Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKIATRI

SEKSUAL NORMAL, ABNORMAL DAN KETERGANTUNGAN ZAT

KELOMPOK 8

CAROLINA MAYANG PRIMADELA (1807020013)


CLAUDIA THEREZA SIDI (1807020072)
JUWITA D.R NOMLENI (1807020071)
MAKRINA HEROLINA SELVIANA (1807020011)
RINDY A. LOLOLAU (1807020068)
SUSANA. ERLEN TOH (1807020066)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berka, bimbingan dan penyertaanNya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.Judul makalah ini ialah “Seksual Normal,Abnormal dan Ketergantungan
Zat”.Makalah ini berisi tentang pengertian seksual normal dan abnormal, pengertian
ketergantungan zat, ketergantungan obat, dan jenis-jenis ketergantunag obat. Kelompok juga
mengucapkan terima kasih kepada semua oihak yng telah membantu selama proses pembuatan
makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa pembahasan hanya pada batas permasalahan pada makalah
ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan kelompok untuk melengkapi makalah ini baik
dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya.

Kupang, Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................5
A. SEKSUALITAS NORMAL DAN ABNORMAL..........................................................5
1. Seksualitas Normal....................................................................................................5
2. Seksualitas Abnormal................................................................................................6
B. KETERGANTUNGAN ZAT..........................................................................................10
1. Pengertian Ketergantungan Obat............................................................................10
2. Jenis-jenis Ketergantungan Obat.............................................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................18
A. KESIMPULAN................................................................................................................18
B. SARAN.............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Apa yang dimaksud perilaku seksual normal? Seperti kita ketahui, jawabannya adalah
tergantung. Bila pertanyaannya lebih spesifik, kapan perilaku seksual yang berbeda dari norma
yang berlaku dianggap sebagai gangguan?Jawabannya, sekali lagi, adalah tergantung. Pandangan
yang berlaku saat ini cenderung cukup toleran terhadap beragam ekspresi seksual.Dalam lingkup
perilaku seksual, konsep yang kita miliki tentang apa yang normal dan apa yang tidak sangat
dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Sedangkan pola perilaku seksual yang dianggap abnormal
seperti masturbasi,hubungan seks premarital, dan seks oral genital tetapi dikatakan normal pada
masyarakat Amerika.(Durand dan Barlow 2006). Perilaku seksual dapat dianggap abnormal jika
hal tersebut bersifat self-defeating, menyimpang dari norma sosial, menyakiti orang lain,
menyebabkandistress personal, atau memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara
normal.(Nevid,ruths dan greene,2003).
Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia
merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak dalam
kurun waktu satu dekade. Penyalahgunaan narkoba mempunyai dampak yang mengancam masa
depan dan kelangsungan hidup saja, tetapi juga masa depan bangsa dan negara. Hingga saat ini
tingat peredaran narkoba sudah merambah bukan hanya di perkotaan saja tetapi sudah sampai ke
pedesaan (Ricardo, 2012).Perilaku menyimpang saat ini semakin meningkat dikalangan
masyarakat, penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) jika
digunakan dalam waktu yang berkepanjangan dapat membahayakan kesehatan yang berarti dapat
merusak fisik dan mental dan juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.Narkoba jika digunakan
secara terus menerus akan menyebabkan kecanduan atau ketergantungan. Kecanduan dan
ketergantungan akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena adanya kerusakan
pada sistem syaraf pusat dan organ-organ tubuh contohnya seperti jantung, hati, paru-paru dan
ginjal bahkan dapat mengakibatkan kematian (Syafitri, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang seksual normal dan abnormal.


2. Menjelaskan tentang apa itu ketergantungan zat.
3. Menjelaskan tentang apa itu ketergantungan obat.
4. menjelaskan tentang jenis-jenis ketergantungan obat .
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEKSUALITAS NORMAL DAN ABNORMAL

1. Seksualitas Normal
Perilaku seksual yang normal adalah yang dapat menyesuaikan diri bukan saja
dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan diri sendiri dalam hal
mencapai kebahagiaan dan pertumbuhan.Normal dalam hal ini diartikan sehat
atau tidak patologis dalam hal fungsi keseluruhan.
Perilaku seksual bertujuan bukan hanya sebagai pengakuan bahwasanya
seseorang sama dengan orang lain normal dalam proses melakukan fungsi
reproduksi, namun disamping tujuan tersebut yang utama ialah untuk memperoleh
kebahagiaan, pemuasan dan perbaikan kepribadiannya. Penyesuaian diri seksual
yang sehat ialah terlepas dari rasa khawatir dan bersalah, melakukan hubungan
dengan pasangan dengan baik dan melakukan pernikahan karena berdasarkan
saling menjaga rasa cinta yang tumbuh dari daya tarik partner
pasangannya.Perilaku seksual dikatakan normal bukan hanya dari satu pihak saja,
namun lawan pasangan juga tidak memiliki gangguan dan kekhawatiran dalam
berhubungan (Irianto, 2014:189).
Pendapat Kartono (2009:226) hubungan seksual yang normal mengandung
pengertian sebagai berikut:
a. Hubungan yang terjalin tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan
bagi diri sendiri maupun bagi partnernya.
b. Tidak menimbulkan konflik-konflik psikis dan tidak bersifat paksaan atau
perkosaan.
2. Seksual Abnormal

Perbuatan seksual dikatakan menyimpang apabila perbuatan menyebabkan


kebutuhan psikoseksual pada diri seseorang dapat mengancam kesehatan atau
kesejahteraan orang lain atau kalau perbuatannya diikuti dengan mengabaikan
semua kesempatan untuk mengadakan hubungan heteroseksual yang normal dan
disamping itu dapat melanggar hukum atau melampaui batas-batas adat istiadat
masyarakat yang telah ada (Merskey dan Tangue dalam Irianto, 2014:318).
Seksualitas yang abnormal adalah bila perilaku seksual sudah menganggu dirinya
sendiri atau orang lain (partnernya atau masyarakat), yang dapat berupa gangguan
pada daya-kemampuan seksual atau pada arah-tujuan seksual.

a. Disfungsi Seksual
Gangguan pada daya-kemampuan seksual dinamakan disfungsi seksual,
berupa antara lain:
a) Gangguan keinginan seksual, yaitu kurangnya atau tidak adanya
keinginan untuk melakukan hubungan seks. Hilangnya gairah seks
bisa bersifat global maupun situasional. Yang global, penderita
bisa tidak mempunyai gairah sama sekali bahkan dalam bentuk
fantasi sekalipun, contohnya wanita trauma pasca korban
pemerkosaan. Sedangkan yang situasional yaitu terjadi pada laki-
laki berdasarkan situasi psikologisnya aman. Untuk mendiagnosa
perlu diperhatikan faktor usia, ketidak puasan seks, lingkungan
yang menimbulkan ketidak inginan untuk berhubungan seks dan
frekuensi hubungan seks.
b) Gangguan hasrat seksual ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya
fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Ciri utamanya
adalah kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan arousal
atau excitement dalam berhubungan seks. Pada wanita gangguan
ini disebut frigiditas yang ditandai tidak tercapainya lubrikasi
(pelumasan) dan membuka vagina.
c) Orgasme terhambat (Inhibited Orgasm), Ciri utamanya adalah
penderita tidak mencapai fungsi orgasme, gangguan ini bisa terjadi
pada pria maupun wanita.
d) Ejakulasi dini (premature ejaculation), Ciri utamanya adalah
penderita tidak mampu mengontrol atau mengendalikan ejakulasi
selama aktifitas seks berlangsung.
e) Dispareunia (Dyspareunia), Ciri utama adalah penderita mengalami
kesakitan selama berhubungan seksual.Gangguan ini terjadi pada
wanita, gangguan ini bisa disebabkan oleh faktor organis misalnya
adanya infeksi pada vagina dan cervic.
f) Vaginismus, Ciri utamanya adalah terjadinya spasme atau
kontraksi otot pada vagina yang sangat kuat sehingga mengganggu
senggama.

b. Gangguan Preferensi seksual


Gangguan pada arah-tujuan dorongan seksual dinamakan gangguan
preferensi seksual berupa antara lain :
a) Sadisme, Seseorang mendapat kepuasan seks dengan menyiksa
pasangannya secara fisik atau psikologis. Istilah ini berasal dari
pengarang Perancis Marquins de sade yang banyak menulis cerita-
cerita sadis. Berbagai penyebab sadisme dapat terjadi seperti
pemahaman yang salah dan kurang terkait seks sehingga tabu dan
menganggap kotor. Sadisme dilakukan dengan perbuatan kasar
secara fisik dan juga berupa kata penghinaan serta mengancam.
b) Sado-Masokhisme. Kecenderungan ke arah sadisme dan
masokhisme sering ditemukan di dalam diri orang yang sama.
Beberapa individu hanya dapat mencapai orgasmenya dengan
mencambuki atau dipukuli oleh pasangannya yang mungkin
meminta agar dirinya diikat.
c) Masokhisme. Masokhisme adalah kebalikkan dari sadisme,
kekerasan fisik dan mental diperlukan untuk mendapatkan rasa
puas dalam dorongan seksual.Seperti juga sadisme sikap ini timbul
dari perasaan heteroseksual yang biasa. Seorang masoklis
memimpin seorang sadistis (Irianto, 2014:320).
d) Ekshibitionisme. Ekshibitionisme dilakukan lebih banyak pada
laki-laki.Seorang ekshibitionist secara berulang-ulang akan
mempertunjukkan alat kelaminnya kepada seorang wanita atau
lebih sampai kemudian ia melakukan mastubarsi tetapi tidak
pernah memaksakan hubungan kelamin. Pria ekshibitionist
biasanya amat terangsang oleh perasaan ngeri, ketakutan atau jijik
yang ditimbulkan oleh perbuatannya pada korban. Rangsangan
tersebut akan mereda setelah orgasme atau ereksi tercapai (Irianto,
2014:320).
e) Skoptofilia Skoptofilia merupakan perilaku mendapatkepuasan
seks dari melihat sexual actdan genitalia (Irianto, 2014:321).
f) Voyeurisme. Voyeurisme atau juga dikenal “Peepin Tom”, berupa
tindakan dengan rasa senang dan puas secara seksual setelah
melihat secara sembunyi-sembunyi orang telanjang tanpa sehelai
pakaian. Tujuannya untuk melihat sexual act, caranya mengintip
melalui jendela, membuat lubang di tembok atau pintu WC, kamar
mandi dan kamar tamu (Irianto, 2014:321).
g) Troilisme. Troilisme dilakukan dengan melakukan kegiatan seks
kemudian membagikan ke pihak lain untuk ditonton. Hubungan
seks ditonton secara langsung atau melalui video yang dibagikan.
Serorang troilis akan membagikan tindakannya jika terdapat orang
lain yang berperan sebagai teman (Irianto, 2014:321).
h) Transvetisme, Gangguan ini hanya terjadi pada laki-laki yang
perilakunya seperti wanita, gambaran utamanya adalah penderita
mendapatkan gairah atau kepuasan seksual bila ia berpakaian
seperti lawan jenisnya, ketika seang berpakaian seperti wanita,
penderita melakukan masturbasi lalu sambil membayangkan seoran
laki-laki tertarik pada dirinya sebagai seorang wanita.
i) Transeksualis, Seseorang yang berkeinginan memperoleh rasa puas
seksual melalui mengganti jenis kelamin berbeda dengan
keadaannya. Jenis penyimpangan ini sering terjadi pada kaum pria,
yang jelas-jelas secara kromosom merupakan pria.Berbeda dengan
transvestisme, proses mengenakan pakaian lawan jenisnya tidak
menimbulkan orgasme tetapi hanya mempermudah penyamarannya
sebagai wanita (Irianto, 2014:323).
j) Seksualoraolisme. Seksualoraolisme berupa hubungan seks secara
oral dengan memasukkan alat kelamin pasangannya pada mulut
yang tujuannya untuk memperoleh kepuasan seks. Dianggap
abnormal bila ini adalah satu-satunya cara untuk seksual outlet.
k) Sodomi (Sexual Analisme)Sodomi adalah pemakaian anus untuk
kopulasi. Sexual analismejarang dilakukan dalam heteroseksual
kontak biasanya hanya untuk pengalaman, tetapi dari 20% dari
homoseksual memakai cara ini. Kadang-kadang menyebabkan
hepatitis yang residif (Irianto, 2014:324).
l) Pedofilia. Tindakan pedofilia dilakukan oleh orang dewasa untuk
mendapatkan kepuasan seks darihubungan dengan anak-
anak.Praktek pedofilik termasuk ekshibitionisme terhadap anak-
anak, manipulasi sampai dengan koitus dengan anak-anak.Biasanya
terdapat pada pria, dan reaksi masyarakat jauh lebih keras daripada
perkosaan biasa. Penderita demikian biasanya bodoh, psikotis,
alkoholis, dan asosial (Irianto, 2014:331).
m) Pornografi Gambar atau video dan tulisan yang mengandung unsur
seks dan merangsang dorongan seksual. Pornografi disebut
menyimpang apabila seseorang lebih menyukai gambar atau video
dibandingkan dengan hubungan seksual secara nyata dengan
pasangannya. Penentuan suatu gambar, tulisan maupun video
dianggap pornografi ialah pengadilan (Irianto, 2014:332).
n) Abscenity.Abscenity mendekati persamaan dengan konten
pornografi namun tidak dilakukan secara terang-terangan, namun
berupa tulisan, gerakan, dan kata-kata yang dianggap mengandung
unsur yang menjijikan dan mengarah pada seks (Irianto, 2014:332).
o) Incest. Hubungan seks dilakukan secara illegal karena masih
terdapat hubungan darah antara dua pasangan yang bukan pasangan
suami istri. Penyebab kejadian incest karena hambatan ekonomi
dan juga terjadinya pertengkaran dalam keluarga seperti perceraian.
Persentase 60% incest dilakukan antara ayah dengan anak
gadisnya, si anak berbuat demikian atas keinginan sendiri, dan
sekitar 8% karena dipaksa. Sering terjadi antara mother-
sisterincest, menyusul father-daughter, dan yang paling jarang
mother-sonincest(Irianto, 2014:335).
p) Perkosaan Intercourse dengan paksaan, perbuatan demikian adalah
kejahatan yang dihukum keras, pada beberapa Negara bagian di
United State of America (USA) dengan hukuman mati. Orang yang
memperkosa biasanya emosional tidak dewasa dan berasal dari
broken homes (Irianto, 2014:343).
q) Seduction. Seduction berupa bujukan-bujukan mendapatkan
partner untuk sexual intercourse yang dilarang oleh hukum. Hal-hal
dimana timbul kesulitan-kesulitan biasanya sebelumnya si wanita
dijanjikan akan dikawini, karena tidak dipenuhi kemudian diajukan
tuntutan (Irianto, 2014:343).

B. KETERGANTUNGAN ZAT
1) Pengertian Ketergantungan Obat
Istilah ketergantungan obat mempunyai arti yang lebih luas dari pada istilah
ketagihan atau adiksi obat. Oleh karena itu WHO menyatakan definisi ketagihan
obat sebagai suatu keadaan keracunan yang periodik atau menahun, yang
merugikan individu sendiri dan masyarakat dan yang disebabkan oleh
penggunaan suatu obat (asli atau sintetik) yang berulang-ulang dengan ciri-ciri
sebagai berikut yaitu adanya: (1) keinginan atau kebutuhan yang luar biasa untuk
meneruskan penggunaan obat itu dan usaha mendapatkannya dengan segala cara,
(2) kecenderungan menaikkan dosis, (3) ketergantungan psikologik (emosional)
dan kadang-kadang juga ketergantungan fisik pada obat itu.

2) Jenis- jenis Ketergantungan Obat


Obat (drug atau farmakon) didefinisi oleh WHO sebagai “semua zat yang bila
dimasukkan da lam tubuh suatu makhluk akan mengubah atau memengaruhi satu
atau lebih fungsi faali makhluk tersebut” .dalam masalah ketergantungan obat,
biasanya yang dimaksud dengan obat ialah: zat dengan efek yang besar terhadap
susunan saraf pusat dan fungsi mental, seperti obat psikotropik, termasuk obat
psikotomimetik dan stimulansia, morfin dan devariatnya serta obat tidur.
a. Alkohol
Umumya digunakan dalam bentuk minuman. Minuman berakohol
memberikan gambar klinis sebagai berikut
1) Intoksikasi : euphoria, cadel, nistagmus, ataksia, bradikardi,
hipotensi, kejang, koma. Pada keadaan intoksikasi berat, reflek
menjadi negatif
2) Keadaan putus alkohol: halusinasi, ilusi, kejang, delirium tremens,
gemetar, keluhan gastrointestinal, muka merah, mata merah dan
hipertensi
3) Gangguan Fisik: mulai dari radang hati sampai kanker hati,
gastritis, ulkus peptikum, pneumonia, gangguan vaskuler dan
jantung, defisiensi vitamin, fetal alcohol syndrome
4) Gangguan mental: depresi hingga skizofrenia
5) Gangguan lain: kecelakaan lalulintas, perkelahian, problem
domestic dan tindak kekerasan
b. Opioid
Merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat potensi
ketergantungnnya.Termasuk golongan Opioid adalah morfin, petidin,
heroin, metadon, kodein.Golongan Opioid yang paling sering
disalahgunakan yaitu Heroin. Heroin merupakan opioid semi-sintetik yang
berasal dari morfin. Heroin berbentuk Kristal putih yang larut dalam air.
Ada 3 bentuk penggunaan heroin di Indonesia, yaitu:
1) Cara “ dragon” : uap heroin yang dipanaskan melalui aluminium
foil dihirup dengan bibir (menggunakan bong pipa dari uang
kertas atau plastic)
2) Cara injeksi (cucauw, kipek) dengan menggunakan suntikan
(yang disebut insul, yaitu alat suntuk untuk penderita kencing
manis) melalui intra venous atau intra muscluser
3) Cara merokok: bubuk heroin dicampurkan dengan
rokok/tembakau

Akibat penyalahgunaan Opioid adalah:

1) Problem fisik
a) Abses pada kulit sampai septickemia
b) Infeksi karena emboli, dapat sampai stroke
c) Endokarditis
d) Hepatitis (B dab C)
e) HIV/AIDS
f) Injeksi menyebabkan traumapada jaringan saraf local
g) Opiate neonatal abstinence syndrome
2) Problem Psikiatri
a) Gejala withdrawal menyebabkan perilaku agresif
b) Suicide
c) Depresi berat sampai skizofrenia
3) Problem sosial
a) Gangguan interaksi dirumah tangga sampai lingkungan
msyarakat
b) Perilaku kriminal sampai tindakan kekerasan
c) Gangguan perilaku sampai anti-sosial
4) Sebab-sebab kematian
a) Reaksi heroin akut meyebabkan kolaps-nya kardiovaskuler
dan akhirnya meninggal
b) Overdose, karena heroin menekan susunan saraf pusat,
sukar bernapas dan menyebabkan kematian
c) Tindak kekerasan
d) Bronchopneumonia
e) Endokardiris
c. Ganja
Gambaran klinis disebaabkan ganja tergolong kombinasi antara CNS-
depresant, stimulansia, dan halusinogetik. Bentuk umunya: serpihan daun
atau kembang ganja yang diperjual-belikan dalam bentuk lintingan, gram-
graman, kilo-kiloan, hingga berton-ton. Dikenal juga bentuk lain yaitu:
budha stick dan minyak ganja
Akibat penggunaan ganja adalah:
1) Problem fisik
a) Gangguan sistem reproduksi (infertilitas, menganggu
menstruasi , maturasi organ seksual, kehilangan libido,
impotensi)
b) Foetal damage selama kehamilan
c) Infeksi sistem pernafasan (sinusitis, bronchitis menahun)
d) Mengandung agen penyebab timbulnys sel-sel epitel
kanker: kanker paru, organ pernafasan bagian atas, saluran
pencernaan, leher dan kepala emphysema
2) Problem psikiatri
a) Gangguan memori sampai kesulitan belajar
b) Sindrom amotivasional
c) Ansietas, panik sampai reaksibingung
d) Psikosis paranoid sampai skizofrenia
e) Depresi berat sampai suicide
f) Apatis, perilaku antisosial
3) Problem sosial
a) Kesulitan belajar sampai dikeluarkan dari sekolah
b) Kenakalan remaja
c) Hancurnya academic or job performance sampai
kehilangan pekerjaan
d) Gangguan dalam mengendarai kendaraan, alat mesin
e) Terlibat problem hukum
4) Sebab kematian
a) Suicide
b) Infeksi berat
c) Tindak kekerasan (termasuk kecelakaan lalu lintas)
d. Kokain
Merupakan sejenis stimulansia yang kuat.Bentuk kokain yang biasanya
diperjual belikan di Indonesia dalam bentuk bubuk putih. Ada 3 cara
penggunaan kokain untuk memasukkan kedalam tubuh, yaitu:
1) Bubuk kokain langsung di inhalasi melalui lubang hidung dan
kemudian diabsorbsi kedalam pembuluh darah melalui mukosa
lubang hidung
2) Free-base cocain,adalah garam kokain yang dikonversikan dengan
larutan yang mudah menguap, setelah dipanaskan, uap di inhalasi
melalui bibir (seperti merokok), dengan cepat diabsorbsikan
melalui membrane alveoli paru
3) Garam kokain yang disuntikkan melalui intravenous
Akibat penyalahgunaan kokain adalah
1) Problem fisik
a) Dengan penggunaan snorting dapat terjadi komplikasi:pile
terus menerus, sinusitis, epistaksis, luka-luka pada rongga
hidung, perforasi septum nasi
b) Dapat menyebabkan : infeksi lokal pada kulit sampai
sistemik (virus, bakteri, parasit atau jamur), abses daerah
kulit, endokarditis bakteri, hepatitis (B dan C), HIV/AIDS
c) Inhalasi melalui meroko dapat menyebabkan radang
tenggorokan, melanoptysis atau sputum bebercak-bercak
darah, bronchitis kronis sampai pneumonia
2) Problem psikiatri
a) Toleransi dan ketergantungan. pengguna tidak mampu
mengendalikkan diri, dan untuk mencukupi kebutuhannya
ia mengonsumsi kokain dengan mencampurinya dengan zat
adiktif lain untuk mendapatkan efek yang diinginkan
b) Gejala fisik putus zat kurang dikenal. Namun secara mental
sangat merugikan, berupa agitasi, depresi fatigue ”high
craving” , cemas, marah meledak-ledak, gangguan tidur,
mimpi aneh, makan berlebihan, mudah tersinggung, mual,
otot-otot pegal hingga lethargy
3) Problem sosial
a) Problem interpersonal: separasi perkawinan sampai
perceraian, pertengkaran dalam rumah tangga
b) Problem finansial
c) Problem pekerjaan
d) Problem legal: ditahan, dihukum, hingga dipidana
4) Sebab-sebab kematian
a) umumnya karena overdosis
b) penyebaba kematian karena: kelumpuhan alat pernapasan \,
aritmia kordis, kejang berulang kali, mati lemas karena
merasa seperti dicekik, reaksi alergi, stroke,
e. Amfetamin dan turunannya
Adalah senyawa kimia yang bersifat stimulansia (lebih dikenal sebagai
Amphetamine Type Stimulants atau ATS) .amfetamin sulfat adalah sejenis
tablet amfetamin yang pada tahun 1960-1970 disalahgunakan oleh siswa
(tahan tidak tidur untuk belajar) dan untuk diet agar badan tetap langsing.
Cara penggunaan ATS tergantung pada jenis yang digunakan sebagai
berikut:
1) Amfetamin: dapat berupa tablet atau suntikan
2) Ecstasy : digigit dengan gigi sedikit demi sedikit kemudian ditelan
3) Shabu : uap yang dipanaskan melalui tabung air kemudian dihisap
melalui bibir (dengan bong plastik)

Akibat penyalahgunaan amfetamin adalah:

1) Problem fisik
a) Malnutrisi akibat defisiensi vitamin, kehilangan nafsu
makan
b) Denyut jantung meninggi sehingga membahayakan bagi
mereka yang pernah mempunyai riwayat penyakit
jantung
c) Hepatitis
d) HIV/AIDS bagi mereka yang menggunakan suntikkan
amfetamin
2) Problem psikiatri
a) Perilaku agresif
b) Confutional state, psikosis paranoid sampai skizofrenia
c) kondisi putus zat menyebabkan: lethargy, fatigue,
exhausted,serangan panic, gangguan tidur
d) depresi berat sampai suicide
e) halusinasi (terutama ecstasy dan shabu)
3) problem sosial
a) tindak kekerasan (berkelahi)
b) kecelakaan lalu lintas
c) aktivitas criminal
4) sebab kematian:
a) suicide
b) serangan jantung
c) tindak kekerasan
d) dehidrasi, sindrom keracunan air
f. Benzodiazepine
Benzodiazepine adalah golongan obat penenang atau sedatif yang
digunakan untuk membantu dalam menenangkan pikiran dan melemaskan
otot-otot. Devariat benzodiazepin dikenal dalam bentuk tablet dan
suntikan.
Akibat penyalahgunaan Benzodiazepin menimbulkan:
1) Problem fisik
a) Pengunaan suntikan dapat menyebabkan abses, infeksi
sistemik, hepatitis, HIV/AIDS
b) Gangguan gastrointestinal
c) Gangguan neurologic
d) Malnutrisi
2) Problem psikiatri
a) Perilaku agresif terutama dalam keadaan intoksitasi
b) Ansietas, panik, confusional state
c) Withdrawal state meninbulkan perilaku agresif dan
violence
3) Problem sosial
a) Menganggu interaksi dalam rumah tangga dan
lingkungn masyarakat
b) Problem marital
c) Tinggal kelas karena perilaku
d) Tindak pidana dan terlibat hukum
e) Penggunaan financial terganggu (boros dan tidak
menentu)
4) Kematian disebabkan
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Infeksi sistemik membawa kematian
c) Depresi berat sampai suicide
d) dehidrasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku seksual yang normal adalah yang dapat menyesuaikan diri bukan saja dengan
tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan diri sendiri dalam hal mencapai kebahagiaan
dan pertumbuhan. Normal dalam hal ini diartikan sehat atau tidak patologis dalam hal fungsi
keseluruhan. Sedangkan, seksual abnormal perbuatan seksual yang dikatakan menyimpang dan
perbuatan yang menyebabkan kebutuhan psikoseksual pada diri seseorang dapat mengancam
kesehatan atau kesejahteraan orang lain.
Ketergantungan obat mempunyai arti yang lebih luas dari pada istilah ketagihan atau adiksi
obat. Oleh karena itu WHO menyatakan definisi ketagihan obat sebagai suatu keadaan keracunan
yang periodik atau menahun, yang merugikan individu sendiri dan masyarakat . Jenis-jenis
ketergantungan obat
1. Alkohol
2. Opioid
3. Ganja
4. Kokain
5. Amfetamin dan turunannya
6. Benzodiazepine
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Afiierni. Siti Indriyanti. 2019. PERILAKU SEKSUAL PADA PELAKU KEKERASAN
SEKSUAL ANAK (Studi Kualitataif pada Pelaku Polres dan LAPAS Kelas IIA Kabupaten
Jember). Skripsi. Universitas Jember

Lesmana, Cokorda Bagus Jaya. 2017. BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS, ILMU
KEDOKTERAN JIWA.Udayana University Press. Bali

Utama. Hendra. 2010. BUKU AJAR PSIKIATRI. FAKUKTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS INDONESIA. JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai