Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA SEBAGAI DASAR HUKUM

NEGERA REPUBLIK INDONESIA

Di Susun
Oleh :

NAMA : M. REHAN
NPM : 230585201116
UNIT : I/B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun

isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, 22 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
BAB 1I PEMBAHASAN................................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum................................. 5
2.2 Kedudukan Pancasila sebagai Sumber Hukum................................. 6
2.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum...... 11
BAB III PENUTUP........................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
3.2 Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang
artinya adalah lima, dan “Syla” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila juga merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat
yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan. Dalam
pancasila, ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui. Kelima prinsip yang
ada dalam Pancasila tersebut kali pertama dicetuskan oleh Presiden RI, Soekarno,
pada 1 Juni 1945. Adapun lima prinsip yang dijadikan sila dalam Pancasila
tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mempunyai arti
bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan
hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu
berarti peraturan dan hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik
yang tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi).
Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan
mengikat semua Warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan
mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber pada
Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun
peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila.
Dari makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui atau memahami
konsep, hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara,
atau dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam kehidupan bernegara. Kita
sebagai generasi muda seharusnya berpartisipasi atau berjuang untuk mewujudkan
tujuan negara berdasarkan pancasila. Agar partisipasi kita di masa yang akan
datang efektif, maka perlu perluasan dan pendalaman wawasan akademik
mengenai dasar negara melalui mata kuliah pendidikan pancasila.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Itu Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum?
2. Apa pengertian kedudukan pancasila sebagai sumber hukum?
3. Apa Maksud dari Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber
Hukum?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar dan Pengertian Sumber Hukum


2.1.1 Pengertian
Para sarjana hukum, satu dengan yang lainnya berlainan, bahkan hingga
kini masih mencari-cari suatu definisi hukum yang dapat diterima oleh semua
kalangan. Sebagaimana dikemukakan oleh Van Apeldoorn bahwa, “tidaklah
mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah hukum itu, adalah sangat sulit
untuk dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan
kenyataan”. Bahkan hal itu tidak terlepas dari apa yang telah diucapkan Immanuel
Kant beberapa abad yang lalu bahwa, “tidak ada seorang sarjana hukumpun yang
mampu membuat satu definisi hukum yang tepat”.
Namun demikian, walaupun sulit untuk memberikan definisi hukum,
terdapat beberapa pakar hukum yang telah mencoba memberikan definisi hukum
dan hal itu penting untuk dicermati.
Berikut ini adalah definisi-definisi dari berbagai sumber atau pakar hukum :
1) Prof. Dr. Sudikno
Hukum : sekumpulan peraturan-peraturan atau kaidah dalam suatu
kehidupan bersama; keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang
berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi.
2) J.C.T Simorangkir, S.H.
Hukum : peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang
menentukan tingkah laku manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh
badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tadi
berakibat diambilnya tindakan dengan hukum tertentu.
3) Prof. DR. E. Utrech, S.H.
Hukum : himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang
mengatur tata tertib kehidupan bermasyarakat yamg seharusnya ditaati
oleh anggota masyarakat yang bersangkutan karena pelanggaran petunjuk
hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

6
4) Frans Magnis Suseno
Hukum : suatu sistem norma-norma yang mengatur kehidupan
masyarakat yang bersama dengan norma lain sebagai norma umum
kelakuan manusia.
5) Prof, Muchtar Kusumaatmadja
Hukum : seperangkat asas dan kaidah yang mengatur kehidupan

manusia dalam masyarakat dan meliputi juga lembaga (institusi) dan

proses yang mewujudkan berlakunya kaidah tersebut dalam kenyataan.

6) R.Soeroso,SH
Hukum : himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang
dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang
mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat
memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.
7) Abdulkadir Muhammad,SH
Hukum : segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang
mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
8) Drs.C.S.T.Kansil,SH
Hukum itu mengadakan ketata-tertiban dalam pergaulan manusia,
sebagai keamanan dan ketertiban terpelihara.
9) J.C.T.Simorangkir,SHdanWoerjonoSastropranoto,SH
Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang
dibuat oleh badan- badan resmi yang berwajib, pelanggaran-pelanggaran
yang dikenai tindakan- tindakan hukum tertentu.
10) Plato
Hukum merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun
baik yang mengikat masyarakat.
11) Aristoteles
Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi tetapi juga hakim

7
12) E.Utrecht
Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup - perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh
anggota masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.
2.1.2 Konsep Hukum
2.1.2.1 Konsep Hukum Hans Kelsen
Teorinya yang “murni” (the pure theory of law) bebas dari elemen-elemen
asing pada kedua jenis teori tradisional, teori tersebut tidak tergantung pada
pertimbangan-pertimbangan moralitas dan fakta-fakta aktual. Menurut kelsen,
filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh
ideologi politik dan moralitas disatu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu
pengetahuan disisi yang lain. Sedangkan hukum itu sendiri harus murni dari
elemen-elemen asing yang tidak yuridis. Inilah prinsip metodologis dasarnya dari
konsep Hans kelsen tentang konsep hukum murninya.
Hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsur
sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Kelsen memahami pure theory of law-nya
sebagai teori kognisi hukum, teori pengetahuan hukum. Ia berulang-ulang kali
menulis bahwa satu-satunya tujuan pure theory of law adalah kognisi atau
pengetahuan tentang objeknya. Tepatnya ditetapkan sebagai hukum itu sendiri.
Sebagai sebuah teori, ia terutama dimaksudkan untuk mengetahui dan
menjelaskan tujuannya. Teori ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan, apa
itu hukum dan bagaimana ia ada, bukan bagaimana ia semestinya ada. Ia
merupakan ilmu hukum (yurisprudensi), bukan politik hukum.
Pure Theory of law adalah teori hukum positif, hanya teori hukum positif,
dan bukan teori tentang sistem hukum tertentu. Pure Theory of Law adalah teori
hukum umum, bukan penafsiran norma-norma hukum Negara tertentu atau hukum
internasional. Namun dia menyajikan teori penafsiran. Positivisme hukum lahir
karena tekanan yang kuat pada fakta sebagai satu-satunya basis pembenaran atau
pertanggungjawaban. Dengan inspirasi dari empirisme filosofis, para pemikir
hukum abad ke-19 berusaha menjadikan hukum menjadi produk ilmiah. Itu

8
berarti, hukum dapat diterima apabila ilmiah. Hukum adalah karya ilmiyah. Untuk
itu hukum harus mendapatkan pembenarannya dan didukung sepenuhnya oleh
fakta empiris.
Bagi kelsen, hukum berurusan dengan bentuk (formal), bukan isi
(material). Jadi, keadilan sebagai isi hukum berada diluar hukum. Suatu hukum
dengan demikian dapat saja tidak adil, tetapi ia tetaplah hukum karena
dikeluarkan oleh penguasa.
2.1.2.2 Konsep Hukum Menurut H.L.A Hart
Konsep hukum hart yang dituangkan pada bukunya the concept of law,
menjelaskan bahwa pertama-tama hukum harus dipahami sebagai sistem
peraturan. Dengan pendapatnya bahwa hukum ternyata adalah suatu sistem
peraturan maka bisa di simpulkan ada sedikit kesamaan antara konsep hukun John
Austin, yaitu teori hukum murni yang memurnikan hukum dari anasir-anasir
asing.
Melihat dari pernyataan Hart bahwa pertama-tama hukum harus dipahami
sebagai suatu sistem peraturan, ia membagi dua dalam konsep hukumnya tentang
peraturan itu, yaitu:
a) Peraturan Primer
Peraturan primer terdiri dari standar-standar bagi tingkah laku yang
membebankan berbagai kewajiban. Peraturan-peraturan primer menentukan
kelakuan-kelakuan subjek-subjek hukum, dengan menyatakan apa yang harus
dilakukan, apa yang dilarang. Aturan yang masuk dalam jenis ini muncul sebagai
akibat dari kebutuhan masyarakat itu sendiri. Adapun kekuatan mengikat dari
berbagai aturan jenis ini didasarkan dari penerimaan masyarakat secara mayoritas.
b) Peraturan Sekunder
Aturan-aturan sekunder adalah sekelompok aturan yang memberikan
kekuasaan untuk mengatur penerapan aturan-aturan huhuk yang tergolong
kedalam kelompok yang sebelumnya atau aturan-aturan primer. Aturan-aturan
yang dapat digolongkan kedalam kelompok ini adalah aturan yang memuat
prosedur bagi pengadopsian dan penerapan hukum primer. Berisi pemastian

9
syarat-syarat bagi pelakunya kaidah-kaidah primer dan dengan demikian
menampakkan sifat yuridis kaidah kaidah-kaidah itu.

2.2 Kedudukan Pancasila sebagai Sumber Hukum


Pentingnya kedudukan Pancasila memberi kesadaran kepada bangsa
Indonesia untuk menjadikannya sebagai rujukan mutlak bagi tatanan
kehidupan baik dalam bersosial masyarakat, berpolitik, beragama, maupun
berhukum. Pada tatanan hukum Atau dalam berhukum, kedudukan Pancasila
dipertegas sebagai sumber tertib hukum atau yang dikenal dengan sebutan sumber
segala sumber hukum melalui Ketetapan MPR Nomor XX/MPRS/1966,
Ketetapan MPR Nomor V/MPR/1973, Ketetapan MPR Nomor
IX/MPR/1978. Maka dari itu, Pancasila menjadi sumber utama dalam tatanan
hukum sehingga walaupun terdapat begitu banyak sumber hukum maka
sumber hukum tersebut haruslah sesuai dengan Pancasila. Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum dimaksudkan sebagai sumber dari tertib
hukum negara Indonesia. Menurut Roeslan Saleh, fungsi Pancasila sebagai
sumber segala sumber hukum mengandung arti bahwa Pancasila berkedudukan
sebagai:
a. Ideologi hukum Indonesia,
b. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan
hukum Indonesia,
c. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia,
d. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa
Indonesia, juga dalam hukumnya.
Keberadaan Pancasila sebagai sumberdari segala sumber hukum kemudian
kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 Tentang Sumber
Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu
memuat tiga ayat:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk
penyusunan peraturan perundang-undangan

10
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagai mana tertulis
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa,
4. Kemanusiaan yang adi ldan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalampermusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia dan batang tubuh
Undang-UndangDasar1945.Pengaturan TAP MPR di atas lebih
memperjelas maksud dari istilah sumberhukum dalam sistem hukum di
Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum(tempat untuk
menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulisdan
tidak tertulis. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukumharuslah dimaknai bahwasannya Pancasila memiliki Peran
Istimewa dalamsistem ketatanegaraan dan sistem perundang-
undangan nasional, nilai-nilaipancasila yang tersusun secara
hierarkis bertingkat perlulah diyakini sebagainilai ideal yang
memiliki daya untuk mengatur kehidupan masyarakat
danmengusahakan pada tercapainya kesejahteraan yang hakiki.
Dengan demikiannilai yang terdapat pada pancasila haruslah dijadikan
patokan dan tolak ukurdalam penyusunan suatu produk hukum yang
ada, Pancasila dengan nilai-nilaiyang melekat padanya haruslah
menjadi kerangka konstruksi dalammembentuk hukum positif di
Indonesia, sehingga produk hukum yang adatidak hanya akan
memenuhi aspek kepastian melainkan juga
mampumengakomodir aspek lain yang terangkul dalam pancasila.

11
2.3 Pancasila Sebagai Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum
2.3.1 Pengertian

Dalam ilmu pengetahuan hukum,pengertian sumber dari segala sumber


hukum dapat diartikan sebagai sumber pengenal dan diartikan sebagai sumber
asal, sumber nilai-nilai yang menjadi penyebab timbulnya aturan hukum. Maka
pengertian Pancasila sebagai sumber bukanlah dalam pengertian sumber hukum
kenbron sumber tempat ditemukannya,tempat melihat dan mengetahui norma
hukum positif, akan tetapi dalam arti welbron sebagai asal-usul nilai, sumber nilai
yang menjadi sumber dari hukum positif. Jadi, Pancasila merupakan sumber nilai
dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya dibentuklah norma-norma hukum
oleh negara.
Pancasila sebagai sumber asal artinya tempat setiap pembentuk hukum di
Indonesia mengambil atau menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan untuk
tugasnya itu, dan merupakan tempat untuk menemukan ketentuan-ketentuan yang
akan menjadi sisi dari peraturan hukum yang akan di buat, serta sebagai dasar-
ukuran, untuk menguji apakah isi suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-
sungguh merupakan suatu hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara
Republik Indonesia.
Pengetian pancasila sebagai sumber dari segala hukum menurut kami
yaitu pancasila harus di jadikan pedoman bagi semua rakyat Indonesia agar
terciptanya perdamaian, dan tidak terjadi kerusuhan. Pancasila juga berfungsi
mengatur semua manusia agar hidup lebih baik.

2.3.2 Kedudukan Pancasila Sebagai Hukum Tertinggi


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia artinya
bahwa posisi Pancasila diletakkan pada posisi tertinggi dalam hukum di
Indonesia, posisi Pancasila dalam hal ini menjadikan pedoman dan arah bagi
setiap bangsa Indonesia dalam menyusun dan memperbaiki kondisi hukum di
Indonesia.

12
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum
sering disebut sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya
ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan Negara. Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur
penyelengaraan Negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk
proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Sebagai
dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma
serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar
baik tertulis atau UUD maupun tidak tertulis atau dalam kedudukannya sebagai
dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia maka
setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD
1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran.
Dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan
bangsa dan rakyat Indonesia, Pancasila menjadi landasannya, untuk itulah perlu
adanya tatanan dan tertip hukum dalam mengatur masyarakat dan Negara untuk
mencapai tujuan tersebut. Arah dan acuan tersebut tentunya harus berpijak pada
Pancasila.
Namun demikian dalam perjalanan Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia tentunya banyak mengalami pasang surut hal ini
disebabkan bahwa di era globalisasi saat sekarang ini banyaknya permasalahan
baru yang muncul ditanah air khususnya masalah korupsi, nepotisme, dan
masuknya budaya dari luar yang berdampak pada perubahan budaya dalam
masyarakat. Perubahan perubahan tersebut akan berdampak pada kehidupan baru
masyarakat yang tentu saja membawa konsekuen baru dari segi hukum di
Indonesia.

13
Maka hukum di Indonesia juga terus mengalami perubahan untuk
disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Masalah terorisme dan organisasi
kejahatan internasional menjadikan masalah baru bagi hukum kita untuk
menanggulangi, disinilah permasalah baru selalu muncul dan Pancasila harus
tetap menjadi pijakan bangsa Indonesia dalam menghadapi persolan persoalan
baru hukum.
Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah
sumber hukum dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber
hukum (tempat untuk menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang
tertulis dan tidak tertulis. Selain itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan utama
dari pembuatan segala macam peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, tidak
lagi ditemukan istilah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Hal
ini memang tidak mengganggu keberadaan Pancasila sebagai norma dasar yang
menginduki segala norma tetapi tentu mengurangi supremasi dan daya ikat
Pancasila dalam tatanan hukum. Dikatakan demikian, karena nilai-nilai Pancasila
seperti sebagai pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum dan cita-cita moral
tidak lagi mendapatkan legitimasi yuridis. Terutama, sistem hukum modern.
Sudah banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran positivisme hukum yang
hanya mengakui peraturan-peraturan tertulis. Untuk itu, adalah suatu kekeliruan
apabila tidak menerangkan secara eksplisit mengenai Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum. Menariknya, supremasi Pancasila dalam sistem hukum
kembali ditemukan dalam UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
PerundangUndangan. Pada Pasal 2 UU ini disebutkan “Pancasila merupakan
sumber segala sumber hukum negara”. UU tersebut kemudian diganti dengan UU
No. 12 Tahun 2011 yang mengatur tentang hal yang serupa. Pada Pasal 2 UU ini
tetap menegaskan hal yang sama sebagaimana dalam UU NO. 10 Tahun 2004
bahwa Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara. Dengan
demikian, keberadaan Pancasila kembali menjadi supreme norm dalam sistem
hukum negara Indonesia sehingga Pancasila sebagai suatu pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum maupun cita-cita moral bangsa terlegitimasi secara
yuridis.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah
bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku di
Indonesia, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Pancasila dapat dijadikan
wadah untuk mempersatukan segala kebudayaan, suku, ras, Bahasa, dan agama
yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Hal ini yang menjadikan Pancasila
sebagai norma dasar dalam mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur segala kegiatan
kehidupan bangsa dan negara yaitu untuk mewujudkan kehidupan yang
berdasarkan nilai-nilai agar tercipta negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Di dalam Pancasila terkandung
lima nilai yang menjadi pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.).
1995,Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.
Diponolo.G.S. 1975. Ilmu Negara Jilid 1. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Hatta, Mohammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta: Idayu Press.
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis, dan Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Mahfud, M D. 2009. “Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama”. Makalah pada
Kongres Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009
Muzayin. 1992. Ideologi Pancasila (Bimbingan ke Arah Penghayatan dan
Pengamalan bagi Remaja). Jakarta: Golden Terayon Press.
Notonagoro.1994. Pancasila Secara ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Oetojo Oesman dan Alfian (Eds). 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta: BP-7 Pusat,.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014. (2013).
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat
Jenderal MPR RI.

16

Anda mungkin juga menyukai