Anda di halaman 1dari 36

“Clash of

Worldview”
dalam Hukum
& Perundangan
di Indonesia

Dr.Dinar Dewi Kania, M.M, M.Sos


• Peneliti INSISTS Jakarta
• Direktur The Center for Gender Studies (CGS)
• Ketua Bidang Kajian dan Hukum AILA Indonesia
Table of contents

01 Islamic Worldview
Sebagai Framework
Kajian Hukum &
02 Isu Ketubuhan
Feminisme dalam
Perundangan di Indonesia
Perundangan di Indonesia

03 Pasal Kesusilaan
Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana
04 Pengaruh Agenda
Internasional
(KUHP) Dalam Perundangan
di Indonesia
01.
Islamic
Worldview
Sebagai Framework dalam Kajian
Hukum & Perundangan di Indonesia
ISLAMIC WORLDVIEW

Islamic Worldview (ru'yat al-Islami li al-wujûd) is “the Islamic


vision of reality and truth that appears before our mind's eyes
revealing what existence is all about:

It is the world of existence in its totally that Islam is projecting.


Worldview of Islam covers this world and the hereafter and
physical and metaphysical objects.

Sumber :Prof. Syed M. Naquib al-Attas

4
Islamic Worldview
Konsep Tuhan
Konsep Ilmu
Konsep moralitas/ etika
Konsep manusia
Konsep Kehidupan
Realitas Konsep Ukhuwah
Konsep Jihad
Konsep Alam Semesta
dsb

Sumber : Hamid Fahmy Z


Sumber :Prof. Alparslan Acikgenc
Whoa!
This can be the part of the presentation where you
can introduce yourself, write your email…

Sumber :Prof. Alparslan Acikgenc


Sumber :Prof. Alparslan Acikgenc
02.
Clash of
Worldview
Isu “Ketubuhan”
Feminisme
Dalam Perundangan di Indonesia
03.
“Clash of
Worldview” dalam
Pasal Kesusilaan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
JUDICIAL REVIEW PASAL-PASAL KESUSILAAN KUHP LAMA

Substansi pasal yang diuji terletak pada terbentuknya norma hukum baru yang
sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia. Mengenai tuntutan besarnya hukuman
tidak menjadi fokus dalam permohonan uji materiil pasal-pasal ini. Gambaran singkat
permohonan uji materiil KUHP adalah sebagai berikut :

• Pasal 284 adalah dengan menghapus frasa "telah kawin" sehingga definisi perzinaan
menjadi diperluas bukan hanya bagi orang yg sdh menikah saja.

• Pasal 285 menghapus frasa "wanita" sehingga makna perkosaan diperluas bukan
terhadap wanita saja tapi bisa terjadi terhadap laki laki.

• Pasal 292 menghapus frasa "dewasa" dan frasa "yang diketahuinya atau sepatutnya
harus diduganya belum dewasa" sehingga perbuatan cabul sesama jenis diperluas
tanpa melihat batasan usia. (sumber : AILA INDONESIA)
Argumen Ahli yang Menentang JR pasal 292 KUHP Cabul Sesama
Jenis

Sumber : Putusan MK No. 46/PUU-XIV/2016


ARGUMEN PENOLAKAN JR DARI PIHAK TERKAIT

Sumber : Putusan MK No. 46/PUU-XIV/2016


PIHAK TERKAIT YANG MENOLAK JR PASAL KESUSILAAN

Sumber : Putusan MK No. 46/PUU-XIV/2016


PIHAK TERKAIT YANG MENOLAK JR PASAL KESUSILAAN

Sumber : Putusan MK No. 46/PUU-XIV/2016


PIHAK TERKAIT YANG MENOLAK JR PASAL KESUSILAAN

Sumber : Putusan MK No. 46/PUU-XIV/2016


KUHP 2022
KUHP 2022
UHP 2022
KUHP 2022
KUHP 2022
KUHP 2022
KUHP 2022
KUHP 2022
04.
Pengaruh
Agenda
Internasional
Terhadap Perundangan di
Indonesia
Studi Kasus SDGs
• Agenda PBB 2030 (SDG’s) memang tidak mengikat bagi Negara-negara Anggota PBB;
namun hal tersebut berpengaruh besar pada hukum dan kebijakan di seluruh dunia.
• Sejumlah tujuan dan target-targetnya menyerukan perubahan undang-undang dan
kebijakan nasional. Dan sekilas, sebagian besar tujuan dan target SDG tampaknya
tidak kontroversial sama sekali.
• Misalnya, Tujuan 1 dan 2 berusaha memerangi kemiskinan dan kelaparan. Tujuan 6, 7,
8, 9, 12 dan 17 berusaha untuk mempromosikan kemitraan global dan untuk
mengatasi air, sanitasi, energi, pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, industrialisasi,
inovasi, pola konsumsi dan produksi, perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan
pengelolaan lautan, laut, hutan dan daratan.
• Namun, sejumlah tujuan lainnya, memiliki target yang bisa sangat bermasalah,
tergantung pada bagaiman tujuan/ target tersebut ditafsirkan atau
diimplementasikan. Sumber : Laporan Family Watch International
• Sejumlah negara membuat reservasi dan mengeluarkan pernyataan posisi resmi tetapi hanya
pada beberapa dari banyak istilah samar yang digunakan dalam SDGs.
• Tidak ada negara yang mereservasi semuanya, bahkan banyak negara tidak mereservasi
apapun. Reservasi yang dilakukan sejumlah negara pun masih tidak
cukup untuk melindungi warganya dari desain entitas pelaksana dan pemantauan yang didanai
oleh para pengusung agenda kontroversial tersebut.
• Yang sangat memprihatinkan adalah kenyataan bahwa pada saat tujuan dan target SDG
disepakati oleh Negara-negara Anggota, ratusan indikator yang akan digunakan untuk
mengukur kemajuan dalam mencapai SDGs masih belum ditentukan. Dan di sinilah letak
salah satu masalah utama.
• Karena aktivis anti-keluarga tidak dapat mengadopsi ideologi dan posisi mereka selama
negosiasi SDG yang transparan, atau dalam banyak kasus, proposal kontroversial mereka
(seperti referensi tentang aborsi, hak seksual, orientasi seksual, identitas gender, dan
pendidikan seksualitas yang komprehensif (CSE), langsung ditolak oleh negara-negara,maka
mereka beralih ke memanipulasi indikator untuk mencapai tujuan mereka.

Sumber : Laporan Family Watch International


Bahkan, sejumlah indikator kontroversial telah diusulkan,
dan banyak lagi yang kemungkinan akan diusulkan dan
diadopsi selama 15 tahun ke depan.
Misalnya, indikator telah diusulkan untuk mengukur (i) sikap
anak-anak terhadap masalah LGBT, (ii) akses ke aborsi dan
layanan kesehatan reproduksi yang tersedia untuk anak-
anak tanpa persetujuan orang tua, dan (iii) penerapan
pendidikan seksualitas komprehensif (CSE) yang
kontroversial atau program "hak asasi manusia".
“Also of concern are the actions of UN experts, various UN agencies, and
treaty bodies (UN committees that monitor the compliance of Member
States) that are increasingly acting outsideof their mandates to advance
controversial sexual and abortion rights that, again, have been repeatedly
rejected by Member States. These entities continue to vie for positions of
authority and influence in the SDG monitoring process to advance their
controversial agendas. Increasingly, UN entities are violating the UN
Charter, which clearly states that it does not authorize “the United Nations
to intervene in matters which are essentially within the domestic jurisdiction
of any state ...” (UN Charter, Article 2.7).” (Family Watch International)
Problematic Terms Conducive to Promoting the
LGBT Agenda (The trojan horse)
Istilah / Terminologi Bermasalah Tujuan / Target SDGs

Kesetaraan Gender Tujuan ke-5


Inklusif/ Inklusi Tujuan ke-4, 8, dan 16
Kebebasan Fundamental Target 16.10, agenda 2030 paragraf 19
Diskriminasi Target 16.b, hukum yang non diskriminasi, Target
10.3
Status Lainnya (Other Status) Termasuk orientasi seksual & identitas gender,
target 10.2 pada tahun 2030
Ketidaksetaraan (di dalam dan di Tujuan ke 10, ketidaksetaraan gender, agenda
antara negara) 2030 paragraf 14
Hak Seksual dan Hak Reproduksi Target 3.7 tahun 2030
Pendidikan yang Inklusif Tujuan ke-4, berpotensi mempromosikan
Comprehensive Sexual Education (CSE) yang
kontroversial Sumber : Laporan Family Watch International
Jazakumullah
Khairan
Do you have any questions?
dinar.insists@gmail.com

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai