Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

EFUSI PLEURA DEXTRA DAN SINISTRA E.C. TB


PARU
KLINIS KASUS BARU

Oleh :
Putri Oktaria, S.Ked

Pembimbing :
dr. Ni Made Elva Mayasari, Sp. JP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
Bab I “Pendahuluan’’
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga
pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari
permukaan pleura.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
merupakan tanda suatu penyakit, 50-75% kasus merupakan
pleuritis tuberkolusa.

Angka kejadian 2012 kasus TB di


Indonesia mencapai 591.000 kasus
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien

Nama : Tn.N
Usia : 57 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Harian
Alamat : lorong Sidomukti, Kabupaten Talang
Putri, Plaju.
Agama : Islam
MRS : 10 Juni 2021
No. RM : 64.94.08
Ruang : Ahmad Dahlan 4 Bed 4
DPJP : dr. Yudi Fadilah, Sp. PD
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT

Sesak nafas yang semakin memberat sejak 2 minggu


yang lalu SMRS

Pasien datang ke IGD RSMP dengan keluhan sesak nafas yang


semakin memberat sejak 2 minggu yang lalu. Sesak dirasakan secara
terus-menerus, pasien mengalami sesak pada keadaan istirahat,
beraktifitas, tidur pada saat miring dan juga duduk. Sesak nafas juga
disertai dengan batuk , batuk dirasakan 2 minggu yang lalu, keluhan
batuk tidak disertai dahak maupun darah. Pasien juga mengatakan
sering berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas, keluhan
sudah dirasakan sekitar 2 minggu yang lalu.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Menurut keluarga, pasien juga mengeluh adanya nyeri ulu hati


dan perut kembung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri ulu hati hilang
timbul, dan berkurang apabila makan. Pasien juga mengalami
penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 50 kg dalam waktu 1 bulan
tanpa sebab yang jelas. Pasien juga mengeluh adanya demam sejak 4
hari yang lalu, mual (-), muntah (-). BAB dan BAK normal.
Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi (-), DM (-), Asma (-),
TBC (-), dan Alergi (-). Pasien memiliki riwayat merokok ± 20 tahun.
Menurut keluarga pasien bisa menghabiskan 1 bungkus rokok
perharinya. Dan pasien jarang berolahraga.
R/ Penyakit R/ Penyakit
Dahulu Keluarga
• Riwayat penyakit hipertensi Riwayat penyakit hipertensi
: disangkal : disangkal
• Riwayat penyakit diabetes
melitus : disangkal
Riwayat penyakit diabetes
• Riwayat penyakit ginjal : melitus : disangkal
disangkal Riwayat penyakit ginjal :
• Riwayat penyakit paru : disangkal
disangkal Riwayat penyakit paru :
• Riwayat penyakit jantung
: disangkal
disangkal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
R/ penyakit R/ penyakit
dahulu keluarga

Asma (-) Asma (-)

Alergi obat dan makanan (-) Alergi obat dan makanan (-)

Penyakit Hipertensi (-) Penyakit Hipertensi (-)

Penyakit Diabetes Melitus (-) Penyakit Diabetes Melitus (-)

Penyakit Jantung (-) Penyakit Jantung (-)

Penyakit Ginjal (-) Penyakit Ginjal (-)


Riwayat Penyakit dengan keluhan
yang sama dengan keluarga (-)
R/ Kebiasaan
Riwayat Merokok : ± 20 tahun
Kopi : Ya
Teh : tidak
-
Jamu : tidak
Obat : tidak
Olahraga : tidak
Keadaan umum : Tampak Sakit Berat

Sensoris : Compos mentis


Temp BB : 50 kg
36,9oC TB : 165 cm
TD : 110/70
mmHg
RR : 26x/menit GCS: E4 V5 M6

N : 87 x/menit
Mata : KA -/- , SI -/-, Isokor
Khusus Telinga, Hidung DBN.
Mulut: dalam batas normal
JVP : 5-2 cm/H2 O
Normocephaly

Paru : Jantung:
I : Statis: kanan sama dengan kiri, dinamis: tidak
ada yang tertinggal, sela iga melebar (-), retraksi I : iktus kordis tidak tampak
intercostae (-), benjolan (-) P : iktus kordis tidak teraba
P : Stem fremitus melemah pada paru kanan dan P: Kanan atas : ICS II linea
kiri , benjolan (-), krepitasi (-)
parasternalis dextra
P : Redup pada paru kanan di ICS I - V
midclavicula dextra , dan Redup pada paru kiri Kiri Atas : ICS II linea
di ICS I - III midclavicula sinistra parasternalis sinistra
A : Vesikuler melemah di ICS I-V midclavicula Kiri bawah : ICS V linea
dextra dan ICS I - III midclavicula sinistra, ronki midclavicula sinistra
(+/+), wheezing (-/-)
A : BJ I/II (+/+) normal, regular, M (-), G (-)

Abdomen:
I : datar (+), hipopigmentasi (-), caput Ekstremitas atas :
medusa (-), benjolan (-) Akral hangat +/+
P : lemas (+) , Nyeri tekan epigastrium CRT < 2 detik
(-), hepatomegali (-), pembesaran lien
(-), massa (-),
P : Timpani (+),shifting dullness (-),
undulasi (-)
A : Bising usus normal, frekuensi Ekstremitas bawah :
5x/menit, bruit tidak ada Akral hangat +/+
CRT < 2 detik
)

Hematologi
)

EKG
)

EKG
Pada pemeriksaan EKG pada pasien sebagai berikut, interpretasi
gambaran EKG pada pasien adalah :
• Irama Sinus Rhytm
• HR : 94 x/menit, Reguller
• Axis normal
• Gelombang P normal
• Kompleks QRS normal
• Tampak Gambaran T-Tall pada lead II, dan aVF
 
Kesan : Sinus Ryhtm
Radiologi
Radiologi
Interpretasi Rongten Thorax :

• Cor tidak membesar


• Infiltrat disertai multiple cavitas dan
konsolidasi dikedua paru
• Corakan bronkovaskuler normal
• Diafragma kanan dan kiri licin
• Sinus kostofrenikus kanan tumpul dan kiri
lancip
• Tulang- tulang intak
• Soft tissue baik
 
Kesan :
TB Paru
Efusi pleura kanan dan kiri
Urinalisis
Nama Test   Hasil Nilai Normal Interpretasi

Urine Lengkap  

Makroskopis    
Warna   Kuning muda    

Kejernihan   Jernih  
Reaksi/ pH   8,0 5-8,5 Normal
Berat Jenis   1.010 1.000-1.030 Normal
Protein   + Negatif Proteinuria
Bilirubin   Negatif Negatif Normal
Glukosa   Negatif Negatif Normal
Keton   Negatif Negatif Normal
Darah/ Hb   Negatif Negatif Normal
Nitrit   Negatif Negatif Normal
Urobilinogen   Negatif Negatif Normal
Lekosit   Negatif Negatif Normal
Mikrsokopis        
Lekosit   1-2/ LPB 0-5/ LPB Normal
Eritrosit   0-1 / LPB 1-3/ LPB Normal
Sel Epitel   + / LPK 135-155 mg/dl Normal

Silinder   - / LPK 3.6-6.5 Normal


Kristal   Negatif Negatif Normal

Lain – lian
Differential
Diagnosis
• Efusi Pleura Dextra dan Sinistra e.c. TB
Paru Klinis Kasus Baru

• Pneumonia

• Empiema

Working
Diagnosis
Efusi Pleura Dextra dan Sinistra e.c.
TB Paru Klinis Kasus Baru
Penatalaksanaan. . .

Pasien Tn.N

Non Farmakologi
1. Edukasi
2. Tirah baring total
Farmakologi
1) O2 nasal canul 1-6 liter/ menit
2) IVFD RL gtt 20 x/menit
3) 2RHZE / 4 HR
4) Inj. Levofloxacin 500 mg (infus)
5) Ambroxol syrup 10 ml 3x1 a.c
6) Sucralfate syrup 500/ 5 ml 2x1 a.c
Folow up
Folow up
TINJAUAN PUSTAKA
EFUSI PLEURA


Suatu keadaan di mana terdapatnya
cairan yang berlebih jumlahnya di dalam
cavum pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan
dan reabsorbsi (penyerapan) cairan pleura
ataupun adanya cairan di cavum pleura


yang volumenya melebihi normal.
Efusi Transudat
Akumulasi jumlah cairan pleura di dalam rongga pleura dapat terjadi jika terdapat
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler darah seperti pada gagal jantung, atau jika
terjadi penurunan tekanan osmotik cairan darah

Efusi Eksudat
Eksudat terjadi akibat peradangan atau infiltrasi pada pleura atau jaringan yang
berdekatan dengan pleura. Kerusakan pada dinding kapiler darah menyebabkan
terbentuknya cairan kaya protein yang keluar dari pembuluh darah dan berkumpul
pada rongga pleura.
Etiologi Patofisiologi

Peningkatan tekanan hidrostatik


• gagal jantung, peningkatan volume darah

Peningkatan permeabilitas kapiler


karena inflamasi lokal
• bronchial cancer, TB paru, pneumonia,
mesothelioma

Penurunan tekanan onkotik


plasma
• sindrom nephrotic, sirosis hepatis

Aliran limfe terganggu


• keganasan pada pleura
Gejala Klinis
Sesak Nafas

Batuk

Nyeri dada
pleuritik

Keluhan lain:
malaise, anorexia,
penurunan BB
Diagnosis
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan radiologi :
– foto thorax
– USG
– CT Scan

• Torakosintesis
Penatalaksaan Efusi Pleura
Penatalaksanaan efusi pleura adalah berdasarkan penyakit dasarnya.

a. Gagal Jantung
Pemberian diuretik.

b. Empiema atau Efusi Parapneumonia


Terapi pasien ini dengan torakosintesis, pemberian antibiotik, dan
drainase.

c. Pleuritis TB
Penatalaksanaan dengan pemberian obat anti TB minimal 6 bulan.
Torakosintesis jika terdapat sesak atau efusi lebih tinggi dari sela iga III.
Penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Kuman ini menyerang tubuh manusia
terutama paru, dan ditularkan melalui
udara
Apa itu
“bukan penyakit turunan dan bukan juga
disebabkan oleh kutukan atau guna-
TUBERKULOSIS
guna”
TB?

31
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis dengan sifat:
• Tahan asam
• Pertumbuhan lambat
• Tahan lama dalam keadaan kering berminggu-minggu
• Tidak tahan sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu >
600C
Bagaimana penularan kuman ini dapat menyerang orang sehat?
Penderita Bukan penderita

Mycobacterium
Tuberculosis

33
MASUKNYA KUMAN KEDALAM TUBUH MANUSIA

Inhalasi
- > 90%, Droplet nuclei 1-5 m
Melalui saluran cerna
Melalui kulit (luka)
• Patolog
• Tukang daging
Intra uterina (melalui plasenta)

Sebagai sumber penularan :


Penderita TB Paru dengan BTA + pada sputumnya
PATOFISIOLOG
I
TUBERCULOSI
S
Gejala dan tanda TUBERKULOSIS
01 03 05
Dahak campur darah atau Sesak nafas
berwarna hijau

Batuk berdahak Demam meriang lebih


Batuk darah dari satu bulan
lebih dari 3 minggu
02 04
Gejala dan tandaTUBERKULOSIS
01 03 05
Keringat malam hari Nafsu makan menurun

Berat badan Dada ringan terasa sakit


Badan lemas
menurun
02 04
Pengobatan berlangsung selama 6-8 bulan
dengan meminum obat OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) tidak boleh putus dan
didapatkan dipelayanan kesehatan

Saat minum obat perlu adanya


Bagaimana
Pengawas Minum Obat (PMO)
Pengobatan
TUBERKULOSIS
?
“Obat TB disediakan secara GRATIS oleh
pemerintah”

39
OBAT-OBAT ANTI TB
Jenis obat lini pertama
1. Isoniazid = isonicotinic acid hidrazid = INH (H)
2. Rifampisin (R)
3. Pirazinamid (Z)
4. Etambutol (E)
5. Streptomisin (S)
DOSIS OAT KOMBINASI DOSIS TETAP/FDC
Fase intensif Fase lanjutan

2 – 3 bulan 4 bulan

BB harian Harian 3x/minggu

(RHZE) (RH) (RH)

150/75/400/275 150/75 150/150

30-37 2 2 2

38-54 3 3 3

55-70 4 4 4

>71 5 5 5
Bab IV “ANALISA KASUS’’
Pembahas
an
Berdasarkan hasil anamnesis mengenai keluhan utama dan tambahan pada kasus
ini, sesak nafas yang dikeluhkan pasien merupakan gejala klinis dari kelainan
pernapasan. Yang mana, pada kasus ini merupakan efusi pleura. Pasien mengalami
sesak nafas pada saat beraktifitas dan tidur miring serta duduk. Sesak dapat terjadi
karena proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah
pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan
terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura sehingga mendesak paru paru yang
menyebabkan pertukaran gas di bagian paru terhambat dan berkurang.

Pasien juga terdapat keluhan batuk , penurunan berat badan dari 65 kg menjadi
50 kg dalam waktu 1 bulan , keluhan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang
jelas dan riwayat merokok aktif ± 20 tahun. Hal tersebut dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya proses infeksi peradangan pleura yang salah satunya infeksi
tuberkulosis. Gejala lokal tuberkulosis meliputi batuk ≥ 2 minggu, sesak nafas, nyeri
dada. Gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, penurunan berat
badan dan anorexia.

.
Pembahasa
n
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan palpasi thorax Stem fremitus
kanan dan kiri melemah, perkusi Redup pada paru kanan dan kiri, vesikuler melemah
paru kanan dan kiri, ronki (+/+), saat auskultasi. Dari pemeriksaan laboratorium
terdapat peningkatan leukosit sebesar 15,7/ul penurunan hematokrit sebesar 32,8 %,
penurunan eosinofil sebesar 0%, peningkatan neutrofil sebesar 98,3 % , penurunan
limfosit sebesar 1,1 % dan penurunan monosit sebesar 0,5 %.
Pemeriksaan rontgen thorax didapatkan hasil gambaran efusi pleura kanan dan
kiri dan TB paru. Mengindikasikan terdapat infeksi yang mengakibatkan terjadi efusi
pleura yaitu disebabkan oleh Tuberculosis.

Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara


cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pembahas
an
Tatalaksana farmakologis yang diberikan yaitu O2 nasal canul 1-6 liter/ menit, IVFD
RL gtt 20 x/menit, Ambroxol syrup 3x1 c, Sucralfate syrup 2x1 c, 2RHZE/ 4 HR yaitu
Isoniazid 1x 5 mg/kgBB, Rimpafisin 1x10 mg /kgBB, Pirazinamid 1x25 mg /kgBB,
Etambutol 1x15 mg/kgBB, Streptomisin 1x15 mg/kgBB.

Pemberian O2 nasal canul 1-6 liter / menit adalah diberikan sebagai


penatalaksanaan sesak pada pasien. Dimana berdasarkan teori, pemberian oksigen
untuk mengurangi atau mengatasi masalah gangguan pernapasan. Pemberian O2
dengan sistem aliran rendah ini ditujukan untuk pasien yang memerlukan O2 tetapi
masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal.

Dimana diharapkan pemberian oksigenasi nasal kanul semakin meningkatkan


saturasi oksigen. Indikasi pemberian O2 nasal kanul yaitu pasien yang dapat
bernafas dengan spontan tetapi masih membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). Pada
pasien dengan gangguan oksigenasi seperti pasien dengan asma, TBC, PPOK, atau
penyakit paru yang lain.
Pembahas
an
Pemberian RL adalah sebagai sumber energi miokardium, karena pada saat terjadi
penurunan suplai O2 terjadi reflux glikolisis dan ambilan asam lemak akan menurun
untuk menyesuaikan dengan aktivitas oksidasi mitokondria

Pemberian OAT kategori 1 yaitu 2 RHZE pada pasien dimaksudkan untuk


pengobatan TB Paru klinis yang baru pertama kali pasien alami.

Pemberian injeksi Levofloxacin digunakan sebagai terapi lini pertama pada


penyakit Tuberkulosis MDR (Multi Drug Resistant). Levofloksasin memiliki efek
antibakterial dengan spektrum luas golongan quinolon, aktif terhadap bakteri gram-
positif dan gram-negatif termasuk bakteri anaerob.

Pemberian ambroxol yaitu diberikan sebagai zat mukolitik yang memiliki


gugus sulfhydryl (-SH) bebas.. Ambroxol dapat digunakan dalam pengobatan untuk
gangguan saluran pernafasan seperti bronkitis kronis dan berfungsi mengurangi
kekentalan, dahak dan mengeluarkannya dari efek batuk. Fungsi mukolitik efektif
pada batuk dengan dahak kental, seperti pada kondisi bronkitis, emfisema, dan
mukovisidosis. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang menjadi lebih
encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan silia dari epitel.
Pembahas
an
Pemberian Sucralfate yaitu obat yang digunakan untuk pengobatan pada
tukak lambung dan usus, gastritis kronik.

Obat ini bekerja dengan cara membentuk lapisan pada dasar tukak
sehingga melindungi tukak dari pengaruh agresif asam lambung dan pepsin.
Pada pasien ini diberikan obat sucralfate yaitu untuk mengurangi keluhan
nyeri ulu hati yang kemungkinan disebabkan oleh adanya gejala gastritis yaitu
Bab V “SIMPULAN’’
PENUTUP
 Simpulan

Telah dilaporkan seorang laki-laki, 57 tahun datang


dengan ke IGD RSMP dengan keluhan sesak nafas yang
semakin memberat sejak 2 minggu yang lalu. Sesak
dirasakan secara terus-menerus, pasien mengalami sesak
pada keadaan istirahat, beraktifitas, tidur pada saat
miring dan juga duduk. Sesak nafas juga disertai dengan
batuk , batuk dirasakan 2 minggu yang lalu, keluhan
batuk tidak disertai dahak maupun darah. Pasien juga
mengatakan sering berkeringat pada malam hari tanpa
sebab yang jelas, keluhan sudah dirasakan sekitar 2
minggu yang lalu.
PENUTUP
Simpulan

Menurut keluarga, pasien juga mengeluh adanya nyeri ulu hati


dan perut kembung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri ulu hati hilang
timbul, dan berkurang apabila makan. Pasien juga mengalami
penurunan berat badan dari 65 kg menjadi 50 kg dalam waktu 1
bulan tanpa sebab yang jelas. Pasien juga mengeluh adanya demam
sejak 4 hari yang lalu, mual (-), muntah (-). BAB dan BAK normal.
PENUTUP
Simpulan

Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi (-), DM (-), Asma (-),


TBC (-), dan Alergi (-). Pasien memiliki riwayat merokok ± 20 tahun.
Menurut keluarga pasien bisa menghabiskan 1 bungkus rokok
perharinya. Dan jarang berolahraga.
PENUTUP

Hal ini merupakan gejala dari efusi pleura akibat infeksi,


pada kasus ini di dapat dari tuberkulosis.

Hal ini juga didukung dengan pemeriksaan laboratorium


terdapat peningkatan leukosit sebesar 15,7/ul penurunan
hematokrit sebesar 32,8 %, penurunan eosinofil sebesar 0%,
peningkatan neutrofil sebesar 98,3 % , penurunan limfosit
sebesar 1,1 % dan penurunan monosit sebesar 0,5 %.
PENUTUP

Dan pada pemeriksaan rontgen thorax didapatkan hasil


gambaran efusi pleura kanan dan kiri dan TB paru.
Mengindikasikan terdapat infeksi yang mengakibatkan terjadi
efusi pleura yaitu disebabkan oleh Tuberculosis.

Tatalaksana farmakologis yang diberikan yaitu O2 nasal


canul 1-6 liter/ menit, IVFD RL gtt 20 x/menit, Ambroxol syrup
3x1 c, Sucralfate syrup 2x1 c, 2RHZE/ 4 HR yaitu Isoniazid 1x 5
mg/kgBB, Rimpafisin 1x10 mg /kgBB, Pirazinamid 1x25 mg
/kgBB, Etambutol 1x15 mg/kgBB, Streptomisin 1x15 mg/kgBB.
 
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai