Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING POPULASI KHUSUS


(PSK)

Dosen pengampu :

Adif Jawadi Saputra M.Pd.

Disusun oleh :

Sari Rahayu (A1L022002)

Nabila Putri Syailendra (A1L022004)

Erin Aisyah (A1L022012)

Tian (A1L022026)

Serli Ramayanti (A1L022052)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2024

.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya.
Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW sebagai panutan
dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling Populasi Khusus di prodi bimbingan dan konseling dengan judul
“BIMBINGAN KONSELING POPULASI KHUSUS (PSK)”

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap
para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik
Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bengkulu, 25 Januari 2024

Penulis

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis moneter dan ekonomi telah memberi dampak sistemik bagi kehidupan
masyarakat, utamanya dalam aspek ekonomi. Hal tersebut tentu mengakibatkan
semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan akhirnya menjadi faktor
pendorong bagi tenaga kerja untuk mengerjakan apapun untuk mendapatkan
uang walaupn bertentangan dengan hukum, moral, dan etika misalnya mencuri,
dan bekerja sebagai pekerja seks komersial.
Dampak Fenomena wanita pekerja seks komersial (PSK) tentu sudah tidak
asing lagi. Di setiap sudut kota sering ditemukan para wanita pekerja seks
komersial beraksi mencari para lelaki hidung belang. Bahkan fenomena ini juga
menyentuh institusi pendidikan seperti sekolah menengah dan universitas. Hal
ini dianggap sangat tabu di masyarakat, mengingat negara kita adalah negara
dengan adat ketimuran dan memiliki norma – norma yang sangat kental di
masyarakat. Sehingga, tidak jarang para PSK mendapat cemooh dan hinaan dari
masyarakat.
Perlu diketahui bersama bahwa motivasi menjadi PSK ada yang karena
terpaksa (faktor eksternal) misalnya karena himpitan ekonomi, tidak memiliki
keterampilan dan keahlian lain, terjebak oleh tipuan agen tenaga kerja, dan lain-
lain. Selain itu, ada pula yang melakukannya secara tidak terpaksa (faktor
internal), misalnya keinginan sendiri untuk mencari pasangan yang sesuai
dengan kriterianya, dan lain-lain yang akan dibahas lebih lanjut di dalam
makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari PSK ?
2. Apa latar belakang seseorang menjadi PSK ?
3. Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap PSK dan keluarganya?
4. Apa dampak psikologi yang dialami oleh PSK ?
5. Bagaimana solusi Konselor untuk memecahkan masalah PSK di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian PSK,

1
2. Untuk mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi seseorang menjadi PSK,
3. untuk mengetahui arti PSK di mata keluarganya.
4. Untuk mengetahui pandangan masyrakat terhadap PSK dan keluarganya,
5. Untuk mengetahui dampak psikologis yang dialami oleh PSK
6. Untuk mengidentifikasi solusi yang tepat untuk memecahkan masalah PSK di
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PSK (Pekerja Seks Komersial)


Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual untuk Uang.
Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut
dengan istilah pekerja seks komersial (PSK). Di Indonesia pelacur (pekerja seks
komersial) sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel.
Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina
dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat
penegak ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian
agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum.
Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad
lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa
kemasa. Prostitusi di Indonesia bermula sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa
yang menggunakan komoditas wanita sebagai bagian dari sistem feodal (Hull
dkk., 1998, hal. 1).
Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual
pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di
kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah
masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang
buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini
didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu
seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa
penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan
memperkosa kaum perempuan baik-baik. Istilah pelacur sering diperhalus
dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang juga
mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki, digunakan istilah
gigolo.

2.2 Latas belakang menjadi PSK


Keputusan menjadi wanita pekerja seks komersial bukan hal yang mudah dan

3
tidak begitu saja diambil oleh subjek yang merupakan wanita berkeluarga.
Keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tidak hanya faktor eksternal yang
berasal dari luar, namun juga faktor internal yang berasal dari dalam diri
subjek.
1) Faktor Eksternal :
 Faktor ekonomi, meningkatknya harga barang sehari hari
menyebabkan wanita yang berpendidikan rendah dan tidak
mempunyai keterampilan memilih jalan pintas bekerja sebagai
PSK
 Terbukanya peluang menjadi wanita pekerja seks komersial juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan subjek
menjadi wanita pekerja seks komersial.
 Penerimaan lingkungan yang diperoleh subjek dalam
menjalankan pekerjaannya memperteguh keputusan subjek
menjadi wanita pekerja seks komersial.
 Gaya hidup konsumerisme masyarakat jaman sekarang
menyebabkan meningkatnya jumlah PSK.
2) Faktor Internal :
 Tekanan yang datang dari teman pergaulannya. Lingkungan
pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga
berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan
hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-
temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari
pacarnya sendiri.
 Adanya kebutuhan badaniah. Seks menurut para ahli merupakan
kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
seseorang, jadi wajar jika semua orang menginginkan hubungan
seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak
sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
 Pelampiasan diri. Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri,
misalnya karena terlanjur berbuat, seorang perempuan biasanya
berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam
dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus
4
asa dan mencari pelampiasan, sehingga dia memutuskan untuk
tetap melakukan perbuatan bejatnya itu.
Selain faktor di atas terdapat juga faktor-faktor lainnya, yaitu:
a) Kemiskinan, diantara alasan penting yang melatarbelakangi adalah kemiskinan
yang sering bersifat structural. Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang
perempuan memaksa dia untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan
yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

b) Kekerasan seksual, penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan


menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak
kandung, paman, guru dan sebagainya.

c) Penipuan, Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen
penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiri pun juga
kerap ditemui.

Penyebab paling dasar atau akar masalah seseorang menjadi PSK bukan karena
nggak punya skill untuk bekerja, bukan juga karena alasan ekonomi yang
mencekik. Penyebabnya bisa ditelaah ke bawah dan itu bisa menimbulkan
berbagai pandangan tentunya. Maksudnya, faktor pencetus itu bisa
diuraikan/ditelaah/ditelusuri dari riwayat kehidupannya saat masih kecil.

Faktor lainnya yang bisa menjadi penyebab adalah persoalan-persoalan Psikologis,


seperti:
a) Akibat gaya hidup modern, Seseorang perempuan pastinya ingin
tampil dengan keindahan tubuh dan barang-barang yang
dikenalakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok
karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka
mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan
dirinya.

b) Broken home, Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa


seseorang remaja untuk melakukan hala-hal yang kurang baik di luar
rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggung
jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.

5
c) Kenangan masa kecil yang buruk, Tindak pelecehan yang semakin
meningkat pada seorang perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada
anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.

2.3 Pandangan masyarakat terhadap PSK dan keluarganya


Di kalangan masyarakat Indonesia, PSK dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah
masyarakat. PSK telah begitu hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka
kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, Mereka juga digusur
karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke
pengadilan karena melanggar hukum. Jika masyarakat mengetahui seseorang di
lingkungannya menjadi PSK, pada umumnya mereka akan mengucilkannya dan
memberikan perlakuan yang tidak adil kepadanya. Masyarakat tidak hanya
memandang rendah individu PSK yang ada tetapi mereka juga memandang
rendah keluarga PSK tersebut(ayah/ibu) karena dianggap tidak dapat memberi
didikan yang baik bagi anaknya. Namun ada juga beberapa masyarakat yang
memandang bahwa para PSK itu sendiri tidak memahami kenapa jalan itu yang
harus mereka pilih. Pelacur juga manusia, mereka punya hati, bahkan ada juga
pelacur yang bisa lebih baik daripada orang yang mecemoohnya.

2.4 Dampak Psikologis yang dialami PSK


Sebelum mengkaji lebih jauh, perlu diketahui bersama pengertian dari ‘dampak
psikologis’ yang dimaksud penulis dalam makalah ini hal-hal yang berpengaruh
pada perilaku PSK kaitannya dengan perilakunya terhadap lingkungannya.
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali masyarakat yang mengucilkan PSK,
dan ternyata hal itu juga berlaku bagi keluarga PSK tersebut. Masyarakat pun
akan turut mengejek dan memandang rendah keluarga dari PSK itu, contohnya
saja anak dari seorang PSK, anak-anak yang lain tidak akan mau untuk sekedar
bermain bersama anak dari seorang PSK, orang tua dari anak-anak tersebut
khawatir jika anaknya akan terpengaruh berbuat tidak baik seperti itu karena
mereka menganggap bahwa jika ibunya saja bekerja secara tidak benar maka
anaknya pun juga akan begitu.
Terlebih lagi orang tua dari anak yang bekerja sebagai PSK, orang tua tersebut
akan merasa sangat malu karena kelakuan anaknya yang melanggar norma
agama dan norma susila tersebut, dan oranng lain pun akan menganggap bahwa
orang tua itu tidak dapat mengajarkan anaknya dengan benar, yang artinya ia
6
telah gagal menjadi orang tua yang baik bagi anaknya.
Selain itu ada juga beberapa dampak yang bisa diterima oleh PSK dan keluarganya ,
yaitu:
1. Stress/Gila

Menurut Socrates (470-399SM), setiap orang tentu memiliki sesuatu yang


diyakininya sebagai Tuhannya, bahkan seorang ateis pun pasti menganut suatu
kepercayaan yang dianggapnya sebagai kekuataan yang Mahabijak dan baik. Bagi
wanita yang menjadi PSK karena faktor eksternal (terpaksa), cepat atau lambat
akan merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhannya karena pada hakikatnya
mereka tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang tercela dan
tidak dapat diterima di kalangan agama manapun. Tapi, meskipun disadari,
mereka tetap tidak dapat menghentikan pekerjaannya demi kelangsungan
hidupnya. Di satu sisi rasa bersalah tersebut terus menghantui, sementara di sisi
lain mereka harus memikirkan kelangsungan hidupnya. Sangat sulit untuk
menyeimbangkan dua tekanan yang kekuatannya berlawanan. Semakin lama
tekanan tersebut terjadi, maka batin para PSK akan semakin tepuruk, dan akhirnya
bisa mengakibatkan jiwa mereka terganggu(stress). Hal tersebut sesuai
pembahasan Erbe Sentanu dalam bukunya “Quantum Ikhlas”, yang intinya
membahas tentang positive feeling yang akan dicapai oleh manusia ketika
manajemen hatinya sesuai dengan manajemen pikirannya. Selain itu, tidak dapat
dipungkiri bahwa seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia
untuk bertingkah laku. Tidak hanya berbuat dibidang seks saja yaitu melakukan
relasi seks (bersenggama) tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan nonseksual.
Koentjoro (1996, hal. 50) mengemukakan bahwa wanita pekerja seks komersial
selalu mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa
membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau juga karena adanya perasaan tidak
aman akan statusnya sebagai pekerja seks komersial dalam masyarakat.
Hubungan seksual yang normal mengandung pengertian :hubungan itu tidak
menimbulakn efek-efek merugikan, tidak menimbulakn konflik-konflik psikis dan
tidak paksaan. Dengan begitu hubungan seks hendaknya dilakuakan dalam suatu
ikatan yang teratur yaitu perikahan (Kartini, kartono: 1992). Di luar ketentuan itu
maka hubungan seksual dapat digolongkan dalam gangguan mental seksual yaitu
relasi seksual abnormal dan perverse.

7
2. Hiperseks
Seorang individu dapat dikatakan mengalami gangguan mental jika individu
mengalami penuruanan fungsi mental dan penurunan fungsi mental itu
berpengaruh pada prilakunnya yaitu tidak sesuai dengan yang sewajarnya.
Menurut Kartini Kartono (Arifin :2009) gangguan mental ada dua: pertama,
psikoneurosa; kedua ,psikosa. Dalam penggolongannya psikoneurosa terbagi
menjadi 9 kelompok. Salah satu bentuk gangguan yaitu gangguan seksual. Salah
satu dari gangguan seksual adalah hiperseks pada wanita atau biasa dikenal
dengan istilah nymphomania. Nyimphomania merupakan gangguan jiwa yang
cukup rumit. Di Indonesia kasus ini sulit untuk terdeteksi, hal ini disebabkan
beberapa hal, tetapi masalah yang paling jelas dalam permasalahan nymphomania
adalah kurangnya pengetahuan tentang gangguan jiwa ini. Penderita gangguan
nymphomania ini merasakan hasrat seks yang sangat menggebu, meskipun sudah
melakukan hubungan seksual namun terus merasa kurang dan selalu timbul
keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang berikutnnya. Secara umum
selain itu, para wanita yang mengalami gangguan ini lebih banyak menghabiskan
waktu untuk hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas.

3. Kesulitan berinteraksi dengan masyarakat sekitar

Karena sebagian besar masyarakat menganggap PSK itu hina, tentu PSK akan
berpikir orang-orang disekitarnya memusuhi dan mengucilkannya, sehingga PSK
merasa takut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang dianggapnya
tidak menerima eksistensinya di tengah masyarakat akibat status pekerjaannya.

2.5 Solusi PSK dalam bimbingan konseling

Konseling PSK (pekerja sexs komersial) merupakan salah satu layanan


konseling yang semakin memiliki urgensi penting seiring dengan komplesitas
masalah manusia. Penanganan Masalah Psk:
1. Keluarga

 Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan


seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.

 Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari


perbuatan dosa.
8
2. Masyarakat

 Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan


PSK.

3. Pemerintah

 Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.Meregulasi undang-undang


khusus tentang PSK.
 Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK
untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk membantu para PSK untuk keluar dari
pekerjaan hinanya adalah sebagai berikut :

1) Lakukan Pendekatan Secara Baik-Baik

Langkah pertama dan terpenting untuk membantu seorang wts/psk untuk berhenti
dari profesinya adalah melakukan pendekatan dengan cara yang baik. Jangan
sampai kita justru tergiur untuk menjadi pelanggannya, namun jadilah teman yang
baik yang berteman tanpa pamrih. Setelah mendapat kepercayaannya sebagai
teman maka langkah-langkah berikutnya akan dapat lebih mudah untuk
dilakukan.

2) Tebus Dari Mucikari atau Mafia Prostitusi

Apabila si pelacur yang ingin tobat mengalami kesulitan untuk keluar dari dunia
hitam yang digelutinya, maka bantulah dirinya untuk melepaskan diri dari
kesulitannya. Biasanya sang pelacur butuh uang dalam jumlah banyak untuk
menebus dirinya dari mucikari atau mafia prostitusi yang menjeratnya. Jika uang
tidak bisa menyelesaikan masalahnya, maka lakukan cara lain termasuk
melarikannya dari perbudakan seks yang menjeratnya. Jika sudah bisa bebas maka
langkah selanjutnya bisa dijalankan.

3) Tawarkan Pekerjaan dan Tempat Tinggal yang Baik

Memang butuh modal besar, niat yang baik dan tekad yang kuat untuk menolong
para wanita tuna susila dari profesi pekerja seks komersialnya. Mulai dari
melakukan pendekatan hingga membantunya memberikan pekerjaan layak beserta
9
fasilitas penunjangnya sudah pasti akan membutuhkan biaya, tenaga, waktu dan
pikiran yang tidak sedikit.

4) Beri Bimbingan Rohani Untuk Insyaf Permanen

Hanya bimbingan agama saja yang mampu membuat seorang pelacur tobat dan
takut untuk kembali ke masa lalunya yang suram. Bimbinglah mereka untuk
menemukan Tuhan Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
selalu siap dan terbuka dalam mengampuni dosa hamba-hambanya yang tidak
musyrik. Buatlah bimbingan konseling secara berkelompok maupun secara
individu yang berlandaskan agama. Ajak mereka menghadiri berbagai pengajian
rutin yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka. Tidak hanya
untuk para mantan wts/psk saja, namun juga untuk orang-orang biasa baik tua
maupun muda.

5) Arahkan Untuk Mendapatkan Suami yang Soleh dan Keluarga yang Islami

Akan menjadi lebih sempuna apabila para mantan penjual diri yang telah kembali
ke jalan yang benar nan lurus tersebut bersanding dengan para lelaki yang soleh
sehingga dapat membuat hidupnya menjadi lebih bahagia dan sejahtera baik di
dunia maupun di akhirat. Tidak ada larangan bagi orang soleh untuk menikah
dengan mantan pezina. Justru bisa jadi mantan pelacur yang telah berubah
menjadi wanita solehah jauh lebih baik dibandingkan dengan wanita biasa yang
tidak solehah. Dengan menjalani rumah tangga yang bernafaskan islam maka
akan sangat kecil sekali kemungkinan seorang mantan pelaku zina bayaran untuk
kembali ke dunia hitam di masa lalunya.

Adapun solusi yang direkomendasikan oleh penulis untuk pemecahan masalah ini antara
lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendidikan agama sejak dini
2. Memberikan pelajaran–pelajaran keterampilan agar ia memiliki keterampilan khusus
sehingga dia dapat memiliki pekerjaan yang layak atau setidaknya dapat membuka
usaha sendiri walaupun hanya usaha kecil. Namun, hal tersebut seharusnya tidak lepas
dari campur tangan pemerintah.
3. Memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang dampak dari bekerja secara tidak benar ,
baik dampak jangka panjang, jangka pendek, maupun dampak bagi orang-orang yang
berada di sekitar PSK tersebut (keluarga dan sanak saudaranya).
1
0
4. Mengingat lapangan pekerjaan di Indonesia yang semakin sulit, akan lebih baik jika
pemerintah memberikan pendidikan tentang budaya, bahasa, teknologi dari beberapa
negara. Selain itu, pemerintah juga perlu mempermudah, bahkan menggratiskan
perizinan migrasi penduduk ke luar negeri. Sehingga para PSK bisa di kirim menjadi
TKI ke luar negeri dengan bekal ilmu dan keterampilan yang baik.

1
1
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang dipaparkan oleh penulis, didapatkan
beberapa kesimpulan untuk menjawab masalah pekerja seks komersil, yaitu sebagai
berikut: Para wanita pekerja seks komersial memilih profesi tersebut bukan
dikarenakan faktor untuk memuaskan hasrat atau kesenangan seks semata, tapi juga
karena berbagai faktor eksternal, utamanya himpitan ekonomi. Dampak psikologis
yang cenderung dialami oleh PSK dapat berupa rasa bersalah, hiperseks, kesulitan
berinteraksi dengan masyarakat luar, dan juga akan berdmapak pada psikologis
anak dan keluarganya. Masalah pekerja seks komersial dapat diselesaikan dengan
beberapa cara, seperti memberikan bimbingan agama pada para PSK, mengajarkan
bahaya pergaulan bebas kepada anak sejak dini, dll. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah masalah pekerja seks komersil ini tidak dapat terpecahkan jika
tidak ada campur tangan yang besar dari pemerintah, mulai dari penyediaan
lapangan pekerjaan atau mengadakan pelatihan keterampilan untuk para PSK.

1
2
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. 2001. Psikoterapi Konseling Islam. Fajar Pustaka Baru.
Yogyakarta
Kartini Kartono, 2001,Patologi Sosial,Jakarta: Rajawali
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy: Bandung

1
3

Anda mungkin juga menyukai