Anda di halaman 1dari 13

Pengantar Hukum Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PENGANTAR ILMU HUKUM DAN PENGANTAR HUKUM INDONESIA

KELOMPOK 3

Althaf Naqiya Syakura (2021001016)


Syaddan Syabirin (2018001006)
Agus Suryanto
Nawawi (2022001010)
Cut Sabrina (2022001007)
Ayu Fitriani (2022001002)

UNIVERSITAS ISKANDAR MUDA


FAKULTAS SYARIAH & EKONOMI ISLAM
HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan
Karunia-Nya serta nikmat yang begitu besar yang diberikan kepada kita semua terutama
nikmat kesehatan, sehingga makalah kami dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam kita curahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, Nabi yang
mengantarkan kita dari zaman kejahiliyahan menuju zaman islamiyah. Nabi yang
dianggp sebagai Uswatun Hasanah atau suri tauladan yang baik. Dalam makalah ini
kami akan membahas tentang “HUBUNGAN ANTARA PENGANTAR ILMU
HUKUM DAN PENGANTAR HUKUM INDONESIA”. Kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang kita inginkan. Oleh karena
itu, kami masih mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca,
demi penyempurnaan makalah ini dimasa-masa yang akan datang.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami
begitu juga kepada semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam penyusunan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca yang ingin lebih tahu tentang asas-asas perkawinan.

Banda Aceh, 3 Desember 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ········································································· I
DAFTAR ISI ··················································································· II
BAB I PENDAHULUAN ···································································· 1
A. Latar Belakang Masalah······························································ 1
B. Rumusan Masalah ····································································· 2
BAB II PEMBAHASAN ····································································· 3
A. Pengertian PIH dan PHI ······························································ 3
B. Tujuan Hukum ········································································· 5
C. Kaidah/Norma Hukum ······························································· 6
D. Subjek dan Objek Hukum ···························································· 7
E. Perbedaan PIH dan PHI ······························································ 7
F. Hubungan PIH dan PHI ······························································ 8
BAB III PENUTUP ············································································ 9
A. Kesimpulan ············································································ 9
DAFTAR PUSTAKA ········································································· 10

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di dalam masyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain.
Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya interaksi, kontak maupun
hubungan satu sama lain. Kontak dapat berarti hubungan yang menyenangkan
atau hubungan yang menimbulkan menimbulkan konflik ataupun pertentangan.
Mengingat akan banyaknya kepentingan tidak mustahil terjadi konflik
sesama manusia, karena kepentingannya itu bertentangan. Konflik atau
pertentangan terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar
kepentingannya seorang merugikan orang lain. Di dalam kehidupan masyarakat
hal itu tidak dapat dihindarkan.
Maka dari itu pentingnya masyarakat untuk mengenal hukum sebagai
kaidah pengatur norma-norma sosial lebih dalam agar konflik tersebut dapat
dihindarkan sehingga fungsi hukum untuk menjamin rasa aman di masyarakat
dapat terlaksana.
Hukum merupakan keseluruhan aturan maupun kaidah yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama yang mengatur mengenai tingkah laku dimana
dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan hadirnya suatu sanksi.
Hukum mengatur hubungan hukum yang terdiri dari ikatan-ikatan antara
individu dan masyarakat dan antara individu itu sendiri yang mana tercermin
dalam hak dan kewajiban. Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan
kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-
baiknya. Mengingat bahwa masyarakat itu sendiri dari individu-individu yang
menyebabkan terjadinya interaksi, maka akan selalu terjadi konflik atau
ketegangan antara kepentingan perorangan dan kepentingan perorangan dengan
kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik
itu sebaik-baiknya.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pegantar Ilmu Hukum?
2. Bagaimana Pengantar Hukum Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara Pengantar Ilmu Hukum dengan Pengantar
Hukum Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PIH dan PHI


1. Pengertian Hukum
Definisi hukum secara pasti, menurut Van Apeldoorn tidak dapat ditemukan 1.
Karena itu hampir setiap buku – buku tentang hukum menampilkan ragam perspektif
tentang definisi hukum. Meskipun demikian ada beberapa pakar hukum yang
memberikan definisi, diantaranya2 :
1. Menurut Prof. Mr E.M Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditunjukan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam
melakukan tugasnya.
2. Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan-himpunan peraturan-peraturan (perintah
– perintah dan larangan – larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
3. Menurut S.M Amin, SH, Hukum adalah kumpulan – kumpulan peraturan –
peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi – sanksi dan tujuan hukum adalah
menciptakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban terpelihara.
4. Menurut M.H. Tirtamidjaya, SH, Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus
dituruti dalam aturan tingkah laku tindakan – tindakan dalam perrgaulan hidup
dengan ancaman harus mengganti kerugian jika melanggar aturan.
Dari berbagai pendapat diatas, tidak ada pakar yang mendefinisakannya secara sama 3.
Yang sama dari semua definisi itu adalah unsur – unsur yang dimilikinya. Definisi
hukum meliputi unsur-unsur yang dimilikinya. Definisi hukum meliputi unsur – unsur
sebagai berikut :
1. Adanya peraturan dan tingkah laku manusia.
1
E. Utrech, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta, PT. Penerbitan Universitas 1966) Cet.
Ke 9 Hlm., 7
2
Prof. Hasanuddin AF, MA, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, PT Pustaka Al Husna Baru, 2004)
Hlm., 1
3
Ibid, Hlm., 2

3
4

2. Peraturan itu diadakan oleh badan – badan resmi yang berwajib.


3. Peraturan itu bersifat memaksa
4. Adanya sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan tersebut.

2. Pengertian pengantar ilmu Hukum


Antara hukum dan ilmu hukum itu berbeda. Kalau hukum sebagaimana di
definisikan di atas, lebih merupakan suatu produk pemikiran konstruksi dan
dijadikan acuan dalam praktek bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, sementara
ilmu hukum lebih merupakan metodologi atau cara memperlajari hukum. Hukum
sebagai suatu disiplin ilmu memiliki unsur – unsur lengkap sebagaimana syarat
sebuah ilmu pengetahuan4. Pengantar Ilmu Hukum kerap kali dinamakan
"Encyclopedia Hukum" dalam dunia studi hukum, yaitu matakuliah dasar yang
merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum.
Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut
dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, atau gambaran
dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum. Beberapa pakar telah
mendefinisikan Pengantar Ilmu Hukum diantaranya:
1. Menurut Dr. Soejono Dirjosisworo, PIH sering kali disebut juga ensiklopedia
hukum oleh dunia studi hukum yang merupakan pengantar (introduction atau
Inleiding) untuk ilmu pengetahuan hukum. Ilmu pengetahuan hukum berusaha
menjelaskan keadaan, inti, maksud, dan tujuan penting hukum, serta pertalian
antara bagian-bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum.
2. Menurut Prof. Dr Ahmad Sanusi, PIH termasuk dalam mata pelajaran dasar
(basis leervak). karena sebagai matapelajaran dasar itulah maka PIH bukan
matapelajaran berpraktik, sehingga jarang sekali diperlukan di dalam praktik
pada jabatan-jabatan negeri maupun swasta. Namun demikian sebagai
matapelajaran, PIH harus dikuasai oleh mereka yang ingin mempelajari cabang-
cabang ilmu hukum. Maka dari itu PIH tidak boleh dianggap kecil nilainya.

4
Prof. Hasanuddin AF, MA, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, PT Pustaka Al Husna Baru,
2004) Hlm., 3
5

Istilah Pengantar Ilmu Hukum pada dasarnya mengandung beberapa gambaran,


antara lain:

1. Memberikan suatu pandangan umum secara ringkas mengenai seluruh ilmu


pengetahuan hukum.
2. Memberikan suatu pandangan mengenai kedudukan ilmu hukum di samping
ilmu-ilmu yang lain.
3. Menjelaskan mengenai pengertian-pengertian dasar asas dan penggolongan
cabang-cabang hukum.

3. Pengertian Pengantar Hukum Indonesia


Pengantar Hukum Indonesia merupakan satu rangkaian dengan Pengantar
Ilmu Hukum. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia merupakan
dua mata kuliah yang merupakan satu kesatuan mata kuliah dasar bagi mahasiswa
yang akan mempelajari ilmu hukum. Pengantar Hukum Indonesia merupakan
terjemahan dari mata kuliah inleidingtot de recht sweetenschap yang diberikan di
Recht School (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum Batavia di jaman Hindia Belanda
yang didirikan pada tahun 1924 di Batavia (jakarta sekarang) istilah itupun sama
dnegan yang terdapat dalam undang-undang Perguruan Tinggi Negeri Belanda
Hoger Onderwijswet 1920.5
Pengantar Hukum Indonesia bertujuan memperkenalkan hukum pada
umumnya dan hukum di Indonesia pada khususnya, secara keseluruhan dalam garis
besar sebagai dasara dari pengetahuan hukum yang mengandung pengertian dasar
yang menjadi akar dari Ilmu Hukum.

B. Tujuan Hukum
Manusia ditakdirkan hidup bersama dengan manusia lainnya, sebagaimana
pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa “ manusia sebagai zoon politicon” artinya
manusia sebagai makhluk sosial dan politik sehingga dalam kehidupannya manusia

5
Ahmad Sanusi, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia (Bandung:
Tarsito, 1991), Hlm. 1.
6

tidak terlepas ari berhubungan dengan manusia lainnya.6 P.J. Bouman menyatakan
bahwa “mens door samenleveng met anderen” maksudnya manusia itu baru menjadai
manusia karena ia hidup bersama “de mens word eerst” dengan manusia lain. Manusia
memiliki kepentingan bersama, tetapi kadang kala antara satu dengan yang lainnya
terjadi perbedaan kepentingan dan dapat menimbulkan pertentangan. Akibatnya,
kekacauan dalam masyarakat sehingga perlu adanya aturan yang dapat
menyeimbangkan masing-masing kepentingan. Disinilah tujuan dari hukum, yaitu:

1. Terwujudnya keadilan
2. Terwujudnya kepastian hukum
3. Mempunyai kegunaan/manfaat

Jeremy Benthham mengemukakan teori tentang kegunaan hokum (utility of law), bahwa
hokum yang bertujuan mewujudkan apa yang faedah atau sesuai dengan daya guna.
Teori kepastian hokum ditinjau dari adanya hokum yang bersifat pasti memiliki
kekuatan hokum. Undang - undang keras tetapi sudah ditentukan demikian bunyinya.

C. Kaidah/Norma Hukum
Ada 4 macam norma atau kaidah,7 ada kaidah hukum dan kaidah non hukum:

1. Kaidah Agama: berasal dari wahyu Tuhan melalui para NabiNya terdapat
dalam kitab-kitabNya. Pelanggaran terhadap kaidah agama mendatangkan
sanksi dari Tuhan.
2. Kaidah Kesusilaan: aturan hidup manusia yang berasal dari hati nurani
manusia (geweten). Kesusilaan bergantung pada pribadi manusia. Kaidah
susila bersifat otonom (berasal dari dalam dirinya). Hukuman terhadap
pelanggaran kaidah kesusilaan adalah penyelesaian.
3. Kaidah Kesopanan: aturan hidup yang timbul dari pergaulan masyarakat
yang berlandaskan pada kepatutan, kepantasan, kebiasaan yang berlaku pada
masyarakat yang bersangkutan. Kaidah kesopanaan masyarakat satu sama
lain dapat berbeda.

6
CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: PN.Balai Pustaka,
1984), Hlm. 29.
7
CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Hlm. 84.
7

4. Kaidah Hukum: adanya paksaan dari aparat yang berwenang untuk


menegakkan hokum jika terjadi pelanggaran hokum.

Dari keempat kaidah tersebut, naik kaidah hukum maupun non hukum berkaitan sangat
erat. Kaidah hukum berfungsi untuk melengkapi kaidah non hukum.

D. Subjek dan Objek Hukum Indonesia


Subjek hukum PHI adalah setiap warga negara indonesia dan warga negara
asing yang bermukim di Indonesia, serta badan yang dibentuk berdasarkan hukum
Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan objek PHI merupakan segala benda yang
berada di wilayah Indonesia, baik benda bergerak maupun tidak bergerak dan benda
berwujud maupun tidak berwujud.8

E. Perbedaan PIH dan PHI


Terdapat perbedaan mendasar PIH dan PHI terletak pada objeknya. Objek
PIH adalah pertama, peraturan-peraturan hukum yang pada umumnya tidak terbatas
pada tempat dan waktu, sehingga cakupannya lebih luas dan umum.

Kedua, PIH adalah pengantar untuk memahami arti hukum, permasalahan di


bidang hukum, asas asas hukum, dan memberikan gambaran atau dasar mengenai sendi-
sendi utama dari hukum.9

Ketiga, PIH merupakan ilmu hukum secara integral dalam satu kerangka yang
menyeluruh sehingga dapat mempelajari hukum melalui sudut pandang disiplin ilmu
yang beraneka ragam. PIH memberikan konsepsi atau deskripsi lengkap dari mulai
pengertian, teori, dan segala aspek relevan mengenai hukum.

Keempat, PIH secara prinsip memperkenalkan hukum sebagai kesatuan yang


totalistik, integral, dan komprehensif.

8
Herlina Manullang, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Medan: Bina Media Perintis, 2019,
Hlm. 7.
9
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019,
Hlm. vii-viii.
8

Sedangkan objek PHI adalah peraturan-peraturan hukum yang berlaku di


Indonesia, atau disebut dengan hukum positif Indonesia.10 Dalam pengertian lain, objek
PHI adalah mempelajari atau menyelidiki hukum yang sekarang yang sedang berlaku
(ius constitutum) di Indonesia.

F. Hubungan PIH dan PHI


Walaupun terdapat perbedaan antara PIH dan PHI, namun kedua mata kuliah
atau bidang keilmuan ini memiliki hubungan yang erat, antara lain:11

1. Keduanya merupakan mata kuliah dasar keahlian yang mempelajari atau


menyelidiki hukum sebagai ilmu.
2. PIH merupakan dasar atau penunjang dalam mempelajari PHI. Artinya, PIH
lebih dahulu dipelajari sebelum mempelajari PHI.

10
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019,
Hlm. vii.
11
Herlina Manullang, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Medan: Bina Media Perintis, 2019,
Hlm. 9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PIH dan PHI merupakan dua cabang ilmu pengetahuan yang berbeda,
namun keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain. Perbedaan yang mendasar
dua cabang ilmu tersebut terletak pada ruang lingkup pembahasan, yakni PIH
merupakan ilmu dasar atau ilmu pengantar bagi Anda yang hendak mempelajari
PHI. Karena pada dasarnya, dengan mempelajari PIH, Anda akan bersinggungan
dengan prinsip, asas, tujuan hukum, pengertian ilmu hukum, dan ilmu hukum
secara fundamental. Sedangkan dalam mempelajari PHI, Anda secara spesifik
mempelajari hukum yang berlaku di Indonesia (hukum positif Indonesia).

9
10

DAFTAR PUSTAKA.

CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia

Hasanuddin AF, MA. Prof., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, PT Pustaka Al Husna
Baru, 2004)

Manullang Herlina, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Medan: Bina Media Perintis,
2019.

Syamsuddin Rahman, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Prenadamedia Group,


2019.

Sanusi Ahmad, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia
(Bandung: Tarsito, 1991)

Utrech. E, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta, PT. Penerbitan Universitas


1966)

Anda mungkin juga menyukai