Pembimbing :
Oleh :
2014730006
Keluhan Tambahan
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak ± 2 hari smrs sebanyak 4
kali sehari awalnya berwarna coklat kehitaman sekarang berwarna
kekuningan terdapat sedikit ampas, namun tidak disertai lendir dan darah
tetapi berbau busuk. Pasien juga mengeluh nyeri perut terasa melilit,
mual disertai dengan muntah-muntah 10 kali, muntah berisi makanan
yang dimakan. Selain itu pasien juga mengeluh demam, lemas karena
terus menerus bolak-balik ke kamar mandi dan kepala terasa pusing.
Buang Air Kecil tidak ada gangguan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pulmo
Hematologi
Hematokrit 33 % 35 - 47
MCH 81 Fl 80-100
MCV 27 Pg 26-34
1.7 Assessment/Pembahasan.
Gastroenteritis akut
Menurut saya berdasarkan hasil pemaparan pasien berupa wawancara medik
dan pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan pada kasus ini
didapatkan:
BAB cair sebanyak 4x/hari,berbau busuk
Mual
Muntah
Nyeri perut lemas
Pusing
Saya memutuskan bahwa kasus ini diagnosisnya adalah Gastroenteritis akut e.
c. Bacterial Infection serta diagnostic definitif yang mendukung adalah hasil
laboratorium darah serta rencana selanjutnya adalah pemeriksaan kultur feses.
Dehidrasi Ringan
Menurut saya berdasarkan hasil pemaparan pasien berupa wawancara medik
dan pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan pada kasus ini
didapatkan:
Lemas
Mukosa bibir kering
Akral dingin
Saya memutuskan bahwa kasus ini diagnosisnya adalah Dehidrasi Ringan
Hipokalemi
Menurut saya berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan pada kasus ini didapatkan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
kalium 2,7 mEq/L
Saya memutuskan bahwa kasus ini diagnosisnya adalah Hipokalemi serta
diagnostic definitif yang mendukung adalah hasil laboratorium darah serta
rencana selanjutnya adalah pemeriksaan elektrolit ulang 24 jam..
09/10/201 BAB cair sudah TD : 110/70 mmHg, GEA dengan IVFD RL 1500 cc/4 jam
8 berkurang, nyeri N : 78 x/menit, RR : Hipokalemia
perut berkurang, 20 x/menit, S : Inj ranitidin 2 x25 mg
muntah (-), 36,6°C
mual (+), pusing nyeri tekan er
(+) epigastrium (+) Inj ondancentron 3 x 8
mg(bila perlu)
Ofloxacin 2 x 400 mg po
KSR 3 x 500 mg
10/10/201 BAB cair sudah TD : 120/80 mmHg, GEA dengan IVFD 2200 cc/24 jam
8 berkurang, nyeri N : 88 x/menit, RR : Hipokalemia
perut (-), mual 20 x/menit,S : Inj ranitidin 2 x25 mg
(+), pusing (-) 36,3°C
Inj ondancentron 3 x 8
mg(bila perlu)
Ofloxacin 2 x 400 mg po
KSR 3 x 500 mg
11/10/201 mual (+) TD : 110/80 mmHg, GEA dengan IVFD 2200 cc/24 jam
8 N : 84 x/menit, RR : Hipokalemia
20 x/menit, S : Inj ranitidin 2 x25 mg
36,2°C
Inj ondancentron 3 x 8
mg(bila perlu)
Ofloxacin 2 x 400 mg po
KSR 3 x 500 mg
1.10 Kesimpulan
Diagnosis akhir: Gastroenteritis akut e.c. bacterial infection dengan
Hipokalemi
a) Edukasi:
- Istirahat yang cukup.
- Makan secara teratur pada jam tertentu serta menjaga
kebersihan makanan
- Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan
- Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
- Memasak makanan dan air minuman hingga matang
- Menjaga personal hygine terutama saat BAB dan BAK
b) Prognosis:
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanactionam : ad bonam
CLINICAL MANAGEMENT DEHIDRASI DAN GASTROENTERITIS AKUT
REHIDRASI INISIAL SELAMA 4 JAM REHIDRASI RUMATAN SELAMA 24 JAM
Pukul 12.00 WIB REHIDRASI INISIAL Pukul 18.00 WIB REHIDRASI RUMATAN Pukul 18 .00 WIB
SKOR DALDIYONO : 4
TERAPI DEHIDRASI:
Jenis Cairan: Ringer Laktat
Jumlah Cairan :
o Rehidrasi Inisial: Berdasarkan Skor Daldiyono, pemberian cairan : 1050cc/2 jam pertama, 450 cc/2 jam berikutnya
o Rehidrasi rumatan : 2200cc/24 jam
TERAPI GASTROENTERITIS AKUT:
Inj ranitidin 2 x25 mg
Inj ondancentron 3 x 8 mg(bila perlu)
Ofloxacin 2 x 400 mg po
TERAPI HIPOKALEMIA: Kadar kalium pasien : 2,7 mEq/L dapat diberikan KSR 3 x 500mg po
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GASTROENTERITIS
1. DEFINISI
Gastroenteritis adalah peradangan selaput lendir saluran
gastrointestinal yang ditandai dengan diare dengan atau tanpa muntah.
Diare juga dapat didefinisikan dari berat tinja lebih dari 200 gram per hari
atau 200 ml/24 jam. definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali perhari.
Diare akut dapat didefinisikan sebagai perubahan pada frekuensi
buang air besar menjadi lebih sering dari normal atau perubahan
konsistensi feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya dalam waktu
kurang dari 14 hari. Umumnya disertai dengan segala gangguan saluran
cerna yang lain seperti mual, muntah dan nyeri perut, kadang-kadang
disertai demam, darah pada feses serta tenesmus (gejala disentri).
Sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. EPIDEMIOLOGI
Virus
Rotavirus, Adenovirus, Norwalkvirus, Norwalk like virus,
cytomegalovirus (cmv),Echovirus,virus HIV.
Pada infeksi virus bersifat Non-inflamasi, tidak menginvasi
mukosa, BAB cair, tidak ditemukan adanya lekosit feses.
Parasit
- Akibat infeksi parasit di usus halus yang disebabkan oleh
Giardia lamblia, Cryptosporidium, biasanya bersifat non
inflamasi, tidak menginvasi mukosa, BAB cair, tidak
ditemukan leukosit feses.
- Akibat infeksi parasit di kolon yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica, biasanya bersifat inflamasi, dapat
menginvasi mukosa, diare berdarah, ditemuakan adanya
leukosit feses.
Worm
A.lumbricoides, cacing tambang, trichuris trichiura,
S.stercoralis, cestodiasis dll.
Fungus : kandida/moniliasis
2. Perenteral
Otitis media akut (OMA), pneumonia. Traveler’s diarrhea :
E.coli, Giardia lamblia, Sigella, Entamoeba histolitica dll.
b. Non Infeksi
a. Makanan :
- Intoksikasi makanan : makanan beracun atau
mengandung logam berat, makanan mengandung
bakteri/toksik : clostridium perfringgens, B.cereus,
S.aureus, Streptococcus anhaemolyticus dll.
- Alergi : susu sapi, makanan tertentu.
- Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat monosakarida
(glukosa, laktosa, galaktosa), disakarida, (sakarosa,
laktosa), lemak : rantai panjang trigleserida protein : asam
amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein
intolerance, cows milk, vitamin dan mineral.
b. Imunodefesiensi : hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia (bruton), penyakit granulomatose
kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA
heavycombination
c. Terapi obat . antibiotik,kemoterapi, antasid, dll
d. Tindakan tertentu seperti gastrektomi
,gastroenterostomi,dosis tinggi terapi radiasi.
e. Lain-lain: sindrom Zollingger-ellison,neuropati automik
(neuropati diabetic).
Keadaan Resiko dan kelompok risiko tinggi yang mungkin
mengalami diare infeksi :
1. Baru saja berpergian/ melancong : ke negara berkembang, daerah
tropis, kelompok perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang
sering berkemah
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: makanan laut dan
shell fish, terumata yang mentah, rumah makan cepat saji
3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko
infeksi HIV
4. PATOFISIOLOGI
a. Diare Osmotik
5. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala
kliniktergantung penyebab yang mendasari.diare karena penyakit usus
halus biasanya berjumlah banyak, diare air dan sering berhubungan
dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena
kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan
diare infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri
abdomen, demam, tinja yang yang sering, bisa air, malabsorptif, atau
berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Pasien yang memakan
toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas
mengalai nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan
diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa
jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan
karena toksin yang dihasilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa
usus, seperti giardia lamblia dan cryptosporidium, biasanya menyebabkan
rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin
berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas, dan kembung.
Dengan mengetahui riwayat penyakit, dapat membantu untuk menegakan
diagnosis, sehingga penting menanyakan hal-hal berikut :
- Onset,
Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum, kesadaran, status gizi, tanda vital (tensi, nadi,
laju respirasi, suhu);
- Status hidrasi
Pada kasus dengan dehidrasi atau toksisitas berat atau diare yang
berlangsung lebih dari beberapa hari perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain
seperti pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar elektrolit serum, ureum dan
kreatinin, pemeriksaan tinja dan ELISA (Enzym linked immunosorbent
Assay) mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis dan foto x-ray
abdomen.
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan
hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi
bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invafsif ke mukosa, memiliki
leukoositosis dengan kelebihan sel darah putih muda. Neutropenia dapat
timbul pada aalmonellosis.
Ureum dan kreatinin untuk memeriksa adanya kekurangan volume
cairan dan mineral tubbuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat
adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,
cacing dan parasit pada dewasa.
Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3
bulan sebelumnya tau mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa
tinja untuk pengukuran toksin Clostridium difficile.
Retroskopi atau sigmoidkopi perlu dipertimbangkan pada pasien-
pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien diare akut
persisten. Sigmoidooskopi mungkin adekuat pada pemeriksaan awal. Pada
pasien AIDS kolonoskopi perlu dipertimbangkanuntuk melihat penyebab
infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan. Biopsi mukosa dilakukan
apabila mukosa terlihat inflamasi berat.
No PEMERIKSAAN SKOR
1 Muntah 1
2 Vox 2
3 Apatis 1
4 Somnolent (Soporous) 2
5 Tekanan darah 60-90 mmHg 1
6 Tekanan darah < 60 mmHg/tak teratur 2
7 Nadi ≥ 120 x/menit 1
8 Nafas ≥ 30 x/menit 1
9 Turgor kurang 1
10 Facies cholerica 2
11 Ekstremitas dingin 1
12 “Washer woman’s hand” 1
13 Cyanosis 2
14 Umur antara 50 – 60 tahun -1
15 Umur > 60 tahun -2
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya
diberikan cairan peroral (sebnyak mungkin sedikit demi sedikit),
bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan cairan
per intravena.
Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan
pada orang dewasa dapat melalui oral dan intravena. Untuk
pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya
berkisar antara 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Na bikarbonat
dan 1,5 gr KCl per liter air, contoh oralit generik, renalyte, pharolit,
dll. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket
yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti
dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok
teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua
pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.
Cairan per oral juga digunakan untuk mempertahankan hidrasi
setelah rehidrasi inisial.
2. Terapi Etiologik
INFEKSI
Bakteri (Contagious acute gastrointestinal infection – NEJM 2004).
E. coli patogen (EPEC), toksigenik (ETEC), hemoragik (EHEC).
Kuinolon (siprofloksasin [500mg BID], norfloksasin [400mg BID],
levofloksasin [500mg OD]).
Salmonella sp.
Kloramfenikol (500mg QID), Tiamfenikol (50mg/kg BBdosis
terbagi QID).
Shigella sp.
Kuinolon (Siprofloksasin [500mg BID], norfloksasin [400mg
BID], levofloksasin [500mg OD]).
Campylobacter jejunii
Kuinolon (Siprofloksasin [500mg BID],
norfloksasin,levofloksasin [500mg OD]).
Makrolid (Eritromisin [500mg BID 5 hari]).
Vibrio cholera
Tetrasiklin (500mg QID 3 hari).
Clostridium difficile
Oral metronidazol (250-500mg QID 7-14 hari).
Probiotik
Yersinia enterocolytica
Aminoglikosida (Streptomisin IM 30mg/kgBB/24 jam, BID 10
hari).
Virus
Tidak diberikan antivirus, hanya terapi suportif dan simtomatik.
Parasit
Giardia lamblia : Metronidazol (250-500mg QID 7-14 hari).
Kriptosporidium
Paromomisin (4g/24 jam dosis terbagi) plus Azitromisin (500mg dosis
tunggal dilanjutkan 250mg OD selama 4 hari).
Entamoeba histolitika
– Metronidazol (250-500mg QID 7-14 hari).
– Tinidazol (2g/24 jam 3 hari).
– Seknidazol (1,5g/24 jam selama 5 hari).
– Paromomisin (4g/24 jam dosis terbagi).
Isospora belii
– Kotrimoksazol (forte tab 160mg+800mg BID 7-10hari).
Jamur (pada pasien dengan penyakit penyerta HIV/AIDS).
Biasanya antifungal diberikan secara intravena terlebih dahulu,
dilanjutkan oral tergantung keadaan umum.
NON INFEKSI
Intoleransi laktosa
– Stop dan hindari makanan yang mengandung laktosa.
– Pemberian enzim laktase buatan (lactaid).
– Probiotik (untuk merangsang pembentukan laktase).
Alergi dan hipersensitivitas makanan (alergi makanan laut,
kacang, telur)
– Hindari makanan/minuman yang mengandung alergen.
– Kortikosteroid dan antihistamin.
Intoleransi makanan (contoh kapsaisin/cabe, asam cuka).
– Hindari makanan/minuman yang menimbulkan intoleransi.
Fase akut sindrom usus iritabel (irritable bowel syndrome).
– Antiansietas.
– Antispasmodik (Buscopan® 20mg, 2-3x/hari, maksimum
100mg/24 jam).
Fase akut tirotoksikosis
– Atasi tirotoksikosis.
– Simtomatik.
Fase akut penyakit usus inflamatorik (inflammatory bowel disease)
– Antiinflamasi (5-ASA dan kortikosteroid)
3. Terapi Simtomatik
2. Etiologi
Penyebab Hipokalemia diantaranya ialah:
a. Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium
tubuh. Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan
kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet
menghasilkan deplesi cadangan kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi
tanggapan yang sesuai dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme
regulasi ini hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada
umumnya, jika asupan kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat
moderat. Berkurangnya asupan sampai <10 mEq/hari menghasilkan defisit
kumulatif sebesar 250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-8% kalium total tubuh) dalam
7—10 hari4. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal.
Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari,
sedangkan lansia yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat
cukup kalium dalam diet mereka3.
b. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis
Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat
yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
c. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar
dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai
pada pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain
yang bisa mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction),
muntah-muntah, fistula, dan transfusi eritrosit.
d. Kehilangan K+ Melalui Ginjal
Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa menguras
cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang terbanyak
dilaporkan menyebabkan hipokalemia.
2. Derajat Hipokalemia
Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai kadar serum antara 2,5--3 mEq/L,
sedangkan hipokalemia berat didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L.
Hipokalemia yang < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan
mengancam jiwa.
3. Diagnosis
Untuk memastikan hipokalemia, akan dilakukan serangkaian pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang, seperti kadar K dalam serum kurang
dari 3.5 mEq/L, kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam, kadar Mg dalam serum,
analisis gas darah, dan terdapat gelombang U pada elektrokardiografi (EKG).
4. Penatalaksanaan Hipokalemia
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan,
perlu disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa
menyebabkan hipokalemia, misalnya insulin dan obat-obatan. Status asam-basa
mempengaruhi kadar kalium serum.
Koreksi dilakukan berdasarkan kadar kalium, yaitu:
1. Kalium 2,5 – 3,5 mEq/LBerikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi
tiga dosis.
2. Kalium <2,5 mEq/L
Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis:
a. [(3,5 – kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam, dalam 4
jam pertama.
[(3,5 – kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mE/ kgBB/24jam), dalam
20 jam berikutnya.
b. (3,5 – kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6 jam.
A .Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah
kalium yang dibutuhkan pasien. Namun, 40—100 mmol K+ suplemen biasa
diberikan pada hipokalemia moderat dan berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20
mmol per hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang
mengandung kalium. KCL oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi
lambung. Makanan yang mengandung kalium cukup banyak dan menyediakan
60 mmol kalium 6.
D. Kalium iv
• KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.
• Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan
sediaan siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L),
sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa
menyebabkan penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2—1,4 mmol/L
karena stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa.10
• Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol
K+ /L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
• Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.
Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan
melalui vena sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat
penting. Pikirkan masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.
• Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer,
karena cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.
E. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang,
aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
5. Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi
hipokalemia. Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat,
penurunan kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang
serius yang dapat berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA