DISUSUN :
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-
Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, sehingga makalah “ Aspek Etik dan Hukum Pada Lansia ” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
Penulis menyadari makalah bertema etik dan hukum pada lansia ini masih
perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis
terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia.
2. Mahasiswa mengetahui prinsip legal etik keperawatan gerontik.
3. Mahasiswa mengetahui landasan hukum di Indonesia
4. Mahasiswa mengetahui euthanasia.
5. Mahasiswa mengetahui arahan keinginan penderita (advance directive).
6. Mahasiswa mengetahui Pemberian Peralatan Perpanjangan Hidup (Life Sustaining
Device)
7. Mahasiswa mengetahui perintah tidak Me – Resusitasi ( PTR ).
BAB II
PEMBAHASAN
Kedudukan, hak dan kewajiban lanjut usia tertuang dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat
(2) dan Pasal 28 huruf H ayat (3), Pasal 34 ayat (1) dan (2) yang mengatur mengenai hak-
hak Warga Negara dalam mewujudkan kesejahte- raan sosial. Adapun isu hukum artikel
ini adalah bagaimana konsep state responsibility dalam perlindungan kesejahteraan lanjut
usia dan apakah bentuk perlindungan hukum terhadap lanjut usia. Artikel ini
menggunakan metodologi yuridis normatif, dengan pendekatan peraturan perundang-un-
dangan (statute approach) dan pendekatan konseptual ( conseptual approach).
2.4. Euthanasia
2.4.1. Pengertian Euthanasia
Euthanasia merupakan upaya untuk mengakhiri hidup seseorang ketika
mengalami sakit yangtidak dapat disembuhkan, guna mengakhiri penderitaannya.
2.4.2. Klasifikasi Euthanasia
1. Menurut hukum islam
Dalam hukum Islam, pembunuhan dikenal ada tiga macam, yaitu:
a. Pertama, pembunuhan sengaja (Alqathl al-’amd), suatu perbuatan
yang direncanakandahulu dengan menggunakan alat dengan
maksudmenghilangkan nyawa.
3. Pro-Kontra Eutanasia
Muncul kontroversi yang menyangkut isu etika euthanasia (perilaku sengaja
dan sadar mengakhiri hayat seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat
disembuhkan) tidak saja santer didiskusikan di kalangan dunia medis, akan tetapi
telah merambah kemana-mana terutama para ulama Islam.
Meskipun di dalam hukum Islam itu belum ada kejelasan atau ketidakpastian
dalam menentukan apakah euthanasia termasuk jarimah (dosa) atau bukan,akan tetapi
dalam hal euthanasia aktif yang dilakukanhanya berdasar inisiatif dokter sendiri tanpa
adanya persetujuan dari pasien. Sekiranya dapat dimasukkan dalam kategori jarimah
pembunuhan, dan pelaku dimungkinkan untuk dihukum sesuai dengan hukum
jarimah yang ada. Pendapat demikian didasarkan atas pertimbangan karena perbuatan
itu telah memenuhi syarat-syarat untuk dapat dilaksanakan dalam qishash,antara lain:
1. Pembunuhan adalah orang yang baligh,sehat, dan berakal.
2. Ada kesengajaan membunuh.
3. Ikhtiyar(bebas dari paksaan).
4. Pembunuh bukananggota keluarga korban.
5. Jarimah dilakukan secaralangsung (Ahmad Azar Basyir, 2001:16).
Salah satu aspek etika yang penting dan tetap controversial dalam pelayanan
geriatri adalah penggunaan perpanjangan hidup, antara lain ventilator dan upaya
perpanjangan hidup yang lain (resusitasi kardio-pulmoner dll). Pada penderita dewasa
muda hal ini sering kali tidak menjadi masalah, karena sering diharapkan hidup
penderita masih akan berlangsung lama bila jiwanya bisa ditolong. Pada usia lanjut
apalagi kalau penyakitnya sudah meluas (advanced) pemberian peralatan tersebut
seringkali diperdebatkan justru merupakan tindakan yang “kejam” (futile treatment).
Dikatakan sebagai "kekejaman fisiologik" bila terapi/tindakan yang diberikan
tidak akan memberikan perbaikan sama sekali pada kesehatan penderita. Kekejaman
kuantitatif bila tindakan atau terapi tampaknya tidak ada gunanya. Kekejaman
kualitatif bila terapi atau tindakan perpanjangan kualitas hidup penderita.
Walaupun sering menimbulkan tanggapan emosional dari keluarga, penghentian
peralatan perpanjangan hidup (ventilator dsb) harus diberi pertimbangan yang sama
dengan pertimbangan apakah alat tersebut perlu dipasang atau tidak. Pemasangan alat
ini tidak dengan sendirinya menghalangi untuk suatu saat menghentikannya bila
dianggap tidak ada gunanya lagi.
2.7. Perintah Tidak Me – Resusitasi (PTR)
Di Indonesia hal ini belum banyak dikenal, akan tetapi di negara-negara maju perintah
do not resuscitate atau yang disingkat DNR merupakan keadaan yang biasa dikerjakan
terutama pada penderita terminal. Perintah seperti ini bisa saja diadopsi di Indonesia, dengan
memperhatikan diagnosis dan keadaan umum penderita. Pada penderita dengan mati batang
otak (MBO) apalagi sebelumnya sudah didiagnosis dalam keadaan penyakit terminal, dokter
harus berani mengkomunikasikan dengan keluarga kemungkinan PTR, dengan pertimbangan
sosial-ekonomi maupun penderitaan penderita atau keluarganya.
Walaupun demikian harus diperhatikan bahwa perintah tidak me-resusitasi ini tidak
dan bukan merupakan perintah untuk tidak mengerjakan apa-apa. Artinya, upaya untuk
memberikan rasa nyeri dan rasa sangat sesak masih tetap dilakukan walaupun pada saat
terakhir kehidupan penderita.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga
etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang
holistic yang ditujukan kepada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etik keperawatan adalah istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain khususnya dalam memberikan suatu
pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk
bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada klien lanjut usia
baik sehat maupun sakit pada tingkat individu.
3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang aspek legal dan etik dapat
terus di kembangkan dan diterapkan dalam bidang keperawatan gerontik.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),
Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
R, Rully. 2002. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Lansia di RSU dalam Perspektif HAM.
Jakarta: Harian Suara Pembaharuan.