DI SUSUN OLEH:
TAHUN 20017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah
“KEKERASAN SEKSUAL AKIBAT PEMERKOSAAN”.
Penulisan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “KESEHATAN
REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA” juga untuk mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan penulis khususnya dan juga pembaca pada umumnya. Oleh karena itu apabila
pembaca berkenan menelaah dan mengkaji penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga dukungan maupun bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
yang setimpal dari Allah SWT.
Akhirnya semoga Allah meridhoi semua langkah menuju kebaikan dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB I
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………
BAB II
BAB III
3.1 Kesimpilan………………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pemerkosaan adalah tindakan criminal di saat korban dipaksa untuk melakukan hubungan
seksual. Khususnya penetrasi dengan alat kelamin, diluar kemauannya sendiri. Istilah
pemerkosaan sendiri dapat pula digunakan dalam arti kiasan, misalnya untuk mengacu kepada
pelanggaran yang lebih umum seperti perampokan, penghancuran,penangkapan atas warga
masyarakat yang terjadipada saat sebuah kota atau Negara dilanda perang.
Perkosaan adalah suatu tindakan melakukan hubungan seks dengan orang lain dengan cara
memaksa demi mendapat kepuasan seksual yang sementara. Para wanita sudah barang tentu
sudah sangat rsah dengan tindakan pemerkosaan yang memang dari sejak jaman nenek moyang
dahulu kala sudah ada. Pemerkosaan yang umumnya adalah laki-laki / pria tidak hanya
mengincar prempuan dewasa saja, namun juga para gadi yang muda termasuk anak di bawah
umur yang terkadang menjadi korban. Sedangkan
Kekerasan seksual adalah isu yang penting dari seluruh peta kekerasan terhadap perempuan
karena ada khas bagi perempuan. Seperti dalam persoalan ketimpangan relasi kuasa yang
dimaksud antara laki-laki dan perempuan.Ketimpangan yang diperparah adalah yang memiliki
kendali terhadap korban seperti faktor ekonomi,penerimaan masyarakat,sumberdaya termasuk
pengetahuan. Kekerasan seksual termasuk bentuk yang paling kelihatan sampai bagi kalangan
menilai Indonesia sudah dalam kondisi yang sangat darurat.
Faktor penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan ditinjau dari motif pelaku dalam melakukan
perbuatan perkosaan dapat dibagi atas:
1) Seductive rape
Pemerkosaan yang terjadi karena pelaku merasa terangsang nafsu birahi, dan ini bersifat
sangat subyektif. Biasanya tipe pemerkosaan seperti ini terjadi justru di antara mereka
yang sudah saling mengenal, misalnya pemerkosaan oleh pacar, teman, atau orang-orang
terdekat lainnya. Faktor pergaulan atau interaksi sosial sangat berpengaruh pada
terjadinya pemerkosaan.
2) Sadistic rape
Pemerkosaan yang dilakukan secara sadis. Dalam hal ini pelaku mendapat kepuasan
seksual bukan karena bersetubuh, melainkan karena perbuatan kekerasan yang dilakukan
terhadap tubuh perempuan, terutama pada organ genetalianya.
3) Anger rape
Perkosaan yang dilakukan sebagai ungkapan kemarahan pelaku. Perkosaan jenis ini
biasanya disertai tindakan brutal secara fisik. Kepuasan seks bukan merupakan tujuan
utama dari pelaku, melainkan melampiaskan rasa marahnya.
4) Domination rape
Dalam hal ini pelaku ingin menunjukkan dominasinya pada korban. Kekerasan fisik
bukan merupakan tujuan utama dari pelaku, karena ia hanya ingin menguasai korban
secara seksual. Dengan demikian pelaku dapat membuktikan pada dirinya bahwa ia
berkuasa atas orang-orang tertentu, misalnya korban perkosaan oleh majikan terhadap
pembantunya.
5) Exploitation rape.
Perkosaan jenis ini dapat terjadi karena ketergantungan korban pada pelaku, baik secara
ekonomis maupun sosial. Dalam hal ini tanpa menggunakan kekerasan fisikpun pelaku
dapat memaksakan keinginannya pada korban. Misalnya, perkosaan oleh majikan
terhadap buruhnya. Meskipun ada persetujuan, hal itu bukan karena ada keinginan
seksual dari korban, melainkan ada ketakutan apabila dipecat dari pekerjaannya
2.3 Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
Dikelompokkan dalam tiga kelompok variabel sesuai dengan sifatnya yaitu:
(1) Kelompok variabel karakteristik dan moral
Kelompok ini terdiri dari 5 variabel yang meliputi:
a. umur,
b. pendidikan,
c. kedudukan dalam rumah tangga,
d. ketaatan beribadah, dan
e. intensitas minum-minuman keras.
(2) Kelompok variabel ekonomi
Kelompok ini terdiri dari 4 variabel yang meliputi:
a. sumber pendapatan,
b. rata-rata pendapatan,
c. beban tanggungan, dan
d. kecukupan biaya hidup.
(3) Kelompok variabel lingkungan tempat tinggal clan pergaulan
Kelompok ini terdiri dari 4 variabel yang meliputi:
a. teman pergaulan sehari-hari,
b. kebiasaan menghabiskan waktu,
c. intensitas interaksi dengan tempat potensi kejahatan, dan
d. keamanan lingkungan tempat tinggal.
2.4 Dampak Akibat Terjadinya Pemerkosaan
DAMPAK FISIK
Nafsu makan menurun drastis, berat badan berkurang
gangguan pencernaan
3.1 Kesimpulan
Perkosaan bisa terjadi pada siapapun. Kasus di mana wanita menjadi korban
memang lebih banyak terjadi, namun pada dasarnya, setiap orang potensial
menjadi korban perkosaan. Dalam banyak kasus, perkosaan dilakukan oleh pria
terhadap pria. Perkosaan adalah bentuk pelecahan paling ekstrem. Tindak pidana
perkosaan sebagaimana diatur dalam Pasal 285 KUHP adalah: “Barangsiapa yang
dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan
isterinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya dua belas tahun”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari kata “perkosa”
yang berarti paksa, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa berarti menundukkan
dengan kekerasan, menggagahi, melanggar (menyerang, dsb) dengan kekerasan.
Sedangkan pemerkosaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memperkosa;
melanggar dengan kekerasan. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan
bisa dilihat dari motif pelaku melakukan perkosaan, situasi dan kesempatan,
faktor ekonomi, atau pun dari lingkungan tempat tinggal dan pergaulan seseorang.
3.2 Saran
Dikarenakan tindak pidana perkosaan banyak terjadi pada korban anak di bawah
umur dan remaja, maka sebaiknya para orang tua lebih memperhatikan anak-
anaknya di lingkungan keluarga. Perhatian ekstra dan kasih sayang perlu
diberikan kepada anak dengan dibekali ilmu agama sehingga dapat mengontrol
perkembangan hidup anak.
DAFTAR PUSTAKA
S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, Alumni, Jakarta, 1983.
Yesmil Anwar dan Adang, Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 2010.
http://www.wikipedia.com