PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
betina dengan cara pembedahan secara fisik atau menggunakan zat kimia. Pada
yaitu dengan cara memotong alat genital secara permanen. Hal ini menyebabkan
orang atau hewan tersebut mandul secara permanen. Seiring bertambahnya ilmu
antiandrogen ke tubuh seseorang atau dengan meminum pil. Zat antiandrogen ini
Tindakan kebiri ini lebih meminimalkan resiko kematian bagi objek yang
dikebiri. Efeknya pun tidak permanen, setelah beberapa waktu efeknya akan
1
Kebiri sebenarnya sudah dilakukan jauh sejak zaman dahulu dan dilakukan di
banyak negara seperti negara-negara Eropa, Timur Tengah, Asia Timur, Afrika,
dan Asia Selatan. Alasannya pun beragam, ada yang dilakukan oleh orang yang
memenangkan suatu pertempuran terhadap lawan yang mati sebagai tanda bahwa
ia menghabisi keperkasaan lawan. Ada juga karena alasan agama. Atau bisa juga
dilakukan kepada laki-laki yang akan bekerja atau menjadi pegawai istana.
Belum lama ini gencar terdengar rencana hukuman kebiri bagi pelaku
kejahatan seksual. Hal ini dipicu banyaknya kasus kejahatan seksual bahkan yang
seksual.
pidana Indonesia?
1.3 Tujuan
pedofilia.
2
3. Mengetahui apa yang menjadi landasan pengaturan hukuman kebiri dalam
1.4 Manfaat
kebiri.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kebijakan Pemerintah
mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas kompetensi aktor dan
lembaga yang bersangkutan dan secara formal. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, kebijkaan diartikan sebagi rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar dan dasar rencana dalam pelaksaan suatu pekerjaan, kepemimpinan
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, dan garis pedoman untuk manajemen dalam
tindakan atau kegiatan apa yang harus dikerjakan dalam rangka pencapaian
4
menyelenggarakan urusan, fungsi atau tugas pemerintahan. Disini ada konsep
konteks Indonesia, yang dapat diterima secara luas sebagai suatu kebijkan
pemerintah adalah yang termuat secara legal formal dalam bentuk peraturan
perundang-undangan.
dibedakan menjadi kebiri fisik dan kebiri kimia. Kebiri fisik dilakukan dengan
kebiri kimia, berbeda dengan kebiri fisik, tidak dilakukan dengan mengamputasi
testis. Pihak eksekutor akan memasukkan zat kimia antiandrogen yang dapat
seksual seseorang akan berkurang bahkan hilang sama sekali. Efek zat kimia ini
akan merusak dan menganggu fungsi organ tubuh lain, seperti otot yang
mengecil, tulang yang keropos, sel darah merah berkurang, dan fungsi kognitif
terganggu.
5
2.3 Dampak Kekerasan Seksual terhadap Psikologis Korban
dalam segala bentuk aktifitas seksual yang terjadi sebelum korban mencapai
batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan
dimana orang dewasa atau orang lain yang usianya lebih tua atau orang yang
baik secara fisik maupun emosional. Secara fisik korban akan mengalami
penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina
atau alat kelamin, beresiko tertular penyakit menular seksual, luka di tubuh akibat
bersalah dan menyalahkan diri, goncangan jiwa, bayangan akan kejadian dimana
lain, dan mimpi buruk. Selain itu muncul gangguan-gangguan psikologis seperti
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
mereka seperti keluarga harus ekstra melindungi dari pelaku kekerasan seksual.
Apabila perilaku demikian tidak dilakukan oleh keluarga maka ada kemungkinan
bahwa anak mereka dapat menjadi korban kekerasan seksual. Jika anak sudah
menjadi korban kekerasan seksual, dampak yang terjadi pada anak tidak hanya
luka pada vagina, melainkan terdapat banyak dampak lain yang dapat merusak
gangguan secara psikis. Secara fisik korban akan mengalami penurunan nafsu
makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak nyaman di sekitar vagina atau alat kelamin,
beresiko tertular penyakit menular seksual, luka di tubuh akibat perkosaan dengan
7
bagi para pelanggar kejahatan seksual atau mereka yang memiliki penyimpangan
seksual untuk memungkinkan mereka bisa kembali aktif berperan sebagai bagian
Kanada, dan Eropa untuk tindakan pengebirian kimiawi pada narapidana yang
tersangkut kasus pedofilia dan kekerasan seksual lainnya. Secara umum, terapi
hormon tampak sukses untuk beberapa pelaku kejatan seksual dan kelompok
penyimpangan mereka.
seksual, termasuk pada banyak pelaku kejahatan seksual. Dilansir dari ABC
kembali (terhadap aksi kekerasan seksual) bagi narapidana yang telah menerima
tindakan kebiri hanya sebanyak tiga persen jika dibandingkan dengan mereka
yang tidak dikebiri, yaitu risiko 46% lebih tinggi untuk mengulangi tindak
kejahatannya.
8
Dikutip dari Medical Daily, kurang dari 10 persen dari 626 pasien yang
tahun sejak menerima prosedur tersebut. Selain itu, dua studi terpisah dari Korea
bernegara, anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki peran strategis dalam
menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan agar
penuh tanggung jawab, maka dari itu perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun
sosial. Hal ini merupakan konsekuensi Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak
(1) Negara mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat atas
kehidupan
pengembangan anak
9
Tentunya, ketentuan tersebut berimplikasi bahwa negara dapat mengakomodasi
perkembangan anak secara optimal melalui adanya pengakuan hak-hak anak yang
dijamin secara konstitusional dalam UUD 1945 hasil perubahan pada pasal 28 B
ayat (2) tentang hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, negara dituntut untuk
diskriminasi yang dialami oleh anak, termasuk kekerasan yang dilakukan oleh
perkembangan anak secara fisik, mental, spiritual, moral, psikologis, dan sosial,
10
BAB IV
Pada penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa pelaku kekerasan seksual
harus dikebiri, karena tidak sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 B ayat (2) tentang
hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan
psikologis, dan sosial. Hukuman dikebiri dilakukan agar menimbulkan efek jera
4.2 Saran
11
dilahirkan sehingga
mempunyai hak atas
keberlangsungan hidupnya
untuk mendapat
perlindungan dan
perkembangan yang
optimal dari orang tua,
keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara.
Keterkaitannya dalam
kehidupan berbangsa dan
bernegara, anak
sebegai generasi penerus
bangsa memiliki peran
12
strategis dalam menjamin
kelangsunagn
eksistensi bangsa dan
negara pada masa depan
agar kelak mereka mampu
berpartisipasi
aktif dalam membangun
bangsa dengan penuh
tanggung jawab, maka
dari itu perlu
mendapat kesemapatan
yang sekuas-luasnya
untuk tumbuh dan
berkembang secara
13
optimal, baik fisik,
mental maupun sosial,
dan berakhlak mulia. Hal
ini merupakan
konsekuensi Indonesia
telah meratifikasi
Konvensi Hak Anak
pada tahun 1989,
sebagaimana dinyatakan
dalam pasal 6, yaitu:
(1) negara mengakui bahwa
setiap anak memiliki hak
yang melekat atas
kehidupan;
14
(2) negara menjamin akan
batas maksimal
kelangsungan hidup dan
pengembangan anak
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu
http://www.definisimenurutparaahli.com
https://www.researchgate.net
https://hellosehat.com
15