Disusun Oleh :
Pembimbing :
Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR - RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar, tidak terjaga, tidak
terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respon yang normal terhadap
stimulus. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor di dalam tubuh. 1
Prevalensi penurunan kesadaran berdasarkan laporan rawat inap di Inggris tahun 2002-
2003 melaporkan bahwa 0,2% dari seluruh rumah sakit di Inggris memiliki pasien yang masuk
ruang gawat darurat dengan penurunan kesadaran. Hasil lain dilaporkan oleh dua rumah sakit
daerah Boston, Amerika Serikat, dimana penurunan kesadaran diperkirakan menyebabkan
hampir 3% dari seluruh diagnosis masuk rumah sakit. Penyebab yang paling banyak dari laporan
tersebut adalah alkoholisme, trauma serebri dan stroke. 1Di Indonesia, penelitian yang dilakukan
di Rumah Sakit pendidikan dr. Pirngadi, Medan, memperkirakan bahwa terdapat 3% kasus
dengan penurunan kesadaran yang masuk ke ruang gawat darurat.
Perdarahan serebelum adalah perdarahan yang terjadi di serebelum atau otak kecil. Ini
merupakan salah satu bagian dari perdarahan intraserebral selain yang terjadi di hemisfer
serebral dan pons. Pada 50% kasus perdarahan serebelum, ditemukan perluasan perdarahan ke
ventrikel IV. Akibatnya terjadi obstruksi aliran keluar cairan serebrospinal yang menyebabkan
dilatasi ventrikel III dan kedua ventrikel lateralis sehingga dapat terjadi hidrosefalus akut dan
peningkatan tekanan intracranial sehingga memperburuk keadaan umum pasien.2
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target. Ini termasuk di dalam
krisis hipertensi.3 Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung pada
kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral
secara tepat dan cepat. Tingkat penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) tidak lebih dari 25%
dalam 1 jam.4
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
2.3 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap istri dan anak pasien pada tanggal
15 November 2017 di ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus.
4
B. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 180/120 mmHg
b. Nadi : 112 x/menit, cepat dan lemah
c. Suhu : 37,8 0C (suhuaksila)
d. Pernapasan : 34 x/menit, pernapasan thorakal-abdominal
e. SpO2 : 96%
C. Kepala : Normocephal
D. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), oedema palpebra (-/-)
E. Hidung :Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-), nafas cuping hidung (+).
F. Leher : Kakukuduk (-), KGB dan tiroid tidak teraba membesar, JVP tidak
meningkat
G. Thorax
a. Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi: SI-SII tunggal reguler, Murmur (-), Gallop (-).
b. Pulmo :
Inspeksi :Simetris +/+, Massa (-), Retraksi suprasternal (+), retraksi
intercostal (+), retraksi epigastrium (+)
Palpasi : Massa (-), Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+/+) dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki Basah (-/-), Wheezing (-/-)
H. Abdomen
Inspeksi :datar, Massa (-), Jejas (-),
Auskultasi : Bising Usus (+)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
I. Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Pitting Oedem (-/-)
5
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan 5555 5555 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi Eutrofi eutrofi eutrofi
Refleks Fisiologis + + + +
Refleks Patologis - - - -
Tremor - - - -
B. Radiologi
6
dengan hasil perdarahan serebellum dan hydrocephalus non communicans.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Penurunan kesadaran
Diagnosis Anatomi : Perdarahan Serebellum + Hidrocephalus Non Comunicans
Diagnosis Etiologi : Hipertensi emergency intarget organ
Diagnosis Kerja :
Penurunan kesadaran ec perdarahan serebellum + Hidrocephalus Non Comunicans
7
BAB III
PEMBAHASAN
Kesadaran adalah suatu keadaan di mana seorang individu sepenuhnya sadar akan diri
dan hubungannya dengan lingkungan sekitar. Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran
yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending reticular activating system (ARAS). Jika
terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik melibatkan sistem anatomi maupun fungsional, maka
akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan berbagai tingkatan. Penurunan
kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar, tidak terjaga, tidak terbangun secara
utuh sehingga tidak mampu memberikan respon yang normal terhadap stimulus. Hal ini dapat
diakibatkan oleh berbagai faktor di dalam tubuh.1
Prevalensi penurunan kesadaran berdasarkan laporan rawat inap di Inggris tahun 2002-
2003 melaporkan bahwa 0,2% dari seluruh rumah sakit di Inggris memiliki pasien yang masuk
ruang gawat darurat dengan penurunan kesadaran. Hasil lain dilaporkan oleh dua rumah sakit
daerah Boston, Amerika Serikat, dimana penurunan kesadaran diperkirakan menyebabkan
hampir 3% dari seluruh diagnosis masuk rumah sakit. Penyebab yang paling banyak dari laporan
tersebut adalah alkoholisme, trauma serebri dan stroke. 1 Di Indonesia, penelitian yang dilakukan
di Rumah Sakit pendidikan dr. Pirngadi, Medan, memperkirakan bahwa terdapat 3% kasus
dengan penurunan kesadaran yang masuk ke ruang gawat darurat.
Etiologi penurunan kesadaran dapat bermacam-macam seperti:
a. Sirkulasi : Stroke perdarahan, stroke iskemik
b. Infeksi : Ensefalitis
c. Metabolic : Hiperglikemia, hipoglikemia, sindrom uremia
d. Gangguan elektrolit : Muntah, Diare
e. Neoplasma atau tumor
f. Intoksikasi : alkohol, obat-obatan
g. Trauma : perdarahan epidural, subdural, fraktur basis cranii
8
Jenisrespon Kriteria Arti Sko
r
Pembukaanm Spontan Dapatmembukamatasendiri 4
ata
Terhadapperintah Membukamatabiladipanggil 3
Terhadaprangsangn Membukamatabiladirangsangnyeri 2
yeri
Tidakada Tidakmembukamatadenganrangsangapapun 1
Verbal Orientasipenuh Keadaansadardenganorientasi orang, 5
waktudantempat yang utuh
Bicarakacau Dapatdiajakberbicara, tetapijawabannyakacau 4
Kata tanpaarti Mengeluarkan kata-kata yang 3
tidakmengandungarti
Suaratanpaarti Mengeluarkansuarasepertimengerangataumerintih 2
Tidakadarespon Tidakadasuarasamasekali 1
Motorik Menurutperintah Dapatmelakukangerakansesuaiperintah 6
Lokalisasinyeri Dapatmelokalisasi rasa nyeri 5
Menghindarinyeri Dapatmenghindarirangsangnyeri yang diberikan 4
Fleksi abnormal Fleksilengandisertaiabduksibahu 3
(dekortikasi)
Ekstensi abnormal Ekstensilengandisertaiabduksibahudanpronasileng 2
anbawah
Tidakadarespon / Tidakadagerakandenganrangsangancukupkuat 1
flaksid
Pada pasien ini didapatkan GCS 11 dimana pasien hanya membuka mata saat dipanggil yaitu
Eye 3, dapat diajak berbicara tetapi jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan yaitu verbal 4,
dan motorik 4 dimana pasien dapat menghindari rangsang nyeri yang diberikan.
HIPERTENSI EMERGENCY
9
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target. Ini termasuk di dalam
krisis hipertensi. Pada JNC 7 dan JNC 8 tidak menyertakan hipertensi krisis ke dalam tiga
stadium klasifikasi hipertensi, namun hipertensi krisis dikategorikan dalam pembahasan
hipertensi sebagai keadaan khusus yang memerlukan tatalaksana yang lebih agresif. 3
KRITERIA HIPERTENSI MENURUT JNE 8:
Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ target yang ada.
Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien. Pada pasien dengan hipertensi
krisis dengan perdarahan intrakranial akan dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan tingkat
kesadaran dan tanda neurologi fokal berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada
pemeriksaan fisik pasien dapat ditemukan retinopati dengan perubahan arteriola, perdarahan dan
eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskular bisa
saja muncul lebih dominan seperti; angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut.
Beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja
terjadi.4
10
Pada pasien ini, didapatkan tekanan darah 180/120 mmHg dengan adanya target organ
yaitu otak dimana pasien sebelumnya mengalami sakit kepala, pusing, mual dan muntah lalu
terjadi penurunan kesadaran.
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI EMERGENCY:
11
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung pada kerusakan
organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat
dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa
dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat. Tingkat penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
tidak lebih dari 25% dalam 1 jam pertama. Jika pasien stabil, turunkan tekanan darah sampa
160/100-110 dalam 2-6 jam berikutnya.
Terapi oral dan parenteral dapat digunakan untuk terapi hipertensi emergensi seperti
nitroprusside sodium, hydralazine, nikardipine, nitrogliserin atau obat lain seperti labetalol,
esmolol, dan phentolamine. Hindari pemakaian short acting nifedipine sebagai initial treatment
karena akan menyebabkan penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan
mengakibatkan jantung dan pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi. Jika pasien stabil,
penurunan tekanan darah dapat dilakukan setelah 24-48 jam berikutnya.
Pada pasien, diberikan pengobatan Candesartan 1x8 mg. Candesartan merupakan
golongan antagonis angiotensin II nonpeptida yang menghambat secara selektif pengikatan
angiotensin II pada reseptor AT1 dalam jaringan seperti otot polos vascular dan kelenjar adrenal
yang menurunkan ekskresi natrium dan meningkatkan ekskresi kalium.
PERDARAHAN SEREBELLUM
Pasien telah dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala di Rumah Sakit dr. Murjani sampit
dengan hasil perdarahan serebelum dan hidrosefalus non comunicans.
Perdarahan serebelum adalah perdarahan yang terjadi di serebelum atau otak kecil. Ini
merupakan salah satu bagian dari perdarahan intraserebral selain yang terjadi di hemisfer
serebral dan pons. Pada 50% kasus perdarahan serebelum, ditemukan perluasan perdarahan ke
ventrikel IV. Akibatnya terjadi obstruksi aliran keluar cairan serebrospinal yang menyebabkan
dilatasi ventrikel III dan kedua ventrikel lateralis sehingga dapat terjadi hidrosefalus akut dan
peningkatan tekanan intracranial sehingga memperburuk keadaan umum pasien.Kematian
biasanya disebabkan tekanan dari hematoma yang menyebabkan herniasi tonsil dan kompresi
medula spinalis.2
Hidrosefalus didefinisikan sebagai suatu gangguan pembentukan,aliran, atau penyerapan
cairan serebrospinal yang mengarah ke peningkatan volume cairan di dalam susunan saraf pusat.
Hidrosefalus non kommunikan terjadi ketika aliran cairan serebrospinal terhalang dalam sistem
ventrikel atau dalam outlet untuk ruang arakhnoid, mengakibatkan penurunan cairan
12
serebrospinal dari ventrikel ke ruang subarachnoid. Bentuk yang paling umum adalah
hidrosefalus obstruktif dan disebabkan oleh lesi massa-menduduki intraventricular atau
extraventricular yang mengganggu anatomi ventrikel.2
BAB IV
13
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15