahasan
2. 1. Pengertian Penyimpangan Sosial
Parafilia atau penyimpangan seksual adalah istilah yang disepakati para ahli dalam
panduan diagnosis gangguan psikologis Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM). Namun, penyimpangan seksual berbeda dengan gangguan atau
kelainan seksual. Pasalnya, tidak semua kasus parafilia bisa sampai menyebabkan
perilaku ekstrem yang mengganggu atau membahayakan diri sendiri maupun orang
lain. Suatu penyimpangan seksual (parafilia) akan dikategorikan sebagai kelainan
seksual atau paraphilic disorder ketika kondisi ini menimbulkan gangguan pada
individu yang mengalaminya. Bahkan, kondisi tersebut juga berisiko membahayakan
orang lain, terutama untuk perilaku seksual menyimpang yang non konsensual (tanpa
persetujuan seksual). Kedua hal tersebut yang menjadi penentu apakah suatu
penyimpangan seksual (parafilia) tergolong sebagai kelainan seksual (paraphilic
disorder) atau tidak. Penyimpangan seksual yang termasuk gangguan psikologis mulai
dikatakan sebagai penyakit apabila gairah seksual yang timbul karena paraphilic
disorder terjadi dengan intens dan terjadi secara terus menerus, selain itu adanya
gangguan stres yang mengakibatkan gangguan dalam kegiatan yang berhubungan
dengan sosial atau kemungkinan untuk membahayakan orang lain (anak kecil
contohnya).

2. 2. Seksual Menurut Para Ahli


Penyimpangan Seksual Menurut Para Ahli Teori yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud tentang psikologi abnormal khususnya yang terkait dengan seksualitas.
Menurut, Freud (1920: 17) abnormalitas atau penyimpangan seksual digambarkan
sebagai suatu bentuk kelainan psikologi manusia yang objek dan tujuan seksualitasnya
mengalami disorientasi. Freud menambahkan bahwa penyimpangan seksual
(sexualperversion) meliputi perilaku-perilaku seksual yang ditujukan pada pencapaian
orgasme di luar hubungan kelamin heteroseksual, baik dengan jenis kelamin yang sama
maupun dengan partner yang belum dewasa serta berhubungan dengan norma-norma
tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. Freud juga
menjelaskan bahwa terjadinya penyimpangan seksual tersebut disebabkan oleh tiga
indikator yaitu disfungsi sosial, trauma, dan frustasi. Penyimpangan seksual sebagai
bentuk kelainan psikologi juga memiliki tahapan-tahapan psikis.

5
2. 3. Penyebab Penyimpangan Seksual
Seorang ahli bernama Kartono Kartini berpendapat bahwa ada empat sebab yang bisa
menjadikan seseorang memiliki kelainan seksual. Keempat sebab-sebab tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Faktor Keturunan Faktor genetis ini dapat dikatakan sebagai penyebab
penyimpangan seksual yang paling jarang ditemui kasusnya. Contohnya karena
kekurangan hormon laki-laki (testosteron) yang kemudian menjadikannya
seorang perempuan, atau sebaliknya perempuan yang kekurangan hormon
perempuan (estrogen) yang menjadikannya seorang laki-laki. Namun, kasus
yang disebabkan oleh faktor genetik hanya sebagian kecil saja. Namun biasanya
hormon ini digunakan untuk orang-orang yang merasa dirinya terjebak di
dalam tubuh yang salah, sehingga mencoba mengubah tampilan dengan cara
menyuntikkan hormon testosteron agar terlihat lebih maskulin atau dengan
menyuntikkan hormon estrogen agar terlihat lebih feminin.
2. Kejadian – Kejadian Yang Berasosiasi Dengan Awal Tingkah Laku Seksual Pada
Usia Pubertas Dan Adolesensi Jika disebabkan oleh kejadian-kejadian seksual
pada usia pubertas. Biasanya ini terjadi jika seseorang pernah menjadi korban
dari pelaku penyimpangan seksual. Korban dari pelaku penyimpangan ini lah
yang sekarang mulai banyak di masyarakat. Karena dengan adanya banyak
korban maka akan bertambah banyak lagi penderitanya, karena penyebaran
perilaku menyimpang yaitu dari korban-korban yang pernah menjadi korban,
hal itu membuat para korbannya trauma dan tak jarang akhirnya korban
menjadi salah satu pelaku penyimpangan seksual. Maka jika sudah begitu,
pengobatannya dapat dilakukan terapi pada ahli psikologi dan mengganti atau
pindah dari lingkungan yang buruk maka itu.
3. Pengalaman - Pengalaman Anak Pada Usia Kanak - Kanak Yang Sangat Muda
(Tahun - Tahun Awal Perkembangannya Selanjutnya ada pengalaman-
pengalaman anak pada usia kanak-kanak yang sangat muda. Pada usia kanak-
kanak memang sang anak sangat rentan terhadap semua perilaku menyimpang
yang ada. Karena pada usia kanak-kanak, seorang anak dapat lebih terpengaruh
oleh pengalaman-pengalaman ia alami, ia juga masih dengan mudah ditipu oleh
orang lain dan tak bisa melawan jika ia mendapatkan perlakuan yang tidak
senonoh. Pada usia tahun-tahun awal perkembangannya sang anak akan selalu
mengingat apa yang pernah terjadi dengannya, apa lagi kenangan atau ingatan
yang paling buruklah yang biasanya lebih diingat di pikiran anak.
4. Proses Belajar Pada Perkembangan Anak – Anak Terakhir ada proses belajar
secara umum selama masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, anak banyak
belajar hal hal yang baru dihidupnya. Tak semua yang ia lihat dapat
dimengerti, maka dari itu di situlah muncul peranan orang tua bagi sang anak.
Untuk mendidik dan mengarahkan sang anak ke jalan yang benar.

Namun, tak semua orang tua tahu bahwa ada beberapa hal yang mungkin terdengar
biasa di telinga orang dewasa tetapi ternyata jika dilakukan dapat berdampak buruk
pada sang anak. Contohnya banyak orang tua yang menganggap mengganti pakaian
anak disembarang tempat sah-sah saja karena masih kecil, padahal walaupun sang
anak masih kecil ia harus dididik untuk tidak sembarang mengganti pakaian. Sejak kecil
anak harus diajarkan rasa malu jika mengganti pakaian di mana saja dan di depan siapa
saja. Jika sembarangan mengganti pakaian maka akan memicu berkurangnya rasa malu
sang anak, dan yang lebih dikhawatirkan lagi akan terus berlanjut hingga ia dewas

6
2. 4. Macam – Macam Penyimpangan Seksual

1. Fetishisme Fetishisme adalah penyimpangan seksual yang mengandalkan benda


mati atau non living object sebagai cara untuk memuaskan keinginan seksual.
Rata-rata fetish mengarah pada hal yang biasa dipakai oleh manusia seperti
pakaian tertentu. Dapat dikatakan memiliki diagnosis fetishisme apabila objek
fetish merupakan ‘sumber utama’ dari rangsangan seksual atau sangat
diperlukan untuk mencapai respon seksual yang memuaskan. Fantasi fetishistik
adalah lazim dan tidak mengganggu apabila tidak menyebabkan penderitaan
bagi individu.

2. Homoseksual Homoseksual adalah istilah untuk mendeskripsikan identitas


seksual seseorang yang tertarik secara personal, emosional, atau seksual kepada
orang lain yang berjenis kelamin sama dengannya. Seorang homoseksual
berjenis kelamin laki-laki dikenal dengan istilah gay, sedangkan yang berjenis
kelamin perempuan disebut dengan lesbian.

3. Sadomasokisme Sadomasokisme adalah preferensi terhadap aktivitas seksual


secara yang melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau
penghinaan. Dinamakan masochism apabila individu yang suka untuk menjadi
orang yang terkena rangsangan (seperti penghinaan atau rasa sakit) dan sadism
apabila individu sebagai pelaku dari rangsangan tersebut.

4. Masokisme Masokis adalah salah satu bentuk penyimpangan seksual yang


dialami seseorang. Masokis masuk ke dalam kategori gangguan seksual kejiwaan
yang disebut paraphilias. Paraphilias merupakan perilaku atau dorongan seksual
abnormal, yang ditandai dengan fantasi dan dorongan seksual yang intens yang
terus datang kembali. Agar kepuasan seksual tercapai, pengidap masokis perlu
mendapatkan perlakukan kasar, keras, atau dihina oleh pasangannya. Tindakan
ini mungkin terbatas pada penghinaan verbal, tapi ada juga yang mungkin
melibatkan pemukulan, diikat, dilecehkan, hingga dibuat menderita untuk
mencapai klimaks seksual. Salah satu jenis masokisme seksual tertentu disebut
asfiksiofilia. Di sini seseorang menerima kepuasan seksual dengan membatasi
pernapasannya. Beberapa orang melakukan praktik ini dengan pasangannya,
namun ada pula yang melakukannya saat mereka sendirian. Aktivitas asfiksiofilia
ini bisa berpotensi fatal. Terkadang asfiksiofilia bisa menyebabkan sesak napas

7
parsial autoerotik. Dengan aktivitas ini, seseorang menggunakan tali, jerat, atau
kantong plastik untuk menginduksi keadaan asfiksia (gangguan pernapasan)
pada titik orgasme. Meski bertujuan meningkatkan orgasme, tapi terkadang
aktivitas masokisme asfiksiofilia ini bisa menyebabkan kematian yang tidak
disengaja.

5. Ekshibisionisme Pelaku cenderung ingin membuat orang asing terkejut, takut,


atau terkesan dengan perilakunya. Pelaku merasakan kenikmatan seksual bila
korbannya terkejut saat ia beraksi. Misalnya, dengan memperlihatkan alat
kelamin atau bahkan masturbasi di tempat umum. Dalam ekshibisionisme,
cenderung tak ada kontak fisik, apalagi seksual antara pelaku dan korban.
Penderita ekshibisionisme akan merasa bergairah ketika melihat orang yang
menyaksikan terkejut, takut, atau terpesona. Bagi penderita ekshibisionisme,
sangat sulit untuk mengontrol hal tersebut karena merasa hal tersebut adalah
keinginan yang susah dikendalikan.

6. Hyper Sex Hiperseksualitas atau hypersex adalah gangguan yang membuat


seseorang mengalami kecanduan seks. Seseorang dengan kondisi ini memiliki
dorongan seksual yang sangat kuat dan terobsesi pada hal hal yang
berhubungan dengan aktivitas seksual, tidak hanya hubungan seks.

7. Voyeurisme Pelaku mendapat kepuasan seksual dengan mengintip orang lain


yang sedang mandi, ganti pakaian, tanpa busana, atau beraktivitas seksual. Tak
menutup kemungkinan kalau si pelaku melakukan masturbasi ketika mengintip
korban. Pada perilaku ini, si pelaku tidak bertujuan menjalin kontak seksual
dengan korban. Faktor adanya risiko tertangkap adalah salah satu bentuk
kepuasan dari penderita voyeurisme. Penderita penyimpangan seksual jenis ini
dapat dikategorikan kriminal karena aktivitasnya sering sekali tanpa
persetujuan.

8. Pedofilia Pedofilia adalah preferensi seksual menyimpang yang menetap


terhadap partner pasangan, di mana partner pasangan tersebut biasanya anak-
anak, dalam kasus tersebut biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas, baik
laki-laki maupun perempuan. Pedofilia jarang ditemukan pada wanita.

9. Incest Hubungan sedarah alias incest adalah sistem perkawinan atau hubungan
seksual antar dua individu yang terkait erat secara genetik atau garis keluarga,
di mana kedua individu yang terlibat dalam perkawinan ini membawa alel yang

8
berasal dari satu nenek moyang.

10. Bestially Menurut jurnal An Adolescent with Bestiality Behaviour: Psychological


Evaluation and Community Health Concerns oleh National Center for
Biotechnology Information Amerika Serikat, bestiality adalah jenis
penyimpangan seksual di mana hewan digunakan sebagai media untuk
memuaskan hasrat seksual.

11. Necrofilia Nama nekrofilia diambil dari bahasa Yunani “necros” yang berarti
mayat, dan “philia” yang berarti cinta. Nekrofilia adalah jenis penyimpangan
seksual yang membuat pengidapnya menikmati berhubungan intim dengan
mayat.

12. Frotteurisme Frotteurisme adalah penyimpangan seksual yang berupa aktivitas


seseorang menggesekkan kemaluan atau badan kepada orang lain. Frotteurisme
biasa dilakukan dengan menggesekkan alat kelamin dan dapat menyentuh
bagian tubuh mana pun. Orang yang melakukan frotteurisme disebut frotteur.

13. Sodomi Sodomi merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual yang cukup
marak terjadi di masyarakat. Dampaknya pun dapat memengaruhi fisik maupun
psikologis korbannya dalam jangka panjang. Oleh karena itu, setiap pelaku
sodomi perlu mendapatkan hukuman yang setimpal. Sodomi adalah pelecehan
seksual yang dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam anus. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sodomi dapat diartikan sebagai tindakan
pencabulan antara sesama jenis, biasanya antar pria, atau dengan binatang.
Tindakan pelecehan ini memberikan trauma mendalam dan dampak jangka
panjang bagi korbannya. Namun, banyak korban yang takut melaporkan kasus
sodomi yang mereka alami. Padahal, perbuatan sodomi merupakan salah satu
kejahatan asusila dan pelakunya dapat dijerat hukuman yang berat.

14. Transvestisme Transvestisme adalah penyimpangan seksual turunan dari


fetisisme. Kondisi ini terjadi ketika seseorang memperoleh gairah seksual
dengan mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh lawan jenis (cross-
dressing). Orang yang memiliki ketertarikan seksual ini dikenal juga dengan
sebutan cross-dresser. Seorang laki-laki akan mendapatkan kepuasan seksual
dengan mengenakan pakaian wanita yang feminin, begitu pun sebaliknya pada

9
perempuan. Ketertarikan memakai pakaian lawan jenis bisa diwujudkan dalam
bentuk fantasi, keinginan, dan perilaku seksual menyimpang. Meskipun bisa
menimbulkan gangguan psikologis dan disfungsi sosial, sebagian besar kasus
transvestisme tidak berbahaya atau mengarah pada kelainan seksual.

15. Telphonicophilia Telephonicophilia adalah penyimpangan seksual yang


pelakunya akan memperoleh kepuasan seksual dengan menelepon orang-orang
asing yang tidak dikenal.

2. 5. Upaya Pencegahan Penyimpangan Seksual


Mencegah dan menangani munculnya perilaku seksual yang menyimpang di
masyarakat tentu bukan hal yang mudah. Akan tetapi, dengan melacak dan memahami
faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang hingga memiliki orientasi dan perilaku
seksual yang menyimpang, paling tidak dapat dirumuskan program intervensi yang
tepat.
Secara teoretis, dua faktor yang menjadi penyebab seseorang miliki orientasi
dan perilaku seksual yang menyimpang ialah kondisi psikologis dan pengalaman masa
lalu pelaku. Seseorang yang memiliki kecenderungan psikologis yang menyimpang
dengan cepat mereka akan terjerumus dalam perilaku yang keliru ketika habitus sosial
di sekitarnya mendukung ke arah itu. Sementara itu, seseorang yang mengalami
pengalaman traumatik semasa kecil, juga bukan tidak mungkin akan menyebabkan
mereka ketika besar melakukan hal yang sama.
Seseorang yang pada masa kanak-kanak, dilecehkan, menjadi korban KDRT,
mengalami tindak perundungan, dihina-hina, dibanding bandingkan, atau
mendapatkan perlakuan tidak senonoh, disodomi dan lain sebagainya, kemungkinan
ketika besar mereka justru akan meniru dan mengembangkan perilaku yang
menyimpang.

Ketika kecil mereka menjadi korban, ketika besar mereka menjadi pelaku
tindakan yang menyimpang. Untuk mencegah agar tidak muncul perilaku seksual yang
menyimpang, apalagi menjadi predator seksual, yang dibutuhkan tak pelak ialah
langkah-langkah yang sifatnya preventif. Artinya, fokus penanganan seyogianya bukan
pada upaya penanganan setelah anak terlanjur tumbuh besar dan berpotensi menjadi
pelaku tindakan seksual yang menyimpang.
Dalam keluarga, pengawasan orang tua merupakan kunci ter penting untuk

10
memastikan perkembangan psikologis anak dapat tumbuh secara wajar. Namun, ketika
ancaman berasal dari orang tua, pelibatan keluarga besar untuk melakukan
pengawasan dan memberikan perlindungan kepada anak menjadi sangat penting.
Studi yang dilakukan Dervishi et al (2017) menemukan bahwa risiko
munculnya perilaku yang menyimpang mau tidak mau memang harus dilacak pada
pengalaman masa lalu, terutama masa kanak-kanak. Dengan memahami dan berempati
pada arti penting proses tumbuh kembang anak, peluang mencegah terjadinya praktik
perilaku seksual yang menyimpang akan lebih mungkin dilakukan.

11
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Penyimpangan seksual yang termasuk gangguan psikologis mulai dikatakan
sebagai penyakit apabila gairah seksual yang timbul karena paraphilic disorder
terjadi dengan intens dan terjadi secara terus menerus, selain itu adanya gangguan
stres yang mengakibatkan gangguan dalam kegiatan yang berhubungan dengan
sosial atau kemungkinan untuk membahayakan orang lain (anak kecil contohnya)

3.1 Saran
Untuk dapat memahami tentang Peran Perawat dalam Pemeriksaan
Penunjang Laboratorium memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang
ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi- materi
tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan
selalu diingat. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan untuk kedepan agar
bisa bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah
ini

12
DAFTAR PUSAKA

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders (5th ed.) Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
Money, J. (1986). Lovemaps: Clinical Concepts of Sexual/Erotic Health and
Pathology, Paraphilia, and Gender Transposition in Childhood, Adolescence,
and Maturity. Prometheus Books.
Fedoroff, J. P. (2016). Sadism, Sadomasochism, Sex, and Violence. Canadian
Journal of Human Sexuality, 25(1), 15-24.
Kafka, M. P. (2010). The DSM Diagnostic Criteria for Paraphilia Not Otherwise
Specified. Archives of Sexual Behavior, 39(2), 373-376.
Cale, E. M., & Lilienfeld, S. O. (2002). Sexual Deviance and Excessive Sexual
Behavior. In Encyclopedia of Clinical Assessment. San Diego, CA: Academic
Press.

13

Anda mungkin juga menyukai